Bab 2237
Terdengar suara jeritan
menyayat hati. Faraz mundur berkali-kali, tangan kanannya yang sebelumnya
terkepal erat kini terkulai lemas, memperlihatkan tulang yang patah serta
berlumuran darah!
"Kamu licik!"
teriak Faraz dengan marah.
"Licik apanya? Aku
hanya menjadikanmu alat untuk menghancurkan batu!" cemooh Saka dengan
senyum dingin.
Sejak melatih kekuatan
ilahi dari Api Seribu Wujud, Saka sudah berencana untuk membakar Batu Delapan
Sekte ini.
Sayangnya, karena
tingkatannya belum cukup, proses pembakaran Batu Delapan Sekte dengan Api
Seribu Wujub berjalan lambat.
Namun, dengan
menggunakan tubuh Faraz sebagai alat untuk menghantam, membakar, serta
menghancurkan Batu Delapan Sekte ini, dia bisa mempercepat prosesnya.
"Ayo, lanjutkan!
Hadapi aku dengan kekuatanmu!"
Sambil berkata demikian,
Saka mengayunkan Batu Delapan Sekte ke arah Faraz!
"Kamu..."
Wajah Faraz langsung
berubah drastis. Dia tidak berani melawan langsung kekuatan Batu Delapan Sekte
yang luar biasa keras itu, terus melangkah mundur.
"Mau lari ke
mana?"
Saka berteriak dengan
suara lantang, penuh keberanian. Dia mengayunkan Batu Delapan Sekte dengan
ganas, menghantam punggung Faraz dengan keras!
Sebuah pukulan telak
menghantam dengan suara keras, membuat Faraz terjatuh hingga menghasilkan suara
nyaring, disusul jeritan pilu yang menggema!
Para penonton hanya bisa
mengerjapkan mata, menahan napas. Cara Saka mengayunkan batu prasasti itu untuk
menghantam orang benar-benar brutal. Siapa yang mengajarinya cara seperti itu?
Faraz memuntahkan darah,
tidak berani menghadapi serangan langsung. Dia berusaha mengandalkan
kecepatannya, tetapi api putih keemasan memenuhi sekelilingnya, seperti harimau
penjaga yang menghalangi jalan.
Sementara itu, Saka
kembali menyerangnya dari belakang dengan ganas. Dalam keadaan panik, Faraz
terpaksa melawan dengan nekat.
Namun, Saka menggerakkan
batu prasasti itu hingga rapat seperti tembok, lalu menghantamkan batu prasasti
itu dengan keras, membuat Faraz terjatuh lagi.
Kali ini, Faraz
benar-benar kehilangan kendali.
Saka yang kini memegang
kendali penuh, tidak menunjukkan belas kasihan. Dengan ganas, dia terus
mengayunkan batu prasasti itu. Dalam jeritan pilu yang terus terdengar, batu
prasasti itu berkali-kali menghantam tubuh Faraz.
"Ayo bangun, lawan
aku! Tunjukkan kekuatanmu sebagai master ilahi tingkat dua, jangan seperti ikan
mati! Melawanmu begini sama sekali nggak memuaskan! Cepat bangun, dasar
pengecut!"
Di tengah cercaan
bertubi-tubi itu, Faraz dihantam hingga tubuhnya penuh luka, berdarah-darah.
Tulang-tulang di tubuhnya entah sudah berapa banyak yang patah.
Jika bukan karena dia
adalah seorang master ilahi tingkat dua yang memiliki perbedaan tingkatan
tertentu dengan Saka, dia mungkin sudah tewas saat ini.
Namun, Saka sama sekali
tidak melonggarkan serangannya, terus menghantamkan batu prasasti itu tanpa ampun!
Situasi tragis ini
membuat semua orang ternganga, tak menyangka pertempuran ini bisa berubah
menjadi situasi yang sepihak.
Khususnya kondisi
mengenaskan Faraz. Ini membuat banyak orang tidak sanggup untuk melihat lebih
lama.
Damar yang melihat ini, langsung
tercengang. Setelah beberapa saat, dia akhirnya bergumam, " Adik iparku
ini... sekuat ini, ya?"
"Berhenti,
berhenti!"
Faraz yang berlumuran
darah berteriak sambil memuntahkan darah segar.
"Kamu masih bisa
berteriak, jadi kenapa aku harus berhenti? Kamu belum menyerah!" Saka
terus mengayunkan batu prasasti itu tanpa ampun!
"Kamu... "
Hati Faraz dipenuhi rasa malu dan amarah. Di hadapan begitu banyak orang,
apakah dia benar-benar harus menyerah?
Haruskah dia mengakui
bahwa dia dikalahkan oleh seorang master ilahi tingkat satu?
Namun, rasa sakit yang
luar biasa di tubuhnya membuat dia akhirnya terpaksa berkata dengan susah
payah, "Aku ... Aku menye..."
Namun, sebelum kata-kata
itu selesai diucapkan, Saka kembali menghantamkan batu prasasti itu tepat ke
wajahnya, menghancurkan giginya!
Ini membuatnya tidak
bisa mengeluarkan kata-kata sama sekali!
Saka jelas tidak akan
memberikan kesempatan bagi lawannya untuk menyerah.
Para penonton hanya bisa
ternganga. Apakah keturunan keluarga Minjana ini benar-benar akan mati di sini
karena dihantam batu prasasti?
Cara mati seperti ini
terlalu memalukan
"Cukup!
Hentikan!"
Tiba-tiba, suara geraman
penuh amarah terdengar.
Saka berpura-pufa tidak
mendengar. Dia kembali mengangkat batu prasasti itu untuk menghantam dengan
keras!
Namun, pada saat itu
sebuah tekanan kuat yang luar biasa datang!
Lorian menerobos masuk
ke arena, dengan satu tangan menahan batu prasasti itu!
Sepasang mata dingin
yang penuh wibawa menatap tajam ke arah Saka!
"Aku menyuruhmu
untuk berhenti!"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Sudah ada Novel Baru yaa
No comments: