Membakar Langit ~ Bab 2103

 

Bab 2103

 

Begitu kata-kata itu diucapkan, pemandangan mengerikan pun terjadi.

 

Di bawah kaki pria tua itu, angin kencang tiba-tiba berputar tanpa sebab. Matanya yang semula normal perlahan berubah menjadi merah darah, penuh dengan kegilaan. Pembuluh darah di tubuhnya menggembung dan berdenyut hebat, seakan-akan siap meledak kapan saja!

 

"Bawa kami keluar dari sini!" teriak Adair dengan suara yang penuh kepanikan dan putus asa.

 

Namun, melihat persiapan untuk mengaktifkan Formasi Pembantaian Kehidupan yang berada di master ilahi setengah langkah, dia pun tidak bisa membayangkan kedahsyatan kekuatan yang akan dilepaskan.

 

"Dasar egois. Kamu masih berani membuat permintaan di saat seperti ini? Lihat keadaan Saka! Kamu nggak punya rasa malu, ya?" ujar Dahlia dengan tatapan penuh hinaan. Suaranya dingin dan tajam seperti belati.

 

"Kamu maksud apa? Kalau ini terus berlanjut, kita semua akan mati! Atau kamu nggak takut mati?" balas Adair, suaranya dipenuhi kemarahan.

 

Dahlia hanya menyeringai dingin. "Kematian kalian nggak akan membawa kerugian apa pun pada dunia ini, malah mungkin jadi berkah."

 

Ucapan itu membuat Adair dan yang lainnya tertegun. Apa maksud Dahlia sebenarnya?

 

Namun, di saat itu, Dahlia mengalihkan pandangannya ke arah Saka. Dengan suara rendah namun penuh ketegasan, dia berkata, "Saka, selamatkan dirimu sendiri. Nggak perlu peduli pada kami!"

 

Saka mendengar kata-kata itu, tetapi tatapannya tidak teralih. Matanya kini tertuju pada pedang iblis hitam yang berada di tangan lawan. Dia tahu dengan sangat jelas, jika dia mundur, pedang iblis itu akan langsung membantai Adair dan yang lainnya. Setelah itu, kekuatan Formasi Pembantaian Kehidupan akan semakin besar, seperti bola salju yang terus bergulir, menyerap energi dari semua yang ada di sekitarnya.

 

Di bawah Jalan Kejayaan, terdapat kumpulan anak muda terbaik dari Gunung Reribu.

 

Jika formasi ini dilepaskan, mereka akan menjadi korban pertama.

 

Formasi itu akan terus mengamuk, menghancurkan setiap peserta, penduduk, dan semua kehidupan di Gunung Reribu, sebelum menyebar lebih jauh, membawa kehancuran pada dunia ini.

 

"Aku adalah tembok terakhir yang menghalangi kehancuran ini. Jika aku mundur satu langkah, banjir besar akan melanda. Bagaimana mungkin aku melarikan diri?"

 

Kata-katanya terdengar lirih namun sarat dengan tekad. Dengan darah yang kembali mendidih, semangatnya membara. Dia maju ke medan pertempuran sekali lagi, menantang Jaykel dalam duel mematikan.

 

"Suruh kamu pergi, tapi kamu malah tetap bertahan! Dasar sombong!" ujar Jaykel sambil tertawa marah.

 

Seluruh tenaganya meledak dalam serangan penuh amarah.

 

Tatapan Saka tetap dingin. Meski luka di tubuhnya semakin parah, dia tahu hanya dirinya yang bisa menghentikan bencana ini. Mundur bukanlah pilihan.

 

Di tengah pertarungan yang sengit, suara tawa pria tua menggema di arena. Tawa itu penuh dengan kegilaan.

 

"Saka, kamu berhasil memaksaku sampai sejauh ini. Aku, kakek tua ini, akan mengingat namamu!" ujarnya.

 

"Aku sungguh berharap kamu bisa selamat kali ini, agar kita bisa bertemu lagi. Saat itu, aku akan menyambutmu dengan cara yang berbeda!"

 

Begitu kata-kata itu selesai, wajah pria tua itu berubah semakin menyeramkan. Matanya yang memerah penuh kebencian tertuju pada Saka. Dalam hitungan detik, tubuhnya tiba-tiba meledak dengan kekuatan dahsyat!

 

Suara ledakan memecah langit. Angin kencang menderu, dan kabut hitam mengamuk seperti badai. Di tengah kekacauan itu, sebuah pedang iblis hitam raksasa muncul, mengambang di udara seperti manifestasi dari ribuan iblis yang meraung. Tekanan luar biasa melingkupi seluruh arena.

 

Semua orang merasakan jantung mereka tenggelam dalam ketakutan yang mencekam.

 

"Ini akhirnya datang...

 

Namun, berbeda dari yang lain, Dahlia hanya menatap pemandangan itu dengan mata datar, tanpa ekspresi. Seolah dia telah menunggu semua ini terjadi, sesuai rencana yang telah dia siapkan.

 

Hanya saja...

 

Tatapannya beralih ke Saka, kali ini menunjukkan kerumitan yang sulit dijelaskan. Dalam hatinya día berpikir, "Saka, kamu nggak seharusnya datang ke tempat ini ... "

 

Di sisi lain, Adair dan kelompoknya tampak pucat pasi. Di bawah tekanan pedang iblis itu, mereka merasa seperti kambing yang menunggu untuk disembelih.

 

"Saka! Itulah harga dari kesombonganmu ! Kamu berani menantang kami, Enam Jalur Puncak Kematian, dan itu kesalahan fatalmu! Kamu pikir kamu lebih hebat dari Adriel si pewaris Tabib Agung? Bahkan dia pun hanya bisa mati dengan penuh penyesalan. Apa kamu lebih baik darinya?" seru Jaykel sambil tertawa terbahak-bahak.

 

Tatapannya penuh kesombongan dan keangkuhan.

 

Pedang iblis hitam yang mengambang di udara berkilauan, dengan ujung tajamnya mengarah tepat ke Saka. Angin yang mengamuk membuat ujung pakaian Saka yang bersimbah darah berkibar liar. Tubuhnya terluka parah, dan darah segar mengalir dari mulutnya, terbawa oleh angin.

 

Hingga terdengar suara desingan tajam, pedang iblis itu mulai bergerak turun. Energi pisau yang ganas menyayat udara, bahkan kulit Saka merasakan sakit yang menyengat, seperti hendak terkoyak.

 

Jaykel mengeluarkan tawa kejam, melompat maju, telapak tangannya terangkat tinggi, siap menghantam kepala Saka dengan serangan mematikan.

 

Serangan itu membawa kekuatan luar biasa, seperti gunung yang runtuh. Pedang iblis dan Jaykel bekerja bersama, menyatukan kekuatan mereka untuk melancarkan serangan brutal yang mengurung Saka sepenuhnya!

 

Awan hitam menggulung, kilauan cahaya keemasan memancar di tengah kekacauan. Pertarungan kembali berkobar dengan hebat. Dalam hitungan detik, mereka telah bertukar belasan serangan. Saka bergerak cepat di antara pedang iblis dan serangan Jaykel, tetapi setiap gerakan semakin memperburuk lukanya dan memuntahkan darah segar.

 

Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 2103 Membakar Langit ~ Bab 2103 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 09, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.