Bab 2078
Semua orang memandang adegan itu
dalam keheningan yang panjang, hati mereka diliputi keterkejutan mendalam.
Shawn terlalu kuat. Sikap penuh
wibawa yang diperlihatkan Shawn meninggalkan kesan yang begitu dalam pada
mereka.
"Baru tingkat langit tahap
ketujuh saja sudah sehebat ini. Kalau dia terus berkembang, bagaimana jadinya
nanti?"
"Bagaimana mungkin Adriel dulu
bisa bertarung seimbang dengan orang seperti ini?"
"Kalau mereka bertarung lagi
sekarang, kemungkinan besar Adriel juga akan kalah."
"Apa yang harus kita lakukan?
Kita nggak bisa membiarkan dia membunuh Feriza. Dia adalah anggota keluarga
kerajaan!"
Pernyataan itu memicu gerakan
serempak. Dalam sekejap, Ruvan, Adair, Novea, dan Julio bergerak maju mengepung
Shawn sambil melindungi Feriza.
Meski dikepung, Shawn yang sudah
terluka parah tetap berdiri tegak di tengah visi spiritualnya seperti seorang raja
yang menguasai seluruh alam.
Dia perlahan mengangkat kepalanya.
Matanya sedingin es, seakan memandang rendah mereka semua. Dia berkata,
"Kalian ingin terus bertarung denganku?"
Meskipun tubuhnya penuh luka, aura
yang dia pancarkan membuatnya seolah masih mampu bertarung tanpa batas.
Keberanian dan keyakinannya membuat
semua orang terdiam. Mereka benar-benar tidak tahu di mana batas kemampuannya.
"Kalau kamu bersikeras membunuh
Feriza, kami nggak takut mati melawanmu!" kata Ruvan dengan suara dingin.
Karena pembatasan Jalan Kejayaan,
bahkan leluhur keluarga Atmaja pun tidak dapat campur tangan. Satu-satunya yang
bisa melindungi Feriza adalah mereka.
Namun, Julio mencibir, "Serius
amat kamu! Kamu pikir aku nggak takut? Kalau kamu mau mati, mati saja sendiri!"
Dia kemudian memandang Shawn lalu
berkata, " Bagaimanapun juga, kami adalah pelayan kerajaan. Kami nggak
bisa membiarkan anggota keluarga kerajaan mati di sini. Sebagai gantinya, kamu
bisa menggantikan Ridwan dan mengambil salah satu kuota!"
Mereka tahu, menghadapi seseorang
seperti Shawn, bahkan jika mereka menyerangnya bersama-sama, pasti akan ada
korban jiwa.
Jika bisa menghindari pertempuran,
lebih baik tidak bertempur.
Ridwan yang ikut mendengar percakapan
itu, langsung pucat pasi.
"Kalau nggak mendapatkan Api
Ilahi itu, berarti nggak bisa keluar dari Jalan Kejayaan?" pikirnya.
Dia segera menatap Ruvan dengan
tatapan memohon.
Namun, Ruvan hanya mengerutkan kening
dan membentaknya, "Kenapa kamu lihat aku seperti itu? Kalau begitu, tunggulah
sampai Jalan Kejayaan dibuka lagi. Kamu masih punya kesempatan lain."
Ruvan tahu Shawn terlalu kuat. Dia
tidak akan mengambil risiko bertarung demi Ridwan.
Ridwan hampir menangis.
Dia menyadari bahwa dia mungkin harus
hidup seperti orang liar di tempat ini selama bertahun-tahun.
Namun, dia tidak berani membantah
Ruvan.
Semua orang menatap Shawn dan
menunggu jawabannya.
Shawn hanya menyeka darah dari sudut
bibirnya. Dia berjalan perlahan di tengah cahaya emas, membuat semua orang
mundur dengan ketakutan.
Namun, dia hanya melewati mereka,
menuju puncak Jalan Kejayaan, seolah telah memutuskan untuk melepaskan Feriza.
Keputusan itu membuat mereka sedikit lega.
Meski begitu, karisma luar biasa yang
dia tunjukkan membuat mereka merasa kagum dan khawatir. Shawn adalah sosok yang
tak terlupakan.
"Di kalangan bawah ternyata
muncul orang sekejam itu. Kalau bergabung dengan Sekte Tersembunyi aku harus
bersaing dengan orang seperti ini... " pikir Novea sambil menghela napas
lega, meski matanya masih dipenuhi rasa gentar, merasakan tekanan yang begitu besar.
"Bagaimanapun, dia mampu
menyaingi Adriel, jadi ini nggak terlalu mengejutkan."
Namun, Julio berpikir sejenak sebelum
berkata, " Mungkin, di masa depan kita juga harus belajar menghadapi lebih
banyak tantangan hidup dan mati agar benar-benar bisa berkembang."
"Untuk apa seperti itu? Cara
seperti itu terlalu berbahaya. Kalau gagal, hasilnya hanya kematian. Apa yang
patut dipelajari dari itu?" kata Ruvan dengan suara dingin.
"Sudahlah, fokus pada
mendapatkan delapan Api Ilahi itu," kata Adair dengan kening berkerut.
Jalan Kejayaan kini aman.
Semua orang membawa Feriza dan
mendaki Jalan Kejayaan, langkah demi langkah. Tak lama kemudian, mereka tiba di
puncak gunung.
Puncak itu merupakan sebuah platform
besar yang tampak tua dan penuh dengan jejak-jejak pertempuran yang terukir
oleh waktu. Inilah tempat para jenius dari generasi ke generasi bertarung untuk
menentukan siapa yang terunggul, sekaligus titik akhir dari Gunung Reribu!
Di tempat itu, terdapat
tulang-belulang yang berserakan di berbagai sudut. Namun, tulang-tulang
tersebut telah patah, menunjukkan bahwa para pemiliknya pernah mengalami luka
parah sebelum meninggal. Mereka adalah para jenius yang dahulu bertarung untuk
menjadi yang terunggul!
Hanya dari jejak-jejak pertempuran di
sini, seolah-olah orang bisa membayangkan betapa dahsyat dan tragisnya
pertarungan di masa lalu.
"Akhirnya sampai juga.
Perjalanan di Jalan Kejayaan kali ini bisa dibilang cukup damai... " ujar
Julio sambil menghela napas.
Perlu diketahui, ada beberapa kali
perjalanan di Jalan Kejayaan yang sangat brutal. Para jenius dari luar kota
Sentana sering menyerbu tempat ini untuk bersaing dengan penduduk kota Sentana.
Pada akhirnya, kebanyakan dari mereka
berakhir menjadi salah satu dari tulang-belulang yang berserakan di sini.
Namun, kali ini perjalanan mereka
benar-benar terbilang damai ...
"Segera ambil Api Ilahi
itu!" ujar Ruvan sambil memandang ke tengah platform.
Di sana terdapat delapan lentera batu
setinggi manusia. Setiap lentera batu itu diukir dengan nama -nama Sekte
Tersembunyi yang berbeda.
Di dalam masing-masing lentera, Api
Ilahi menyala dengan megah!
Api Ilahi Tingkat Sembilan!
Melihat pemandangan itu, semangat
semua orang langsung membara, dan tatapan mereka dipenuhi antusiasme yang tak
tertahankan.
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: