Bab 2138
Semua orang di tempat
itu tampak pucat pasi.
Kekuatan master ilahi
tingkat sembilan benar-benar luar biasa!
Namun, Saka menyipitkan
matanya sambil berkata, "Jayub, apakah kamu ingin melawan
penangkapan?"
Kata-kata ini sebelumnya
pernah diucapkan oleh Adair kepadanya. Kini, Saka mengembalikannya tanpa
mengubah satu kata pun.
Para veteran di tempat
itu tampak gelisah, bahkan memancarkan rasa takut. Guru Negara telah menentukan
sikap, sementara Tetua Agung memilih untuk tidak ikut campur.
Pemerintahan harus
memberikan keadilan kepada Saka!
Apakah leluhur keluarga
Atmaja benar-benar harus menerima hukuman?
"Kalian... nggak
pantas menangkapku!"
Jayub menyapukan
pandangannya ke arah semua orang, berkata dengan nada penuh penghinaan.
Tak ada yang berani
bersuara. Jika Jayub memutuskan untuk melawan, orang-orang di tempat itu tidak
akan mampu menahannya!
"Bagaimana
denganku?" kata Liana dengan nada tenang.
"Kamu juga nggak
layak!"
Jayub mendengus marah,
menatap tajam ke arah Saka, lalu tiba-tiba berkata, "Kamu pasti akan mati.
Setelah mengatakan itu,
dia melihat ke sekeliling sembari berseru dengan nada dingin, "Keluarga
Atmaja nggak akan jatuh!"
Setelah berbicara
demikian, dia melompat ke udara, berjalan di langit.
Ini adalah pelanggaran
serius. Karena di Kota Sentana, seorang master ilahi tidak diperbolehkan untuk
terbang di udara.
Namun, dalam keadaan
terdesak seperti ini, Jayub tak punya pilihan lain!
"Nggak perlu
dihentikan?" tanya Saka.
Liana menggelengkan
kepalanya perlahan. Dia menatap arah kepergian Jayub dengan pandangan aneh
sambil berkata, "Dia sedang pergi untuk mengakui kesalahannya, mencari
seseorang yang cukup layak untuk menghukumnya."
Tak lama kemudian, Jayub
tiba di depan gerbang Istana Kekaisaran.
Pada saat itu, hanya ada
beberapa penjaga istana di pintu gerbang. Faktanya, sebagian besar orang yang
lalu lalang di jalanan adalah penjaga istana.
Jayub berhenti di depan
gerbang Istana Kekaisaran, langsung berlutut tanpa berkata sepatah kata pun,
menggertakkan giginya sambil diam membisu.
Para penjaga di pintu
gerbang tampak seperti tidak melihat apa-apa, mereka berdiri tegak dengan
tenang.
Setelah beberapa waktu,
pintu samping Istana Kekaisaran terbuka. Seorang pria muda melangkah keluar.
Dia menatap Jayub dengan wajah tanpa ekspresi, lalu berkata, "Kamu bisa
masuk."
Jayub menarik napas
dalam-dalam, bangkit berdiri, lalu melangkah masuk.
Di dalam Istana
Kekaisaran, dia berjalan dengan langkah pasti, tampak sudah tidak asing dengan
sekitarnya. Namun, dia tidak menuju aula utama yang megah, melainkan ke sebuah
pondok yang sederhana. Pondok itu beratap jerami, tetapi jeraminya berwarna
kuning keemasan, memancarkan aura keagungan di balik kesederhanaannya.
Di depan pondok itu
terdapat kolam ikan, serta ladang kecil yang ditanami buah-buahan dan sayuran.
Jayub berhenti di depan
pondok itu. Dia tidak masuk ke dalam karena tidak mendengar panggilan. Dia
hanya berdiri dengan ragu di luar.
Tak lama kemudian, pintu
pondok terbuka. Mata Jayub tampak menunjukkan harapan, tetapi tak lama kemudian
berubah menjadi kekecewaan. Karena yang keluar bukanlah sosok yang telah lama
dia nantikan, melainkan seorang pria muda berusia sekitar dua puluhan. Pria
muda itu menggunakan pakaian sederhana, tetapi memancarkan aura kebangsawanan
dari wajahnya.
Pria muda itu menghela
napas, lalu berkata, " Ayahanda bilang kali ini kamu sungguh memalukan.
"Ini semua
kesalahan hamba!"
Mata Jayub tampak
sedikit bergetar. Dia berlutut di tanah dengan penuh hormat sembari
menggertakkan giginya.
Pria muda itu
menghindar, menoleh ke arah pondok, lalu berkata kepada Jayub, "Masalah
ini sudah menjadi terlalu besar. Bagaimanapun juga, kamu harus memberikan penjelasan."
"Aku ... "
Jayub langsung
mendongakkan kepalanya, menatap ke arah pondok itu, lalu menggertakkan giginya
sambil berkata, "Hamba nggak boleh jatuh! Keluarga Atmaja nggak boleh
jatuh! Aku bersedia... "
Namun, sebelum sia
selesai berbicara, terdengar suara laki-laki paruh baya yang lembut serta jauh
dari dalam pondok, "Pergilah menjaga makam Kaisar Pendahulu selama tiga
bulan. Tenangkan dirimu, pikirkan kesalahanmu."
"Hamba mengucapkan
terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia!"
Tatapan mata Jayub
tampak dipenuhi rasa syukur.
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: