Bab 2139
"Pak Jayub, aku
akan mengantarmu," ujar pria muda berbaju sederhana dengan ramah.
"Terima kasih, Yang
Mulia Pangeran Keempat," jawab Jayub dengan cepat.
Mereka berjalan berdampingan.
Namun, setelah keluar dari pondok jerami, Jayub tiba-tiba berkata, " Yang
Mulia, Saka itu hanyalah seorang rakyat kecil... tapi dia berani membunyikan
Gendang Pengaduan. Ini jelas-jelas merusak kehormatan negara, melawan tatanan
yang ada. Kamu harus menyampaikan hal ini kepada Yang Mulia Kaisar ..."
Pangeran Keempat, yang
selalu tampil sopan dan ramah, tampak tersenyum simpul sambil berkata, "
Saka hanyalah orang kecil, Ayahanda nggak akan memedulikannya. Tapi kehormatan
Guru Negara harus tetap dijaga. Kamu menjaga makam selama tiga bulan ini hanya
untuk formalitas, menjawab tuntutan publik sekaligus menghindari perhatian.
Keluarga Atmaja nggak akan jatuh."
Jayub mengangguk paham,
sedikit menghela napas lega. "Aku mengerti."
Pangeran Keempat
mengantarnya sampai ke gerbang Istana Kekaisaran, di mana sebuah kendaraan
sudah menunggu.
Ketika Jayub hendak naik
ke dalam kendaraan, dia tampak teringat sesuatu, lalu berkata, "Yang
Mulia, meskipun Putri Mifa telah memberikan putusan yang benar, tapi tampaknya
hatinya condong ke Saka."
"Apakah itu
benar?"
Pangeran Keempat tampak
agak terkejut, lalu mengerutkan kening dengan ekspresi serius, "Aku akan
memberikan penjelasan padamu."
Jayub mengangguk puas
sebelum akhirnya masuk ke kendaraan yang membawanya pergi.
Saat kendaraan itu
melaju dengan cepat, senyuman Pangeran Keempat perlahan menghilang. Wajahnya
menjadi acuh tak acuh, memancarkan aura yang membuat orang enggan mendekat. Dia
tetap berdiri diam di tempat, seolah sedang menunggu seseorang.
Tak lama kemudian, Novea
tiba dengan tergesa-gesa, diiringi sekelompok pengawal.
Ketika melihat Pangeran
Keempat, wajahnya tampak sedikit pucat. Dia berujar dengan suara pelan,
"Kak Roni, aku sudah kembali."
Pangeran Keempat
meliriknya sekilas, lalu berkata, " Jayub mengatakan kalau kamu sepertinya
berdiri di pihak Saka. Maksudnya, dia ingin aku menghukummu."
"Aku ... "
Novea merasa lidahnya
kelu.
Seorang pangeran yang
ingin naik takhta tidak hanya membutuhkan persetujuan kaisar, tetapi juga
dukungan dari para pejabat tinggi. Hal ini telah menjadi tradisi sejak lama.
"Tampaknya Jayub
sudah mulai kehilangan akal," kata Pangeran Keempat sambil tersenyum
simpul.
Novea langsung
mendongakkan kepala, menatapnya dengan penuh keterkejutan.
"Saka mendapat
dukungan dari Guru Negara..."
Pangeran Keempat berkata
dengan nada penuh makna, "Dibandingkan dengan Guru Negara, Jayub bukanlah
apa-apa."
Dengan karakter Guru
Negara, jangankan hanya rakyat biasa, bahkan seorang pangeran yang jatuh pun
tidak akan mendapatkan bantuannya.
Di Kota Sentana ini,
setiap orang memiliki pendukung masing-masing. Dalam pandangan Pangeran
Keempat, pendukung Saka adalah Liana dan Guru Negara!
Novea yang sedikit
tertegun pun berkata, "Mungkin Guru Negara hanya merasa nggak tega? Dia
memiliki hati yang penuh belas kasih, nggak tahan melihat Saka dihina. Jadi,
dia kebetulan menyelamatkannya ... "
Pangeran Keempat
menjawab dengan tenang, Nggak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.
Kebetulan hanyalah wujud lain dari kepastian yang disamarkan. Prinsip ini jelas
berlaku bagi Guru Negara."
Novea bertanya dengan
ragu, "Jadi... apakah kita perlu menguji hubungan antara Saka dan Guru
Negara?"
Pangeran Keempat
menggeleng perlahan, lalu berujar, "Dibandingkan dengan Guru Negara, Jayub
bukanlah apa-apa. Aku, sebagai seorang pangeran, juga nggak jauh lebih baik.
Tapi aku nggak sebodoh Jayub, ingin mencoba menguji hubungan dengan seseorang
yang berkaitan dengan Guru Negara. Yang paling penting bagi seorang manusia
adalah memiliki kesadaran diri. Selain itu, ini nggak perlu diuji. Jalan
Kejayaan sudah selesai, Sekte Tersembunyi akan segera datang untuk membawa
orang-orang mereka. Saka akan segera pergi, jadi mengapa harus mengusik dia
lagi?"
Novea makin kagum dengan
Pangeran Keempat. Meskipun orang ini tampak merendahkan diri, sebenarnya dia
adalah salah satu dari sedikit pangeran yang diizinkan melayani kaisar.
Sejak kecil, pria ini
dikenal sangat cerdas. Hanya saja, beberapa tahun terakhir ini dia sengaja
menahan diri, bersikap ramah kepada semua pihak.
"Saka juga telah
berjasa besar, dia pantas menerima penghargaan. Kirimkan hadiah kepada Saka
atas namaku, Anggap saja ini sebagai cara untuk menjalin hubungan baik,
menghapus hukuman yang sebelumnya kamu jatuhkan kepadanya."
Setelah mengatakan itu,
Pangeran Keempat melangkah masuk ke dalam Istana Kekaisaran.
Di sisi lain, di depan
Departemen Kehakiman.
Semua pihak telah
kembali untuk memberikan laporan. Karena penasaran, Liana pergi bersama Stevi
untuk mengunjungi Guru Negara sebagai ungkapan terima kasih atas nama Saka.
Dengan statusnya, Saka
masih belum layak bertemu langsung dengan sosok seperti Guru Negara. Kini hanya
tersisa Saka, Julio, serta Shawn.
Saka mengeluarkan tiga
buah Buah Dendam Darah, lalu melemparkannya ke arah Julio.
"Buah Dendam Darah?
Dari mana kamu mendapatkannya ?" tanya Julio dengan heran. Dia memandang
Saka seolah sedang melihat seorang perampok makam.
Bagaimanapun juga, Buah
Dendam Darah adalah harta langka untuk memulihkan tubuh.
Namun, sejak Adriel
meninggal, Buah Dendam Darah menjadi langka, hampir tidak mungkin ditemukan!
"Dari Gunung
Reribu. Aku mendapatkannya secara kebetulan dari Felicia. Dengan cedera separah
ini, kamu perlu memulihkan tubuhmu. Aku sudah berjasa besar, nanti aku pasti
akan mendapatkan hadiah. Saat itu, aku akan memberikan sedikit untukmu,"
kata Saka sambil tersenyum.
Saka memiliki Pohon
Dendam Darah, jadi Buah Dendam Darah yang dimilikinya sebenarnya cukup banyak.
Namun, untuk saat ini dia hanya mengatakan bahwa buah itu diperolehnya dari
orang lain.
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: