Bab 2151
"Kamu pura-pura
bodoh, ya? Semua orang tahu, Putri Bulan dianggap pembawa sial sejak lahir.
Waktu kecil, dia diperlakukan seperti sampah oleh keluarganya! Kalau bukan
karena diselamatkan oleh Tabib Agung, dia pasti sudah lama mati'di
istana!" bentak Cecil, wajahnya penuh amarah.
"Dan sekarang dia
sudah mati, kalian masih punya muka untuk meminta imbalan?" lanjutnya.
Lionel mencibir dan
balas berkata, "Diperlakukan seperti sampah? Hati-hati bicaramu! Ayahku
cuma mendidiknya dengan keras, itu semua demi kebaikannya!"
"Sebagai anak, apa
pun yang kita miliki berasal dari orang tua. Kalau dia sudah mati, aku minta
sedikit imbalan, apa masalahnya? Kalian siapa? Berani-beraninya
menghakimi!" lanjutnya.
Dia lalu menoleh pada
Saka, nadanya penuh tuntutan saat berkata, "Awalnya aku nggak mau minta
banyak, tapi kamu malah berani menyerangku! Sekarang kamu harus membayar
lebih."
Wajah Lionel terlihat
penuh percaya diri. Dia yakin Saka adalah tipe orang yang tidak pernah melupakan
budi, apalagi keluarganya pernah menyelamatkan nyawa pria itu. Itu cukup jadi
kartu truf untuk menekannya!
Saka mengernyit, nada
suaranya mulai jengah, "Apa yang kamu mau?"
Dia merasa jijik, tetapi
bagaimanapun, Lionel adalah keluarga Dahlia. Daripada ribut panjang, lebih baik
memberinya sesuatu untuk segera menyingkirkannya.
"Hehe."
Lionel tersenyum puas.
Dia menyeka darah di wajahnya, matanya berkilat licik. Tiba-tiba, dia menunjuk
ke arah Cecil dan berkata, "Wanita ini tadi sudah menghina aku. Serahkan
dia padaku sebagai ganti rugi. Sisanya, kita bicarakan nanti."
Niat busuknya terlihat
jelas. Ini baru langkah pertama. Dia akan terus menekan Saka, dari yang kecil
hingga ke hal-hal besar.
"Apa katamu?"
teriak Cecil.
Dia menatap Lionel dengan
mata menyala penuh amarah. Suaranya bergetar, jelas sedang menahan diri agar
tidak langsung menyerang.
Namun, Saka menahan
Cecil, lalu menatap Lionel dengan dingin. "Kamu ini putra mahkota keluarga
kerajaan, 'kan? Begini saja standarmu?"
Nada suaranya datar,
tetapi menusuk. Meski Saka jarang memandang rendah orang, Lionel termasuk
pengecualian. Pria itu benar-benar memalukan bahkan untuk ukuran pemuda manja.
"Banyak anak
keluarga kerajaan cuma mengandalkan nama besar keluarga. Ayahmu, Raja Andres,
punya nama harum dan berjaya di medan perang. Tapi siapa sangka, dia punya anak
sepertimu yang nggak ada gunanya. Kamu bahkan nggak bisa dibandingkan dengan
satu jari Dahlia! Sekarang, dengan kepergian Dahlia, Istana Andres kehilangan
pewarisnya," kata Cecil, menusuk ke titik lemahnya.
"Wanita sialan, apa
kamu bilang tadi!"
Lionel langsung berang.
Dengan muka merah padam, dia mengangkat tangan, siap menampar Cecil. Harga
dirinya sebagai darah biru adalah segalanya, tidak mungkin dia membiarkan orang
lain merendahkannya seperti ini!
Apalagi, setelah
dipermalukan oleh Saka, amarahnya sudah di puncak. Kalau dia tidak bisa melawan
Saka, setidaknya dia masih bisa melampiaskan ke wanita ini, 'kan?
Namun, sebelum tangannya
mendarat, pergelangan tangan Lionel tiba-tiba dicengkeram erat oleh Saka!
"Kamu mau
menghentikanku? Bukankah kamu pahlawan? Adikku sudah menyelamatkan nyawamu, dan
kamu nggak bisa membalas jasa dengan hal kecil ini? Kamu mau disebut nggak tahu
balas budi? "ejek Lionel, penuh rasa percaya diri.
Namun, kata-katanya
belum selesai ketika terdengar suara krek.
Jeritannya melengking,
memecah udara. Pergelangan tangannya terkulai lemas, patah begitu saja di
tangan Saka.
"Aku memang
membalas budi, tapi balasanku itu untuk manusia, bukan untuk anjing!"
Setelah berkata
demikian, Saka mengayunkan kakinya tanpa ragu, menendang Lionel hingga
terjungkal ke tanah. Pria itu jatuh tersungkur, wajahnya menabrak tanah seperti
seekor anjing yang sedang mengais.
"Anjing nggak cocok
berdiri dan berbicara. Posisi seperti ini lebih sesuai untukmu," ujar Saka
dengan nada ringan, seolah yang baru saja terjadi bukanlah apa-apa.
Tindakan itu membuat
Lionel terpaku, matanya membelalak tak percaya.
"Aku punya jasa
menyelamatkan nyawanya! Tapi dia malah begini kejam padaku? Bukannya dia selalu
membalas budi? Lalu di mana semua sikap heroiknya waktu memukul Gendang
Pengaduan itu? "gerutunya dalam hati.
Saka memandangnya
sekilas dengan ekspresi datar. "Awalnya, aku berpikir memberimu sesuatu
asal-asalan. Tapi melihat sikapmu, aku rasa kamu nggak pantas mendapat apa
pun," ujarnya.
Dia menggeleng kecil,
lalu beralih pada Marina di sebelahnya dan berkata, "Beri tahu pihak
patroli. Ada yang bikin keributan di sini. Suruh mereka datang dan
menangkapnya."
"Kamu ..."
Lionel mendidih oleh
amarah, tetapi saat matanya bertemu dengan tatapan tajam Saka, tubuhnya
mendadak dingin. Dalam sorot mata pria itu, dia merasakan ancaman yang nyata,
seolah kematian hanya sejengkal darinya.
Kata-kata yang ingin dia
lontarkan tercekat di tenggorokannya. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba,
mulutnya tetap tidak bisa mengeluarkan satu pun ejekan.
"Ah, berwibawa
sekali, Pak Saka," terdengar suara berat dari belakang. Seorang pria tua
mendekat perlahan, wajahnya kurus, tetapi tegas, dengan sorot mata tajam yang
memancarkan kewibawaan.
"Putra mahkota
keluarga kami hanya datang untuk meminta balasan atas jasanya. Tapi kamu nggak
hanya menolak membalas budi, kamu juga hampir membuatnya berlumuran darah.
Benarkah ini sikapmu?"
Lionel yang baru saja
terkapar langsung memanggil dengan putus asa, "Pak Wilson, selamatkan
aku!"
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: