Bab 2079
Delapan Api Ilahi Tingkat Sembilan
ini memiliki kekuatan untuk membentuk delapan sekte besar yang berpotensi luar
biasa!
Lebih dari itu, mereka juga menjadi
simbol kesempatan untuk bergabung dengan sekte-sekte tersembunyi.
Setelah melalui perjalanan penuh
rintangan, akhirnya tiba di sini. Bagaimana mungkin mereka tidak merasa
bersemangat?
Namun, hanya Ridwan yang tampak lesu,
mengikuti dari belakang dengan kepala tertunduk. Kali ini, dia tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan Api Ilahi. Dia bahkan sudah mempersiapkan diri
untuk hidup sebagai orang buangan di tempat ini selama beberapa tahun ...
"Eh, biasanya akan ada utusan
Sekte Tersembunyi yang hadir di sini untuk menyaksikan kita mengambil Api
Ilahi. Di mana mereka?" tanya Adair dengan bingung.
"Memang agak aneh... "
Julio juga terlihat sedikit
kebingungan. Dia menatap ke langit dan bergumam, "Apa utusannya terlambat?
Namun, saat itu juga, suara tawa
parau tiba-tiba terdengar, memecah kesunyian, "Kalian... akhirnya tiba
juga. Aku sudah menunggu cukup lama, kalian tahu..."
Bersamaan dengan suara tawa yang
memudar, awan hitam mulai perlahan-lahan berkumpul dan langit menjadi makin
gelap, bayangan kelam menyelimuti bumi. Suasana seketika menjadi aneh dan penuh
tekanan.
Di bawah tekanan yang begitu kuat,
tulang-belulang yang berserakan di tanah mulai hancur menjadi serpihan dan
berubah menjadi debu yang terbawa angin.
Wajah semua orang berubah drastis.
Jelas ini adalah kekuatan seorang tokoh dari tingkat master ilahi!
"Namun, kenapa aura ini terasa
agak aneh... "
Adair sedikit terkejut. Aura ini
sepertinya tidak berasal dari sekte tersembunyi mana pun yang ia kenal.
Namun, dia tidak punya banyak waktu
untuk berpikir. Di bawah bayangan pekat itu, sosok berjubah hitam muncul dan
memancarkan aura yang begitu kuat saat perlahan turun dari langit.
"Salam hormat kepada Utusan
Mulia!"
Adair dan yang lainnya segera
membungkuk dalam-dalam dengan penuh hormat, suara mereka menggema lantang.
Sosok berjubah hitam itu berdiri di depan
delapan lentera batu, tubuhnya melayang tanpa menyentuh tanah sedikit pun.
Dari balik tudung gelap itu, kepala
sosok berjubah hitam perlahan terangkat, matanya tampak menyapu seluruh
kerumunan. Diiringi tawa parau, dia dengan perlahan melepas tudungnya.
"Nggak perlu terlalu sopan
seperti itu. Angkat kepala kalian..." suara itu terdengar sedikit
familiar, seolah berasal dari seseorang yang mereka kenal.
Adair dan yang lainnya tertegun, lalu
mengangkat kepala untuk melihat lebih jelas.
Namun, begitu wajah itu terlihat,
semua orang seketika membeku.
Sosok di hadapan mereka memiliki
wajah yang tampak muda, tetapi berwarna abu-abu pucat, dengan kilauan hitam
samar di kedalaman matanya. Aura yang mengelilinginya terasa gelap dan menekan.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah
wajah itu ...
"Renan?!" seru Adair dengan
nada tidak percaya.
Semua orang terpaku dan menatap sosok
itu dengan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan.
Renan, bagaimana mungkin itu dia?!
Dahlia langsung berubah pucat,
pikirannya berputar cepat mengingat peringatan yang pernah Saka berikan padanya
sebelumnya.
Dalam sekejap, perasaan bahaya yang
luar biasa menjalari seluruh tubuhnya.
"Jadi, kamu adalah sosok dari
tingkat master ilahi yang membuka Jalan Kejayaan ini?"
Adair, meskipun terkejut, berhasil
menenangkan diri lebih cepat. Dia menatap Renan dengan ekspresi penüh rasa
ingin tahu, dan berkata, "Kamu benar-benar pandai menyembunyikan
dirimu."
Sebelumnya, mereka sempat berpikir
bahwa salah satu anak dari keluarga besar telah menggunakan Jalan Kejayaan
untuk mencapai master ilahi.
Namun, setelah memeriksa satu sama
lain, ternyata tidak ada di antara mereka yang berhasil.
Satu-satunya kemungkinan yang tersisa
adalah seseorang dari luar kota Sentana yang berhasil mencapai tingkat master
ilahi. Karena itu, mereka tak terlalu memikirkannya lebih jauh.
Mereka memiliki kesepakatan
diam-diam. Jika ada seseorang di luar keluarga besar dan klan kerajaan yang
mencapai tingkat master ilahi, mereka akan bersatu melawannya.
Namun, setelah sosok dewa misterius
itu tidak muncul lagi, mereka mulai mengabaikan ancaman tersebut.
Tak disangka, sosok yang tak mereka
anggap serius ini, Renan, ternyata adalah orangnya!
Renan menyipitkan matanya, cahaya hitam
berkedip di kedalaman matanya saat dia melirik mereka satu per satu. Perlahan,
senyumnya merekah dan dengan nada santai dia berkata, "Iya aku memang
mengalami beberapa kejadian luar biasa. Nanti, aku akan ceritakan semuanya
kepada kalian."
"Sepertinya keberuntunganmu
memang besar. Kamu berhasil menjadi seorang master ilahi lebih dulu daripada
kita. Ini sangat mengejutkan, bahkan kami nggak menyangka."
Ruvan tidak terkejut begitu melihat
Renan muncul.
Di matanya tampak campuran rasa iri
dan meremehkan, seolah dia cemburu dengan keberuntungan yang dimiliki Renan.
Keberuntungan yang, menurutnya, tak seharusnya jatuh pada sosok yang selama ini
dianggap sebelah mata.
Namun, dalam hati Ruvan berusaha
meyakinkan dirinya, bahwa meskipun Renan mendapat kesempatan luar biasa, dia
pasti tidak mencapai tingkat master ilahi dengan Api Ilahi tingkat sembilan.
Masa depannya pasti takkan sebanding dengan miliknya.
Begitu pemikiran itu terlintas,
hatinya merasa lebih tenang.
"Cukup basa-basinya, Renan!
Bunuh saja Shawn!"
Kini, suara Feriza terdengar
memerintah dengan nada tegas.
Dilihat dari posisi dan bakat mereka,
Renan tidak layak untuk berada di atas mereka, apalagi setelah keberuntungannya
yang sangat langka. Dulu, setiap kali bertemu dengan Feriza, Renan selalu
bersikap sangat hormat.
Ruvan dan yang lainnya juga tersenyum
ringan, tidak terburu-buru.
Mereka tahu bahwa keluarga tujuh
besar selalu bisa berdiskusi dengan mudah. Keberhasilan Renan menjadi seorang tingkat
master ilahi justru menjadi keuntungan bagi mereka, karena itu bisa membantu
mereka mengatasi Shawn.
Nainun, meski Renan berhasil mencapai
tingkat master ilahi, mereka percaya potensi Renan sudah habis. Dia tidak
mungkin mendapatkan posisi di Sekte Tersembunyi, dan tempat itu bisa diberikan
pada Ridwan.
Masing-masing dari mereka menyimpan
rencana di hati.
Namun, Renan hanya menatap mereka
dengan mata tajam, senyumnya kali ini berbeda. Itu bukan senyum hormat yang
biasa dia tunjukkan, melainkan senyum rendah yang terkesan penuh ejekan yang
membuat orang yang melihatnya merasa sangat tidak nyaman.
"Feriza, kamu... "
"Apa kamu sedang memerintah aku
yang sebagai Raja sekarang?"
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: