Bab 2101
"Jadi ini kekuatan
nadi naga, ya?"
Dari balik kabut hitam,
Wafa menatap bayangan naga yang megah itu. Setelah melihatnya dengan lebih
jelas, alisnya sedikit berkerut. Namun, raut wajahnya tampak kecewa.
Di saat itu, terdengar
teriakan menggema yang tiba-tiba memecah suasana.
Ternyata Jaykel yang
diterjang amukan bayangan naga itu, tubuhnya terlempar jauh seperti daun
tertiup angin. Sembilan bayangan tombak yang tadinya menyertainya menghilang
tanpa bekas!
"Apa? Jaykel
kalah?" seru Adair dan yang lainnya dengan penuh semangat, seolah melihat
secercah harapan kemenangan di ujung terowongan yang gelap.
Namun, Jaykel bangkit
kembali. Tubuhnya melompat ke udara dengan gerakan penuh keanggunan, berdiri tegak
dengan tatapan dingin yang menakutkan. Kini, wajahnya tidak lagi memperlihatkan
kesombongan ataupun ejekan, melainkan ekspresi yang beku tanpa emosi.
Tubuhnya penuh dengan
luka mengerikan yang ditinggalkan oleh naga itu. Kulit dan dagingnya terkoyak
hingga terlihat menyeramkan, tetapi perlahan-lahan luka-luka itu mulai menyatu
kembali.
"Kamu lebih tangguh
dari yang aku kira," ujarnya dingin, suaranya seolah membawa hawa dingin
menusuk tulang.
"Teknik pemulihanmu
itu, nggak mungkin bisa kamu gunakan berkali-kali, 'kan?" tanya Saka
dengan nada datar, tetapi sorot matanya tajam seperti pedang.
Dia berdiri tegak. Meski
pundaknya dihiasi sebuah luka yang menembus dari depan hingga belakang, darah
segar terus menetes, membasahi pakaian hingga berwarna merah menyala.
Namun, raut wajahnya
tetap tenang, seolah rasa sakit tidak pernah menyentuh dirinya.
Pemulihan seperti itu
pasti ada batasnya. Harganya? Tidak lain adalah mengorbankan kekuatan hidupnya.
"Kamu sendiri juga
sedang menguras hidupmu, bukan? Kamu nggak akan bertahan lama," balas
Jaykel sambil menyipitkan matanya. Kata-katanya mengandung nada ejekan yang
dingin.
Setelah itu, matanya
menyapu orang-orang di sekitar, mencari sesuatu, atau seseorang. Hingga
akhirnya pandangannya berhenti pada sosok pria tua di tepi arena. Dengan
senyuman sinis, dia berkata, "Tua bangka, pinjam kekuatan hidupmu
sebentar!"
Bagi Jaykel, Ruvan dan
Feriza masih punya kegunaan, sehingga dia memilih pria tua itu sebagai
korbannya.
Pria tua itu tidak
tampak gentar sedikit pun. Bahkan, dia justru tertawa sinis dan berkata dengan
nada meremehkan, "Kamu sampai perlu bantuan untuk mengalahkan dia? Apa itu
nggak mencoreng nama besarmu? Tapi sudahlah, biar aku bantu sekali ini."
Kata-kata pria tua itu
baru saja selesai, dia langsung menggores pergelangan tangannya. Darah segar
mengalir deras, dipaksa keluar oleh energi dalam tubuhnya, berubah menjadi
kabut darah yang dengan cepat menyebar ke udara. Tanpa menunggu lama, semua itu
langsung diserap habis oleh Jaykel!
Dalam sekejap, wajah
Jaykel yang tadinya pucat berubah menjadi merah segar, tampak sehat dan penuh
energi. Aura di tubuhnya kembali memuncak hingga ke puncak kekuatannya!
Pemandangan itu membuat
hati semua orang yang menyaksikan seolah terhempas ke jurang keputusasaan.
"Kamu mungkin bisa
bertarung dengan mengorbankan hidupmu, tapi kamu tahu sendiri, itu nggak akan
bertahan lama!" ejek Jaykel dengan dingin, sebelum melancarkan serangan
mematikan.
Saat suaranya menggema,
energi sejati dalam tubuhnya menyala, membakar seperti kobaran api. Energi itu
berubah menjadi pita-pita cahaya yang merasuk ke tubuhnya, menguras kekuatan
hidupnya demi peningkatan kekuatan yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia
siap melancarkan serangan terakhir yang mematikan!
Saka mengerutkan kening.
Dia tahu, tubuhnya pun sedang mengalami hal yang sama, kekuatan hidupnya
terkuras perlahan-lahan.
Dengan cepat, dia
memindai orang-orang di sekitarnya, pikirannya dipenuhi pertimbangan rumit.
Dia tahu, meski berhasil
membunuh Jaykel, hanya jiwanya yang akan terluka. Tubuh aslinya tetap akan
utuh, tidak bisa dihancurkan.
Namun, jika dia terus
bertarung, identitas aslinya akan terungkap, dan sekali lagi, dia akan menjadi
buruan banyak pihak.
Matanya berkilat,
memandang sekilas ke arah Adair dan kelompoknya. Dalam hati, dia bergumam
lirih, " Apakah di lapisan atas masih ada orang yang memiliki secuil rasa
keadilan?"
Bagaimanapun, dia telah
menghancurkan rencana gelap Enam Jalur Puncak Kematian. Apakah hal itu cukup
untuk membuat para penguasa melindunginya?
Namun, dengan cepat dia
menghela napas, meninggalkan harapan itu. Baginya, itu hanyalah khayalan yang
tidak realistis.
Saat itu juga, Jaykel
mengeluarkan teriakan keras. Dengan mengorbankan hidupnya, auranya melonjak
drastis, mencapai puncak master ilahi tingkat dua. Matanya yang merah darah
bersinar tajam, penuh amarah dan keangkuhan. Dia menatap Saka dari atas,
seperti seorang penguasa yang memandang rendah rakyat jelata. "Kamu punya
kekuatan dan bakat, tapi kamu memilih melawan batu karang dengan telur rapuh.
Pernahkah kamu menyesalinya? "serunya dengan nada menggema.
Meskipun hanya naik satu
tingkat, kekuatannya melonjak jauh melampaui batas sebelumnya, seolah -olah
menjadi sosok yang sama sekali berbeda.
Saka pun terjebak. Dalam
sekejap, kedua tangan mereka bertemu dalam sepuluh lebih serangan yang
bertubi-tubi. Meski mencoba menahan, darah segar mengalir lagi dari sudut bibir
Saka, menetes ke tanah dan membentuk bunga-bunga darah.
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: