Bangkit dari Luka ~ Bab 87

 

Bab 87

 

Setelah Nindi melihat Sania, tatapannya berubah.

 

Terkadang, takdir benar-benar menyebalkan!

 

Orang yang tidak ingin ditemui, bisa ditemui di manapun.

 

Sania berjalan santai sambil berujar, "Kak Nindi, kamu sudah lama pergi dari rumah. Kak Leo juga cemas sama kamu. Jadi, dia membekukan kartu kreditmu. Jangan berpikir aneh-aneh, ya."

 

Nindi tampak tenang. Di kehidupan sebelumnya, ada banyak kesulitan yang dia alami usai kartu kreditnya dibekukan.

 

Sekarang, Nindi baru mengerti kalau seseorang hanya bisa mandiri jika mempunyai finansial stabil!

 

Ketua Kelas Luna langsung menjawab dengan nada bicara yang tajam. "Cukup, Sania. Jangan sok pamer. Kalau Nindi mau kembali, dia bisa saja menjadi Nona Besar lagi. Kalau kamu, jelas nggak akan bisa."

 

Sania menggertakkan gigi penuh amarah. Dia paling benci saat orang lain menyebut latar belakangnya.

 

Nindi tidak menghiraukan Sania, dia langsung melihat ke arah pelayan dan berkata, "Saya ingin coba dua gaun ini."

 

Pelayan, yang sudah tahu siapa Nindi, tidak berani untuk membuang-buang waktunya.

 

Sania melihat dari samping dengan ekspresi masam. Jadi, dia langsung mengeluarkan kartu anggota premiumnya. "Maaf, ya. Aku juga tertarik dengan dua gaun itu."

 

Luna agak marah. "Sania, kamu nggak tahu malu? Bisa lihat siapa yang datang duluan, dong?" gertaknya.

 

Si Dua malah membalas, "Kak Sania punya hak prioritas karena dia anggota premium. Kalau bisa, suruh Nindi keluarkan kartu anggota premiumnya, dong!"

 

Bagaimanapun juga, sekarang, Nindi pergi dari rumah dan tidak membawa apa-apa. Mustahil ada kartu anggota premium atas namanya.

 

Pelayan itu langsung menatap Nindi dengan sorot mata canggung. "Nona Nindi, bagaimana menurut Anda?"

 

Nindi melepaskan tangannya, lalu berkata, "Saya memang nggak punya kartu anggota premium. Kasih buat dia saja."

 

Luna hampir menangis karena marah.

 

Sania merasa begitu puas, seolah-olah berhasil mengusir Nindi dari keluarga Lesmana hingga dirinya menjadi Nona Muda tunggal di keluarga tersebut.

 

Kemudian, Nindi lanjut memilih setelan lain, tetapi semua pilihannya selalu direbut si Dua.

 

Nindi juga tidak berucap apa-apa, dia hanya bolak-balik memilih banyak pakaian dan sepatu.

 

Akhirnya, Sania menyadari bahwa pakaian di tangannya sudah mulai banyak. Nindi baru berhenti dan melihat ke arah Sania. "Kamu nggak akan beli semua ini, 'kan?"

 

Sania menaikkan dagunya, tampak arogan waktu berkata, "Ya. Besok malam, ada acara Salon Selebritas Internet. Kak Leo mau mengajakku, makanya dia sengaja menyuruh aku beli pakaian bagus."

 

Nindi tidak terkejut.

 

Di kehidupan sebelumnya, Kak Leo juga mengajak Sania.

 

Luna agak marah. "Apa bagusnya mengikuti acara itu, cih. Aslinya, Nindi itu..."

 

Nindi menghentikan Luna agar tidak lanjut bicara. Dia pun melihat pelayan dan berkata, "Karena Nona Sania begitu murah hati hari ini, cepat bayar tagihannya."

 

Ekspresi Sania berubah. "Tunggu! Aku, aku belum coba."

 

"Baju-baju ini tersedia untuk semua ukurn. Kamu bisa minta mereka untuk menukarnya dengan ukuran yang lebih besar. Apa kamu mau coba, tapi nggak mau beli?"

 

Nindi bicara dengan tenang, tetapi menyulut emosi Sania.

 

Luna juga menambahkan, "Kalau nggak mampu beli, jangan ambil banyak-banyak buat pamer saja. Masa anggota premium masih nggak bisa beli semua ini?"

 

Sania menggertakkan gigi dan membalas, "Siapa bilang aku nggak mampu beli? Bungkus semua untukku."

 

Si Dua mendengus dingin. "Nindi, nggak bisa lihat? Kak Sania itu anak kesayangan keluarga Lesmana. Apalah artinya pakaian -pakaian ini? Beli tokonya juga dia bisa!"

 

Sania menampar si Dua penuh emosi seraya membentak, "Siapa yang suruh kamu asal bunyi, sih?"

 

Sayangnya, Sania tidak punya pilihan selain mengeluarkan kartu kreditnya dengan ekspresi tertekan.

 

Setelah kasir menggesek kartunya, dia tampak keheranan sebelum berkata, "Maaf, kartu ini nggak bisa dipakai."

 

Ekspresi Sania langsung berubah. "Mana mungkin nggak bisa? Kamu nggak profesional, ya? Ini kartu dari Kak Leo, nggak mungkin nggak bisa."

 

Tidak lama kemudian, manajer toko mendekat dan kembali mencoba. "Nona Sania, mungkin karena limit kartu ini nggak bisa dipakai untuk transaksi sebesar itu,"

 

Tiba-tiba, wajah Sania terasa terbakar.

 

Biasanya, dia jarang menghabiskan uang sebanyak ini dan tetap berperan sebagai adik yang baik.

 

Namun, tidak disangka, ada limit pada kartu itu. Bahkan, pakaian berjumlah sedikit ini pun tidak bisa dia beli.

 

Nindi tersenyum. "Kamu masih belum bisa membelinya?"

 

Luna meraih kembali gaun yang direbut dari Nindi. " Kalau nggak mampu beli, jangan pura-pura mampu, " ujarnya.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Sudah ada Novel Baru yaa

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 87 Bangkit dari Luka ~ Bab 87 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 16, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.