Bab 2153
Petugas muda itu menatap
Saka dengan senyum tipis, matanya penuh makna saat berkata, "Orang yang
memukul itu kamu, bukan aku yang memaksamu, 'kan?"
"Pembelaan
berlebihan itu juga kamu yang lakukan. Aku hanya menjalankan tugas. Apa
tindakanku ada yang melanggar aturan?"
"Penegakan hukum
kali ini sudah sangat sesuai prosedur. Kamu semua adalah saksi. Kalau merasa
nggak adil, kenapa nggak coba mengetuk Gendang Pengaduan lagi?"
Nada bicaranya terdengar
ringan, tetapi sikapnya benar-benar menyebalkan.
Namun, wajah Cecil dan
yang lainnya menjadi semakin tegang. Tidak peduli seberapa marah mereka,
tindakan petugas itu benar-benar sesuai aturan, dan tidak adą celah untuk
menyerangnya
Marina mencoba
menenangkan situasi dengan suara rendah. "Kalau bisa memberi kelonggaran,
beri saja. Besok adalah hari pemilihan murid dari delapan sekte besar. Bisakah
Saka menghadiri sidang ini setelah acara selesai?"
"Oh, jadi besok
adalah hari pemilihan, ya?" ujar petugas muda itu pura-pura terkejut.
Matanya menatap Saka dengan pandangan penuh rasa kasihan dan menambahkan,
"Wah, kamu benar-benar ceroboh. Tahu besok adalah hari penting, tapi tetap
saja bertindak sembrono."
"Coba kamu pikir,
biarpun orang itu menghinamu, kamu seharusnya bisa menahan diri. Tapi lihatlah
sekarang, kamu malah mencari masalah sendiri. Sungguh disayangkan..."
Dia menggelengkan kepala
sambil menghela napas, lalu menambahkan, "Tapi apa boleh buat, aku ini
orang baik. Aku nggak mau menghalangimu menghadiri pemilihan besok. Jadi,
bagaimana kalau kamu menghabiskan malam ini di tempatku? Besok pagi, kamu bisa
pergi seperti biasa."
Perkataan itu membuat
senyum di wajah Pak Wilson semakin lebar.
Petugas muda itu
memandang mereka dengan ekspresi penuh ejekan yang disamarkan di balik
senyumannya.
"Kalian sengaja
ingin menghancurkan peluang Saka di pemilihan besok!" ujar Cecil, akhirnya
menyadari niat tersembunyi mereka. Dia memandang petugas itu dengan mata penuh
kemarahan.
Marina juga tidak bisa
menyembunyikan ekspresi murungnya.
Mereka semua cukup
pintar untuk menyadari bahwa ini adalah jebakan yang telah direncanakan dengan
hati-hati. Tujuannya jelas, menghancurkan masa depan Saka.
Jika Saka ditahan malam
ini, tidak diragukan lagi bahwa dia akan menghadapi berbagai siksaan fisik.
Bahkan jika dia bisa
keluar besok pagi, dalam kondisi seperti itu, bagaimana dia bisa mengikuti
pemilihan dengan layak?
Petugas muda itu tidak
menyangkal. Sebaliknya, dia hanya tersenyum tipis dan berkata, "Saka,
sekarang kamu bisa meminta bantuan dari Bu Liana. Tapi pikirkan baik-baik,
seorang pahlawan yang baru saja mengetuk Gendang Pengaduan, kini ditangkap
karena melanggar hukum, lalu menggunakan pengaruh orang lain untuk meloloskan
diri? Hehe, sungguh ironi yang sempurna..."
"Dan lagi, meski
kamu meminta bantuan, siapa bilang itu akan berhasil?"
"Atau, kamu mungkin
mau mencoba melawan penangkapan ini? Silakan saja," ujarnya dengan nada
penuh tantangan.
Saka memandangnya,
wajahnya tetap tenang meski suasananya semakin memanas. "Untuk menjatuhkanku,
kalian benar-benar nggak segan mengerahkan segala upaya, ya... "
"Oh, kamu terlalu
memujiku," balas petugas itu dengan senyum lebar, matanya menyipit penuh
kepuasan.
"Semua ini salahku!
Tidak ada hubungannya dengan Saka!"
Cecil menggertakkan
giginya, bersiap untuk maju mengakui kesalahan.
Namun, Saka tiba-tiba
menahannya, menggelengkan kepala pelan. "Mereka sudah bertekad untuk
menjatuhkanku. Meski kamu mengaku bersalah, mereka tetap akan mencari cara lain
untuk menyingkirkanku."
"Tapi... besok
adalah hari pemilihanmu!" ujar Cecil dengan nada cemas, wajahnya dipenuhi
kekhawatiran.
Melihat mereka terpojok,
petugas muda itu semakin lebar tersenyum, tampak sangat puas. "Bagaimana?
Sudah diputuskan? Kamu ikut aku atau nggak?" tanyanya.
Saka menatapnya
sebentar, lalu berkata tenang," Aku ikut kamu, tapi barang-barangku nggak
boleh ikut."
"Terserah,"
jawab petugas itu dengan senyuman tipis.
Saka kemudian menarik
Cecil dan Marina menjauh sedikit. Di bawah tatapan penuh kecemasan mereka, dia
mengeluarkan beberapa bahan obat dari tas penyimpanan yang dia bawa.
Bahan obat itu dia
serahkan ke tangan mereka sambil berkata, "Bawa ini ke Novea. Kalau dia
bisa membungkam Lionel, semua ini menjadi miliknya."
"Benar!
Novea!" seru Cecil dengan penuh semangat. "Dia bisa
menyelamatkanmu!"
Novea bukan hanya
seorang putri, tetapi dia juga memiliki dukungan kuat dari Pangeran Keempat,
yang sangat disayang oleh Kaisar.
Jika mereka berdua turun
tangan, bahkan Istana Andres mungkin akan mempertimbangkan untuk mundur.
"Tapi... aku takut
ini saja belum cukup," kata Marina dengan ragu.
Situasi ini menyangkut
masa depan Saka, dan dia khawatir Novea maupun Pangeran Keempat akan
memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta sesuatu yang besar sebagai imbalan.
"Tentu saja bukan
hanya ini," kata Saka sambil berpikir sejenak. "Katakan padanya, jika
dia mau membantuku kali ini, dia boleh mengajukan satu permintaan kepadaku.
Asal nggak melanggar prinsipku dan masih dalam kemampuanku, aku akan memenuhi
permintaannya."
Dia tahu dirinya harus
membuat pengorbanan besar kali ini. Setelah berpikir lagi, Saka melepaskan
token kayu wangi dari lehernya dan menyerahkannya pada mereka. "Berikan
ini padanya. Anggap ini sebagai bukti janjiku."
Link Lengkap Langsung Membeli Novel: https://lynk.id/novelterjemahan
No comments: