Bab 2141
Mata Mahrez dipenuhi
dengan emosi dan dia mengangguk pelan.
Julio menatap Saka dan
berkata dengan rasa bersalah dan iba di matanya, lalu dia berkata "Maaf,
aku nggak bisa menegakkan keadilan dengamu lagi... " "
Saka tersenyum dan
menyahut, "Tunggu sampai penghargaan atas jasaku turun, aku akan tetap
memberimu setengahnya."
Julio menggertakkan
giginya, kemudian segera pergi.
Mahrez menatap Saka
dengan tenang sambil
menyahut, "Jayub
cuma dijatuhi hukuman menjaga makam selama tiga bulan. Situasinya menjadi
jelas. Walaupun kamu menang dan keluarga Atmaja nggak mengalami kerugian, kamu
sudah menjadi ancaman di mata orang lain."
"Kekuasaan dan
keadilan hasil perjuangan sendiri. Kalau kamu memang bernyali, besok akan ada
pemilihan kandidat baru dan kejutkan semua orang.
Saka mengetahui ini di
dalam hatinya.
Struktur tujuh keluarga
besar tidak dapat dipatahkan, bahkan Kaisar pun berada di pihak keluarga
Atmaja.
Menjaga makam selama
tiga bulan, hanyalah melakukan ritual minum anggur sebanyak tiga cangkir.
Saka menatap Mahrez dan
menjawab dengan tenang, "Semua ini cuma tentang kekuatan. Kalau kamu
menemukan sekte yang cukup kuat untuk diandalkan, kamu bisa membunuh Jayub
sepenuhnya, 'kan?"
Mahrez juga menatapnya
dan berkata dengan ragu, " Kenapa kamu harus membunuhnya? Dia cuma merebut
prestasimu saja. Kebencian ini bisa diselesaikan selama kamu menundukkan kepala
dan mengakui kesalahanmu."
Saka menyahut dengan
tenang, "Karena aku nggak terima."
Mahrez agak bingung.
"Kenapa aku harus
dibenci oleh orang lain karena latar belakangku yang rendah? Kenapa dia bisa
merebut prestasi yang sudah aku lakukan dengan susah payah? Kenapa dia bisa
lolos tanpa mendapat hukuman karena melakukan hal yang salah?"
Saka tiba-tiba
mengangkat kepalanya, menatap Mahrez dan berkata, "Aku bukan pemuda yang
pemarah, tapi di semua buku pelajaran mengatakan ketika negara didirikan,
pemimpin membuat perjanjian dengan rakyat!"
"Rakyat sudah
bekerja keras. Kalian sudah membuat Negara Elang kuat. Kalian yang sudah
mencegah penduduk Negara Elang nggak dipermalukan lagi!"
"Tapi sekarang,
aku, kita sudah bekerja keras sepanjang hari. Bekerja tanpa lelah untuk
menciptakan sebuah nilai dan rela berkorban. Aku harap kalian dapat memimpin
kami menjalani kehidupan yang lebih baik. Inilah yang sudah dijanjikan saat
mendirikan negara!"
"Tapi kalian justru
melanggar perjanjian itu!"
"Rakyat memang
nggak berani mengatakannya, tapi aku yang berani mengatakannya!"
"Kalau bersalah,
harus diperbaiki. Kalau merasa nggak puas, maka harus melawan. Sesederhana
itu!"
Setelah mendengar
kata-kata ini, mata Julio agak merah. Namun, dia mengepalkan tinjunya dengan
ekspresi kesakitan sambil mengatupkan giginya dan tidak bicara apa-apa.
Mahrez menatap Saka
dengan tenang. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan tenang, "Apa yang
akan kamu lakukan kalau aku menindasmu? Kamu cuma bocah yang nggak tahu
apa-apa."
Setelah mengatakannya,
dia berbalik dan segera pergi.
Namun, Julio menepuk
bahu Saka dengan keras sambil berkata dengan mata merah, "Besok, saat
pemilihan delapan sekte besar, buatlah keributan besar. Biarkan mereka
bertarung untukmu dan merebutmu!"
"Kamu nggak cuma
harus menjadi luar biasa, tapi harus menjadi sangat luar biasa! Beri tahu
mereka kalau mendapatkanmu, bisa membuat sekte menjadi berkembang pesat!"
"Pada saat itu,
kalau kamu mengajukan permintaan dan benar-benar menghukum Jayub... kemungkinan
mereka baru akan setuju!"
Setelah mengatakannya,
Julio berbalik dan pergi.
Saka adalah satu-satunya
yang tersisa di tempat itu. Dia terlihat sangat kesepian dan sendirian.
"Ini nggak adil, mungkin
inilah maksud sebenarnya dari Guru yang memberiku warisan Tabib Agung ...
"
Saka berbisik pelan.
Pada saat ini, ponselnya
berdering, ternyata Liana yang menelepon. Dalam panggilannya, dia berkata
dengan nada kecewa bahwa dia ingin bertemu dengan Guru Negara. Akan tetapi,
meskipun Liana sudah menjaga sikapnya, dia tidak bisa bertemu dengan Guru
Negara.
Liana juga tidak punya
pilihan. Bagaimanapun, Guru Negara memiliki status khusus dan sikapnya bahkan
keterlaluan. Meskipun seorang Kaisar sekali pun, terkadang jika Kaisar ingin
bertemu dengan Guru Negara, dia juga akan menolak jika tidak ingin ...
Namun, kabar baiknya
adalah dia telah memberikan penghargaan untuk Saka dan memintanya untuk segera
mengambilnya.
Saka sangat bersemangat.
Dia menyebutkan dalam penghargaan besar itu, bahwa dia tidak meminta apa pun
selain Batu Jiwa!
Batu itu adalah kunci
untuk membangkitkan Dahlia!
Saka segera berjalan
menuju Istana Guru Negara.
Namun, ketika baru
berangkat, Saka tiba-tiba merasakan sesuatu. Dia mendongak dan melihat seorang
wanita yang sedang berjalan tidak jauh.
Wanita itu mengenakan
jubah putih dengan pita ungu di pinggangnya, memamerkan pinggang rampingnya.
Kemudian, gelang batu mirip emas terlihat melingkar di pergelangan tangannya.
Wanita itu membawa
keranjang bambu kecil yang berisi beberapa perhiasan kecil berbagai bentuk.
Hanya saja raut wajah
wanita ini sangat elok, seolah -olah dia adalah ciptaan Sang Pencipta yang
paling sempurna.
Bahkan Saka agak
terkejut lagi. Dahlia termasuk wanita yang sangat cantik di dunia, tetapi
kecantikan wanita ini bahkan lebih unggul!
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: