Bab 2105
Suara menggema itu
seolah berasal dari puluhan tahun lalu, dari zaman penuh perang dan kekacauan.
Suaranya membawa aura pedang dan tombak, serta napas pertempuran yang gagah
berani. Suara itu menghantam hati semua orang yang mendengarnya, seperti palu
besar yang menghunjam dalam-dalam.
Cahaya emas di tubuh
Saka bersinar terang. Saat itu, sinarnya terasa menyilaukan, membuat banyak
orang menundukkan kepala dalam rasa malu.
"Apakah orang
seperti ini benar-benar ada?"
gumam Adair, tertegun
saat menatap Saka.
Di sisi lain, Dahlia
kembali merasakan sesuatu yang sangat familier, sebuah keagungan yang tragis.
Perasaan ini membawanya kembali ke beberapa bulan yang lalu, saat dia melihat
sosok lain yang sangat mirip berdiri gagah, melindungi dirinya dan yang lain
hingga akhirnya mengorbankan nyawanya.
Dia telah menerima budi
besar dari Tabib Agung, sesuatu yang dia tahu tidak akan pernah bisa dia balas,
bahkan dengan nyawanya sekali pun.
Namun, pada saat itu,
dia hanya bisa menyaksikan kepergian Adriel, tanpa daya untuk mengubah apa pun.
Setiap hari yang dia lalui sejak saat itu terasa seperti siksaan, karena setiap
malam, bayangan kematian Adriel selalu menghantuinya dalam mimpi.
Kini, melihat sosok Saka
yang berlumuran darah, berdiri gagah dengan tubuh penuh luka, wajah Dahlia
perlahan memucat. Dia merasa seperti terseret kembali ke mimpi buruknya, seolah
pengorbanan yang serupa akan terjadi lagi di depan matanya.
"Aku ... nggak
sebaik dia," gumam Julio dengan suara serak. Kepalanya menunduk dalam rasa
malu yang tak bisa dia sembunyikan.
"Pandangan yang
luas, keberanian yang besar," ujar Wafa dengan nada pelan.
Tatapannya tertuju pada
sosok Saka yang tetap tegak di tengah medan pertempuran. Dia, yang biasanya tak
tergoyahkan, kini merasakan hatinya tergetar oleh keberanian yang terpancar
dari pria itu.
Meski begitu, Wafa masih
merasa heran. Saka tidak menunjukkan jurus pamungkas yang dia harapkan.
Namun, dia tidak bisa
mengabaikan fakta bahwa sosok Saka kini semakin menyerupai Adriel...
Di sisi lain, alis
Jaykel semakin mengerut, menunjukkan rasa tak nyaman yang kian besar. "
Aku meremehkanmu... Nggak heran Tuan Muda begitu menghargaimu. Negara Elang
nggak boleh memiliki lebih banyak orang seperti dirimu ... "
Orang seperti Saka
adalah tiang penyangga Negara Elang, tetapi juga duri dalam daging bagi Enam
Jalur Puncak Kematian.
Untuk pertama kalinya,
Jaykel memandang Saka tanpa sedikit pun rasa meremehkan. Sebaliknya, dia mulai
melihatnya sebagai seseorang yang layak dihormati, meskipun mereka berada di
sisi yang berlawanan.
Dengan nada yang penuh
keyakinan, Jaykel berkata, "Sosok pahlawan seperti dirimu... pantas
mendapatkan pemakaman yang agung."
Jaykel tiba-tiba
memasang ekspresi kejam, mengangkat tangannya dengan gerakan cepat dan keras.
Dalam sekejap, dia menangkap Ruvan yang berdiri di dekatnya.
Teriakan menyayat dari
Ruvan menggema di udara saat tubuhnya dilemparkan ke tengah Formasi Pembantaian
Kehidupan. Dalam sekejap, formasi itu melahapnya tanpa ampun, teriakan
terakhirnya lenyap di antara gemuruh kekuatan yang membesar.
"Ruvan memiliki
kekuatan keberuntungan naga. Dengan darahnya sebagai persembahan, formasi ini
akan menjadi lebih dahsyat! Saka, kematianmu akan sangat berarti!" seru
Jaykel, penuh kemenangan.
Sekali lagi, Formasi
Pembantaian Kehidupan aktif dengan kekuatan yang lebih besar, menciptakan
gelombang dahsyat seperti badai yang tidak bisa dihentikan begitu Ruvan
menyerapnya.
Pedang iblis hitam yang
melayang di udara tiba-tiba bertambah besar, nyaris dua kali lipat ukurannya.
Gemuruh suaranya seperti raungan iblis yang marah, memotong angin dengan
kecepatan luar biasa, langsung mengarah pada Saka.
"Ah!"
Adair dan yang lainnya
berubah pucat pasi.
Bahkan Shawn, yang
selama ini selalu menghadapi bahaya dengan tenang, hanya bisa menghela napas
pelan, menatap Saka dengan pandangan penuh rasa iba.
Di dalam hati Saka
sendiri, suara marah Leluhur Lavali menggema, memerintahkannya untuk menurunkan
pertahanannya dan menerima bantuan!
Namun, sebelum pedang
iblis hitam itu bahkan menyentuhnya, tanah di sekitar Saka mulai retak,
meninggalkan pola besar di bawah kakinya. Tekanan luar biasa menghantamnya,
membuat tubuhnya yang sudah terluka semakin parah. Darah menyembur dari
tubuhnya, mewarnai tanah dengan warna merah pekat.
Matanya memerah, dan dia
mengerahkan semua kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya. Ini adalah pertempuran
hidup dan mati, tidak ada jalan untuk mundur.
Dengan suara lantang,
dia berteriak, seolah-olah melawan hambatan yang diciptakan oleh Leluhur Lavali
di dalam dirinya.
Teriakan itu mengguncang
medan pertempuran, memenuhi udara dengan semangat tempur yang mendidih. Dia
mengerahkan seluruh energi sejati terakhirnya, melawan tekanan yang mematikan.
Namun, pedang iblis itu
terus melaju tanpa henti. Kecepatannya tidak berkurang sedikit pun, semakin
dekat, siap menghantam tubuh Saka.
Saat semua orang
berpikir segalanya sudah berakhir, tiba-tiba, dunia terasa hening. Bahkan
pedang iblis yang mengerikan itu tampaknya terhenti sesaat.
Udara dipenuhi aroma
yang dingin dan segar, seperti wangi bunga plum yang bermekaran di tengah
salju. Sebuah tangan putih halus muncul dari kabut dan mendorong Saka ke
samping.
Semua orang menoleh
dengan mata terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sosok itu
adalah... Dahlia!
Namun, ada sesuatu yang
berbeda. Tubuh Dahlia kini memancarkan kabut hitam pekat. Berbeda dengan energi
sejati hitam dari Enam Jalur Puncak Kematian, kabut ini membawa aura bencana
yang tidak menyenangkan, seolah-olah malapetaka besar akan segera terjadi.
"Dia... bagaimana
mungkin dia masih punya kekuatan?" gumam Adair dengan ekspresi bingung.
Putri Novea tiba-tiba
tersentak, seolah menyadari sesuatu. Dengan nada tidak percaya, dia berseru,
" Tiga bencana berkumpul, jiwa nggak masuk reinkarnasi! Dia akan
melepaskan Tubuh Tiga Bencana!"
Semua orang terpaku, dan
sekejap kemudian wajah mereka berubah drastis, seolah-olah tersadar akan sebuah
legenda mengerikan.
Tubuh Tiga Bencana
adalah gabungan dari tiga jenis bencana alam yang luar biasa dahsyat. Tubuh
manusia berfungsi sebagai penjara, sementara jiwa bertugas mengikat ketiga
bencana itu di dalamnya. Itulah esensi dari seseorang dengan Tubuh Tiga
Bencana.
Dahlia telah menggunakan
kekuatan dari Tubuh Tiga Bencana untuk berlatih, perlahan memahami dan
mengendalikan ketiga bencana tersebut.
Namun, jika dia memilih
untuk melepaskan jiwanya dan membebaskan tiga bencana itu, dia akan menciptakan
malapetaka besar yang tak terbayangkan!
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: