Bab 2053
Saat telapak tangan Ridwan menyentuh
batu itu, gelombang energi dahsyat menyebar dari batu itu, langsung mengguncang
sekitarnya. Para penonton tercengang, beberapa bahkan menunjukkan ekspresi
kaget.
Namun, wajah Ridwan sedikit pucat.
Jelas bahwa energi yang dia keluarkan barusan telah menguras cukup banyak
energi sejatinya.
Meski begitu, batu itu hanya bergetar
tanpa menunjukkan tanda-tanda respons luar biasa seperti yang pernah terjadi
pada Shawn sebelumnya.
"Sepertinya bakat Ridwan memang
masih kurang. Dia nggak mampu membangkitkan kehendak dalam batu itu,"
bisik seseorang dengan pelan.
Ridwan menggertakkan giginya.
Tiba-tiba dia berteriak lantang, "Aku, Ridwan, putra keluarga Dimasta,
memohon kepada para senior untuk membantuku menaiki Jalan Kejayaan!"
Dia memuntahkan seteguk darah segar,
yang langsung disemprotkan ke batu.
Darah itu meresap ke dalan batu, dan
seketika, cahaya merah terang meledak keluar, menyelimuti wajah Ridwan yang
penuh kegembiraan dan kebanggaan.
Dalam hitungan detik, di bawah
tatapan takjub semua orang, cahaya merah itu menembus langit, membentuk deretan
huruf besar berwarna darah yang memancar ke segala arah.
Sekte Yasobi.
Di bawah tulisan itu, terukir jelas
nama Ridwan Dimasta.
"Pengakuan dari Sekte
Yasobi!" seru seseorang dengan kaget.
Sekte Yasobi, sekte tersembunyi yang
selama ini menjadi pendukung keluarga Dimasta.
Ridwan menundukkan kepala dengan
bangga, suaranya bergetar oleh emosi. "Terima kasih atas pengakuannya,
para senior Sekte Yasobi!"
Namun, tulisan darah itu hanya
bertahan sejenak. Batu itu tiba-tiba memancarkan kekuatan besar, mendorong
Ridwan menjauh dengan kasar, seperti enggan memberikan pengakuan itu
sepenuhnya.
Tulisan bercahaya itu langsung
menyatu ke tubuh Ridwan, yang langsung menyerap energi tersebut dengan penuh
semangat, wajahnya berbinar -binar.
"Apa yang dia banggakan? Kalau
bukan karena darah keluarga Dimasta, bakatnya jelas nggak cukup untuk mendapat
pengakuan Sekte Yasobi," ujar seseorang dengan nada masam.
"Tapi darah keluarga Dimasta
juga bagian dari kekuatan, 'kan? Meskipun begitu, Sekte Yasobi nggak mungkin
sembarangan mengakui siapa saja dengan darah Dimasta. Dia tetap harus punya
kemampuan," balas yang lain.
Percakapan kecil itu berlanjut,
dengan nada iri dan kagum bercampur jadi satu. Sebagian besar dari mereka
memandang Ridwan dengan rasa hormat yang sulit disembunyikan.
Bagaimanapun, mendapatkan pengakuan
dari sekte besar adalah kebanggaan yang luar biasa.
Seseorang akhirnya bertanya dengan
penasaran, " Ridwan, apa yang kamu dapatkan dari batu itu?"
Ridwan tersenyum santai, lalu berkata
dengan nada ringan, "Ah, nggak banyak. Hanya sebuah seni bela diri tingkat
langit."
Jawaban itu terdengar seolah sepele,
tapi jelas membuat para pendengar makin iri.
Seni bela diri tingkat langit adalah
sesuatu yang sangat langka, bahkan bagi tujuh keluarga besar. Itu adalah salah
satu alasan mengapa keluarga-keluarga besar bisa terus bertahan. Warisan
semacam ini memperkuat dasar kekuatan mereka.
Dengan pengakuan ini, Ridwan
benar-benar menggantikan posisi Renan dalam keluarga Dimasta.
Ridwan, yang kini tampak sangat puas,
melirik Marina dengan pandangan penuh godaan. "Kak Marina, kamu nggak
ingin mencoba juga? Mungkin kamu akan mendapat kejutan."
Dia tahu bahwa bakat Marina
biasa-biasa saja, dan rumor mengatakan bahwa sekte di balik keluarga Minjana
berniat mencari penerus lain. Sekte itu mungkin tidak akan memberikan muka
kepada keluarga Minjana kali ini.
Marina mengerutkan kening. Secara
naluriah, dia melirik Saka. Tanpa Saka bergerak, dia tak berani mengambil
tindakan gegabah.
Namun, sikap diam Marina hanya
membuat Ridwan makin tidak senang. Tatapannya menjadi dingin, dan dia
mendengus. Dia berkata dengan nada tajam, "Kak Marina, kamu benar-benar
peduli pada si tampan pengecut ini, ya? Sepertinya dia membuatmu terganggu.
Kalau begitu, biar aku membantumu mengusir dia!"
Kata-kata Ridwan terdengar dingin dan
penuh tekanan saat dia menatap Saka, suaranya seperti perintah yang tak bisa
dibantah. "Sekarang, minggir dari sini!"
Saka meliriknya sekilas, lalu menoleh
ke arah Marina dengan santai. "Menurutmu, dia mirip badut nggak?"
tanyanya ringan.
Marina menatap Ridwan sejenak, lalu
tersenyum tipis. "Kalau hidungnya bengkak seperti balon, pasti lebih
mirip," balasnya sambil terkekeh kecil.
Mendengar itu, wajah Ridwan langsung
berubah dingin. Perlahan, dia mengepalkan tangannya, dan udara di sekitarnya
terasa menegang. "Hah? Sepertinya kalian berdua jadi lebih berani
sekarang, ya?" ujarnya dengan nada penuh ancaman.
Namun, sebelum dia sempat bergerak,
suara lembut tetapi tegas tiba-tiba terdengar, memotong suasana tegang itu.
"Ridwan, baru beberapa hari nggak bertemu, ternyata nyalimu bertambah
besar, ya."
Semua orang terdiam, terkejut
mendengar suara itu. Mereka segera menoleh untuk melihat siapa yang berbicara,
dan mendapati seorang wanita anggun berjalan mendekat.
Ekspresinya tenang, tetapi aura yang
dia pancarkan membuat kerumunan secara refleks membuka jalan baginya.
"Dahlia!"
Link Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
Note: Untuk beberapa saat, kita off dulu ya, semoga bisa sebelum puasa lanjut update, soalnya lagi ada kegiatan di dunia nyata. Yang mau bagi – bagi THR, ditunggu ya di Dana or Ovo 089653864821..Terima Kasih
No comments: