Membakar Langit ~ Bab 2121

  

Bab 2121

 

"Siapa kamu..." tanya Saka tertegun.

 

Sementara itu, Jayub menatap tajam pria berpakaian hitam yang tampilannya berantakan. Ekspresinya suram.

 

Pria berpakaian lusuh itu menghela napas ringan dan berkata, "Aku adalah murid dari Guru Kaisar, Andios. Dahlia adalah adik seperguruanku."

 

Murid Guru Kaisar?

 

Saka terperangah. Setelah Dahlia meninggal, Guru Kaisar pasti mengirim seseorang untuk menyelidiki.

 

"Andios, kamu dasar malas akhirnya meninggalkan kota Sentana juga, ya?"kata Jayub dengan nada dingin dan matanya menyipit sedikit.

 

"Tak ada pilihan. Ini menyangkut adik seperguruanku. Meski aku malas, aku tetap harus datang... " ujar Andios.

 

Namli menghela napas lagi. Di balik mata yang selalu tampak seperti mengantuk itu, ada rasa kehilangan yang mendalam. "Walaupun aku sudah lama memahami arti hidup dan mati, tetap saja, kepergian adik seperguruanku membuatku... sudahlah. Meski nggak mengerti kenapa dia memilih jalan itu, aku tetap mendoakan kebahagiaannya," lanjut Andios.

 

"Mendoakan?" Saka mengerutkan dahi, merasa bingung dengan ucapan pria itu.

 

"Dahlia pernah mengatakan padaku bahwa dia memilih jalannya sendiri dengan sadar. Dia ingin mati. Itu pilihannya. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, jadi tentu saja aku mendoakan yang terbaik untuknya. Kenapa nggak?" ujar Andios menatap Saka dengan heran.

 

"Ya... kurasa masuk akal..." gumam Saka, walau pikirannya masih terasa kacau.

 

Namun, dia segera menjelaskan situasi, "

 

Masalahnya begini, Jayub ini berusaha untuk ... "

 

Andios mengangkat tangannya, menginterupsi, Jangan salah paham. Aku nggak bermaksud nggak menghormatimu, hanya saja aku malas mendengar penjelasan panjang. Aku hanya ingin tahu tiga hal."

 

"Pertama, Dahlia pernah mengirim pesan. Kalau dia mati, aku harus mencari seseorang bernama Saka untuk menjelaskan semuanya. Itu kamu, bukan?"

 

"Benar," jawab Adriel tertegun.

 

"Kedua, apa dia mencoba membunuhmu ?" tanya Andios sambil menunjuk ke Jayub.

 

"Ya."

 

"Ketiga, kamu nggak ingin mati, 'kan?"

 

Melihat mata Andios yang penuh rasa ingin tahu, Saka terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang dan berkata, "Tentu saja nggak ... "

 

"Bagus."

 

Andios tersenyum lega, lalu memandang Jayub.

 

Matanya yang biasanya mengantuk kini bersinar tajam, suaranya menggema penuh kemarahan, "

 

Hei, tua bangka! Berani sekali kamu mencoba membunuh Saka! Apa kamu nggak menghormati murid-murid Guru Kaisar?"

 

Jayub tampaknya sudah terbiasa dengan keanehan Andios.

 

Meski wajahnya suram, dia tetap berkata dengan tenang, "Andios, aku tahu kamu spesial, bahkan sangat spesial."

 

"Tapi bagaimanapun juga, kamu hanyalah seorang master ilahi tingkat empat. Kamu pikir kamu bisa menghalangi aku?"

 

Andios mendengus kecil, lalu mengeluarkan sebuah lempengan giok dan berkata, "Matamu masih berfungsi, 'kan? Lihat ini apa!"

 

Seketika, kekuatan yang menggelegar meledak dari lempengan giok itu!

 

Seketika, lempengan itu memancarkan aura mengerikan yang membuat Saka menggigil. Dia mengenali aura itu. Sebelumnya, Dahlia pernah menggunakan hal serupa untuk menyelamatkannya.

 

"Itu ... Giok Guru Kaisar! Di dalamnya ada beberapa teknik bertarung miliknya!"

 

Ekspresi Jayub makin suram. Dia bertanya, "Berapa banyak teknik di dalamnya?"

 

"Aku lupa... " jawab Andios ringan.

 

Lalu, dengan santai dia merogoh kantong penyimpanannya. Tak lama kemudian, dia mengeluarkari tujuh hingga delapan lempengan giok lagi dan membuat semua orang di tempat itu terkejut.

 

"Kurasa ini cukup untuk membuatmu sibuk selama setengah jam, ya?" ujar Andios sambil mengayunkan lempengan itu.

 

"Nggak mungkin! Guru Kaisar nggak mungkin memberikan sebanyak ini kepadamu!" teriak Jayub dengan tidak percaya.

 

"Itu bukan urusanmu."

 

Andios mengangkat bahu santai, lalu berkata pada Saka, "Pergilah. Aku akan mengurus si tua bangka ini."

 

Adriel menatap Andios dengan dalam dan berkata, " Terima kasih."

 

Dengan itu, Adriel dan Liana pergi dengan cepat meninggalkan tempat tersebut.

 

Jayub menatap bayangan mereka yang menjauh, wajahnya berubah-ubah antara marah dan khawatir.

 

Andios sambil menguap sambil berkata santai, "Hei, tua bangka, jadi mau bertarung atau nggak? Kalau nggak, aku mau tidur dulu. Masih harus mengumpulkan tenaga buat melihat kamu dihukum nanti..."

 

Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 2121 Membakar Langit ~ Bab 2121 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 09, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.