Bab 2119
Wajah Adair seketika
memucat, setetes keringat dingin mengalir perlahan dari pelipisnya.
Tetua Garen keluarga
Atmaja buru-buru berkata, " Harap maafkan kami, Senior! Anak muda ini
hanya bercanda tanpa pikir panjang!"
Liana meliriknya dengan
dingin, kemudian mengangkat tangannya.
Bam!
Tangan putih bersih itu
meledakkan kekuatan yang menakutkan, dengan satu tamparan saja, Tetua Garen
terlempar jauh hingga berguling -guling di tanah!
Tetua itu memuntahkan
darah segar, dadanya tampak cekung. Hanya satu serangan, tapi sudah hampir
merenggut nyawanya!
Tak berhenti di situ,
Liana mengayunkan tangannya sekali lagi, menghantam Adair hingga terpental.
Adair memuntahkan darah
deras, wajahnya seketika pucat pasi.
Meskipun Liana menahan
kekuatannya, dampaknya tetap membuat tubuh Adair terasa remuk.
"Aku juga masih
muda. Kalau aku memukul kalian untuk bermain-main, apa kalian akan
menyalahkanku?" ujar Liana dengan nada datar.
"N-Nggak
berani!" jawab Tetua Garen Keluarga Atmaja sambil tersengah dan
memuntahkan darah.
Dia juga telah berbicara
dengan tidak hormat, jadi menerima pukulan ini bukanlah hal yang tidak adil!
Adair yang terluka parah
juga buru-buru berkata, " Terima kasih atas bimbingannya, Senior!"
Dari jauh, Saka hanya
bisa diam dan berkata dalam hati, "Guru Liana ini benar-benar luar
biasa... "
"Untuk kali ini,
aku lepaskan nyawamu. Tapi kalau Jayub berani menyentuh teman atau keluarga
Saka, aku akan menghabisi kalian semua, apa pun yang terjadi! Paham?" ujar
Liana. Suara dingin Liana bergetar penuh ancaman.
Keduanya mengangguk
dengan berat hati. Dalam persaingan tingkat atas, ada semacam kesepahaman tak
tertulis. Kecuali benar-benar yakin bisa menghancurkan semuanya sekaligus,
keluarga tidak akan dilibatkan. Bagaimanapun, jika situasinya benar-benar
sampai pada kehancuran total, dampaknya akan sangat sulit untuk dikendalikan
Saka sebelumnya tidak
memiliki latar belakang kuat. Itu sebabnya, teman-temannya menjadi sasaran
ancaman.
Setelah memberikan
peringatan, Liana menggandeng tangan Saka dan melesat ke udara.
Di perjalanan, Liana
menghela napas dan berkata, " Aku datang karena menerima pesan dari
Wennie. Dia bilang dirinya ditahan oleh Jayub, jadi aku datang untuk
menyelamatkannya. Tapi ternyata, situasinya lebih rumit... Bahkan Dahlia sudah
tewas..."
Saat membicarakan hal
itu, ekspresi wajahnya agak sedih. Meskipun Dahlia hanya seorang murid
terdaftar dari Tabib Agung, dia tetap memperlakukannya seperti muridnya
sendiri.
Kini Dahlia telah tiada,
hatinya juga merasa tidak enak...
Mendengar itu, Saka
terdiam beberapa saat sebelum berkata, "Dia belum benar-benar mati. Masih
ada secercah jiwanya yang tersisa."
Liana tersenyum pahit
ketika mendengarnya. Meski begitu, apa bedanya? Baginya, itu sama saja seperti
mati.
Ada rasa duka dan
kemarahan dalam matanya. Dia melanjutkan, "Dahlia berkorban demi bangsa.
Jasa kalian nggak boleh dirampas begitu saja! Jangan khawatir, aku akan
membantumu sampai tuntas!"
"Aku akan bawa kamu
ke kota Sentana. Hanya di sana masalahmu bisa diselesaikan," lanjut Liana.
Mendengar percakapan
Saka dengan Tetua Garen sebelumnya, Liana sudah memahami situasinya.
"Tapi, aku khawatir
di sana hanya akan terjadi perlindungan antar pejabat ... " ujar Saka
ragu.
Melihat situasi
sekarang, sepertinya kota Sentana pun belum tentu...
Liana berkata dengan
suara rendah, "Ini nggak perlu kamu khawatirkan, mereka pasti akan saling
melindungi!"
Saka tertegun. Kalau
begitu, kenapa harus ke kota Sentana?
"Tapi, perlu kamu
tahu, di kalangan pejabat tinggi juga ada persaingan. Akan ada perlindungan
antar kelompok, tapi juga akan ada mereka yang saling menjatuhkan!" ujar
Liana sambil memancarkan tatapan tajam.
"Begitu kita tiba
di kota Sentana, musuh-musuh Jayub akan membantu kita. Jangan khawatir!"
lanjut Liana.
Saka sedikit tenang
mendengar penjelasannya. Dia pun menceritakan kondisi Yunna yang membutuhkan
darah naga.
Liana terkejut dan
segera bertanya, "Yunna membutuhkan darah naga? Aku mungkin punya cara,
tapi..."
Belum selesai dia
berbicara, tubuhnya tiba-tiba terhenti. Tatapannya berubah tajam saat melihat
ke depan, tubuhnya dipenuhi energi yang siap bertarung kapan saja.
Di depan mereka, seorang
pria tua bertubuh kekar berdiri tegak di udara, mengenakan jubah hitam yang
berkibar tertiup angin.
Meskipun hanya seorang
diri, auranya begitu kuat, seperti tembok raksasa yang menghalangi jalan
mereka.
"Liana!"
Jayub menatap Liana
dengan tajam. Di matanya, ada kilatan dingin. Dia berteriak, "Liana, apa
kamu benar -benar ingin menjatuhkan diriku?"
Liana menjawab dingin,
"Nggak perlu basa-basi.
Saka telah berjasa
besar, aku wajib memperjuangkan keadilannya. Lagi pula, meskipun bukan untuk
dia... "
"Dendam Adriel
masih belum terbalaskan. Dia sudah mati, kenapa kamu masih hidup? Aku menang
ingin menghabisimu!"
Saka terkejut. Sudah
beberapa bulan, kenapa gurunya jadi lebih eksplosif seperti ini?
Wajah Jayub makin muram.
Dia berteriak, "Aku nggak ingin bertarung denganmu... "
"Omong
kosong!"
Tanpa banyak bicara,
Liana melangkah maju dan mengaktifkan Teknik Penerobos Surgawi.
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: