Bab 2106
Hanya saja, itu semua
adalah legenda, tidak ada yang pernah melihatnya. Dahlia menghadapi situasi
hidup dan mati, tetapi dia juga tidak pernah mengaktifkannya... Mereka mengira
bahwa legenda semacam itu hanyalah omong kosong.
Namun, ternyata itu
benar?
"Tapi, waktu tadi
Saka nggak muncul, kenapa dia nggak menggunakannya lebih awal saat kami
menghadapi situasi hidup dan mati?"
Adair tertegun.
Melihat Dahlia
menghalangi pedang iblis hitam itu, Saka merasa sangat panik. Matanya memerah
dan dia hendak mendorongnya menjauh. "Mundur!"
Namun, sebuah kekuatan
yang besar memancar dari tubuh Dahlia, bahkan membuat Saka yang terluka parah
terhuyung dan tidak dapat mendekatinya!
Petir, api, dan angin
kencang mengelilingi dirinya.
Dia berdiri di tengah
angin kencang sambil menatap ke arah Saka dengan tatapan lelah. Namun, ada
senyuman tegas dan tanpa penyesalan di wajahnya.
"Aku sudah mundur
sekali, saat itu ... aku nggak bisa mengorbankan nyawa untuk melindunginya.
Sampai sekarang, aku sangat menyesal. Kali ini, aku nggak bisa mundur
lagi..."
Angin kencang mengangkat
gaun putihnya, menari-nari dengan anggun, indah dan tak tertandingi.
Saka membuka mulutnya
seolah ingin berteriak, tetapi tertekan oleh kekuatan Tiga Bencana, suaranya
terhalang. Hatinya terasa membara, dia harus melawan kekuatan itu untuk menarik
Dahlia.
Tubuhnya yang terluka
parah terhempas oleh kekuatan bencana yang mengerikan itu.
Angin, api, dan petir
berkumpul. Di lokasi yang sama, terjadi tiga bencana alam, kekuatan yang besar
menyebar di tempat itu, bahkan membuat pedang iblis hitam yang diperkuat
menjadi lamban dan agak bergetar saat jatuh.
Ekspresi Jaykel tampak
terkejut dan tidak percaya. Dia merasakan tekanan besar di dalam hati!
Siapa yang tidak gemetar
saat terjadi bencana alarm?
Wanita di tengah angin
kencang mengulurkan kedua tangannya dan melambaikan tangan. Angin kencang
menyapu dan meniup kabut hitam. Petir menggelegar, membawa cahaya, api menyala,
dan membakar pedang iblis!
Saat ini, dia
seolah-olah adalah penguasa bencana di antara langit dan bumi!
"Nggak!"
Jaykel terkena serangan
balik dan muntah darah. Dia berusaha keras untuk memasukkan kekuatan ke dalam
Formasi Pembantaian Kehidupan, tetapi terus mundur satu demi satu langkah.
"Pedang bencana?
Bukankah manusia seperti cecunguk kecil..." bisik Dahlia sambil
melambaikan tangannya. Lalu, tiga bencana itu menekan dengan ganas, dan di atas
pedang iblis muncul retakan besar!
Namun, pada saat yang
sama, Saka melihat wajah Dahlia tiba-tiba menjadi pucat, seolah-olah
vitalitasnya mengalir dengan cepat. Mulutnya kering dan bau darah melonjak di
tenggorokannya!
"Aku tahu kamu
merasa bersalah."
Dahlia menatapnya dengan
tatapan tenang dan penuh dengan rasa lega sambil perlahan berkata, Waktu Adriel
meninggal, aku juga merasa bersalah, bahkan rintangan batin muncul, sehingga
kemampuanku sulit berkembang."
"Jadi, aku datang ke
sini bersama mereka. Kalau Enam Jalur Puncak Kematian bisa datang, tentu sangat
baik. Membawa mereka mati bersama, bisa dianggap sebagai balas dendam untuk
Adriel. Walaupun aku mati, aku akan merasa tenang ... "
"Ini adalah
rencanaku," ujar dia dengan suara pelan. Namun, darah mulai mengalir dari
mulutnya dan menetes ke tanah, lalu memercik menjadi genangan darah yang
mencolok.
Setelah ucapan itu
terlontar, semua orang tampak bingung dan keraguan mereka terjawab.
Julio dan yang lainnya
menghela napas.
Ternyata begitu
Dahlia selalu membenci
mereka, tetapi juga membenci dirinya sendiri...
Dahlia hanya ingin
membuat mereka mati.
Pantas saja dia tidak
memiliki rencana cadangan setelah menerima peringatan dari Saka. Ternyata, dia
menang tidak ingin memiliki rencana cadangan, hanya ingin melihat mereka mati!
Karena itu, walaupun
bisa mengalahkan Enam Jalur Puncak Kematian setelah mengorbankan dirinya, dia
hanya akan memilih untuk menyaksikannya dengan tatapan dingin dan mati bersama
mereka untuk mencari pembebasan...
Namun, sekarang, dia
tiba-tiba memilih untuk mengorbankan diri tentu bukan untuk mereka, tetapi
untuk
Mereka memandang Saka
dengan tatapan yang rumit.
Saat itu, dia tiba-tiba
mengangkat pandangannya untuk menatap Saka sambil tersenyum, lalu berkata
dengan nada menghargai, "Tapi, kamu sudah menerobos masuk, mereka nggak
layak aku pertaruhkan nyawa untuk diselamatkan, tapi kamu... berbeda dari
mereka, berbeda dari semua orang. Kamu seperti orang yang sudah mati itu."
"Sebenarnya aku
ingin mengamatimu lebih lama. Sayangnya, sepertinya sudah terlambat."
"Tapi, Saka, apa
aku akan berharga kalau aku mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkanmu dan
membantumu meraih kesuksesan di masa depan? Akankah akhirnya kamu menjadi
seperti mereka?"
Selesai berbicara,
suaranya menjadi sangat lembut, tatapannya tampak agak bingung, seolah sedang
berbicara pada diri sendiri dan bertanya pada diri sendiri.
Melihat pengorbanan
wanita di depannya, Saka merasakan kesedihan yang mendalam di dalam hatinya.
Air mata darah mengalir dari kedua matanya.
Seolah-olah mendapatkan
jawaban, wajah Dahlia yang makin pucat menunjukkan senyuman, lalu dia berkata
dengan yakin, "Ya, itu pasti sepadan."
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: