Bab 2204
"Eh, tunggu dulu!
Ini bukan arah ke rumahku!" seru Saka, menyadari jalan yang mereka tempuh
semakin jauh dari tujuannya.
Namun, saat itu, tubuhnya
sudah dipenuhi rasa panas yang semakin menggila. Racun yang bercampur dengan
energi hangat di dalam tubuhnya membuat seluruh dirinya seperti bara yang siap
meledak. Bahkan, dia merasa senjatanya hampir menyemburkan api.
Kelly menggenggam kemudi
erat-erat, ekspresinya keras namun tekadnya jelas. "Aku tahu ini bukan
arah ke rumahmu. Kita menuju tempatku sendiri. Aku harus menyelamatkanmu. Aku
juga harus meyakinkan Tetua untuk berubah pikiran. Pokoknya, kamu jangan banyak
tanya!" jelasnya.
Dia menarik napas
dalam-dalam, menggigit bibir dengan tekad bulat. "Percayalah, kamu nggak
akan menyesal!" lanjutnya.
Sementara itu, di tempat
lain, di dalam sebuah ruangan sederhana di makam kerajaan.
"Leluhur, aku sudah
menggerakkan energiku untuk mempercepat reaksi racunnya. Saka nggak akan
bertahan lama lagi!" kata Lorian dengan penuh semangat, wajahnya dipenuhi
kepuasan.
Di sampingnya, Jayub
tersenyum tipis dan berkata, " Kalau begitu, masalahnya selesai. Kamu bisa
tenang sekarang."
"Semua ini berkat
rencana hebatmu, Leluhur!" puji Lorian dengan tulus.
"Hanya dengan
beberapa ucapanmu, kamu berhasil membuat semua kekuatan menolak Saka. Dia pasti
sudah putus asa sekarang," lanjutnya.
Jayub biasanya tenang,
tetapi sekali bergerak, dia langsung mampu menggerakkan berbagai kekuatan di
Kota Sentana untuk mendukungnya.
Kemampuannya
mengendalikan jaringan dan pengaruh di kota ini benar-benar membuka mata,
membuat siapa pun hanya bisa terkagum kagum.
Jayub berkata dengan
tenang, "Keluarga Atmaja bisa bertahan hingga sekarang bukan hanya karena
kekuatan, tapi juga karena aliansi keuntungan bersama. Tapi, semua ini
sebenarnya nggak akan semudah itu kalau Saka nggak mencoba melanggar
aturan."
Lorian tertawa dingin
dan menambahkan, "Saka pikir dia bisa bernegosiasi dengan kami? Sungguh
konyol. Kota ini, pada akhirnya, tetap menjadi wilayah kami."
Dia tersenyum puas,
membayangkan Saka yang kini tak berdaya, sendirian tanpa bantuan.
"Orang bodoh itu
sebenarnya masih bisa bertahan beberapa hari lagi, tapi sekarang..." pikirnya
dalam hati,
Namun, tepat saat dia
tengah menikmati pemikirannya, ekspresinya tiba-tiba berubah drastis. Dengan
cepat, dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sepotong batu giok kecil. Batu itu
terasa panas menyengat di tangannya, penuh dengan ukiran simbol-simbol kecil
yang mulai bersinar terang
"Ini ini batu
komunikasi dari guruku! Dia sedang mencariku!" seru Lorian dengan wajah
panik.
Jayub mengerutkan alis
tipis, lalu berkata dengan suara rendah, "Lihat situasinya nanti dan
bertindaklah dengan hati-hati."
Saat batu komunikasi
bersinar terang, cahaya itu membentuk wajah seorang pria tua dengan raut yang
tampak ramah. Dia tersenyum lembut, seolah membawa kehangatan.
"Lorian ... Oh,
ternyata Pak Jayub juga ada di sini. Hehe, sungguh menyentuh melihat kakek dan
cucu berkumpul bersama."
Namun, baik Jayub maupun
Lorian, mereka berdua segera menunduk dengan ekspresi penuh rasa hormat.
Pria tua itu adalah
Gideon, Tetua Penegak Hukum dari Sekte Master Langit. Di balik senyum ramahnya,
dia dikenal sebagai pribadi yang kejam dan tanpa ampun. Banyak murid sekte yang
menemui ajal mereka di penjara hitam di bawah kekuasaannya.
"Terima kasih atas
perhatian Anda, Pak Gideon ... " kata Lorian dengan hati-hati, suaranya
sedikit gemetar.
"Siapa yang peduli
padamu? Kamu nggak sadar aku sedang menyindir?" Suara Gideon tiba-tiba
berubah, senyumnya hilang seketika, digantikan oleh suara marah yang menggema.
"Aku memberimu
tugas, sudah selesai atau belum? Kamu malah di sini reuni keluarga! Aku sudah
menunggu jawabanmu lama sekali, dan sekarang aku harus bertanya langsung!"
Bahkan di depan Jayub,
sang Leluhur keluarga Atmaja, Gideon tidak menunjukkan sedikit pun rasa hormat.
Dia langsung mengomeli Lorian tanpa basa-basi.
Lorian, yang biasanya
penuh percaya diri, kini terlihat pucat pasi. Dia tidak berani melawan sedikit
pun. Sebagai salah satu murid Gideon yang dianggap tidak terlalu berbakat,
posisinya memang lemah di mata gurunya.
Jayub, di sisi lain,
menunjukkan sedikit rasa sedih di matanya. Dunia memandangnya sebagai raksasa,
tetapi di mata Tetua Sekte Master Langit seperti Gideon, dia tidak lebih dari
seekor sapi atau kuda yang bisa digunakan semaunya.
"Katakan! Bagaimana
hasil pekerjaanmu soal Saka? "tanya Gideon dengan nada dingin, ada
ketidaksabaran yang jelas di wajahnya.
Saka?
"Apa lagi? Pria itu
sudah hampir mati karena racun yang kutanamkan!" pikir Lorian dalam hati.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Sudah ada Novel Baru yaa
No comments: