Bangkit dari Luka ~ Bab 111

Bab 111

 

Setelah mengirim pesan, Nindi tak menunggu balasan darinya.

 

Ketika melihat kotak teks pesan mereka berdua seketika merasa ada sesuatu yang berubah, tetapi tak bisa dijelaskan.

 

Dia seperti sudah terbiasa ditemani Cakra.

 

Pada saat reinkarnasi dan berada dalam kondisi terpuruk.

 

Cakra-lah yang berada di sisinya untuk memayungi agar tak diterpa badai hujan.

 

Cakra adalah guru sekaligus teman, perasaan terhadap pria itu berubah seiring berjalannya waktu.

 

Beberapa hari terakhir ini, dia pergi. Nindi merasa amat gelisah sekaligus rindu dengannya.

 

Nindi yang berada dalam suasana hati yang buruk, turun ke bawah membeli sesuatu untuk mengalihkan perhatian.

 

Sesaat setelah membeli camilan, sebuah mobil di pinggir jalan mengklakson dua kali.

 

Nindi menoleh dan melihat Kak Nando.

 

Raut mukanya agak memuram. "Kamu mengawasiku, ya?"

 

"Nindi, tempat ini masih bagian dari Kota Antaram. Menemukan jejakmu itu hanyalah masalah waktu."

 

Sorot mata Nando cukup kalut, tak bisa dipungkiri dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk mencari keberadaan Nindi.

 

Dokter sekolah bernama Cakra Julian itu bukanlah orang sembarangan.

 

Namun, saat ini penyelidikan masih belum membuahkan hasil.

 

Nindi menatap waspada, "Apa yang mau kamu bicarakan?"

 

"Nindi, aku nggak bermaksud jahat. Sebentar lagi nilai ujian akan segera diumumkan, aku hanya khawatir padamu. Bagaimanapun juga, mengisi formulir sekolah impian itu adalah hal yang penting. 11

 

Nindi teringat akan kehidupan sebelumnya, Kak Nando setuju dengan tawaran Kak Leo untuk mendaftarkannya bersama Sania ke universitas jelek.

 

Dia menunjukkan ekspresi menghina. "Nggak perlu, aku bisa sendiri."

 

"Nindi, jangan mendahulukan emosimu di saat-saat penting seperti ini. Jangan pertaruhkan masa depanmu hanya karena emosi."

 

Nando berdiri di hadapannya sembari menunjukkan ekspresi serius. "Aku sudah menyewa guru untuk membantumu dan Sania mengisi formulir universitas impian..."

 

"Sudah cukup omong kosongnya?"

 

Nindi tak bisa menahan diri lagi. "Kak Nando, kalian nggak paham ucapan orang lain, ya? Apa perkataanku barusan sulit dipahami?"

 

"Aku paling benci kalian yang terus mengekangku dengan dalih pura-pura peduli!"

 

Nando seolah-olah terluka, berkata dengan wajah pucat pasi, "Bukan itu maksudku."

 

"Kalau bukan itu maksudmu, tolong menjauhlah dariku!"

 

Saat Nindi beranjak pergi, terdengar suara Nando terjatuh ke tanah.

 

Nindi mematung di tempat dan tampak ragu untuk melangkah.

 

Sopir membopong Nando sembari berkata dengan lantang kepada Nindi, "Bos sudah mengidap penyakit lambung untuk waktu yang lama, tapi tak pernah mau pergi ke rumah sakit untuk diobati. Saya khawatir kalau dia terus menunda-nunda pengobatan, akan terjadi masalah besar."

 

Nindi memperhatikan darah yang mengalir dari sudut bibir Kak Nando.

 

Nindi menghampiri dengan gelisah, lalu bersama sopir membopong Nando masuk ke dalam mobil.

 

Ketika hendak pergi, Kak Nando menggenggam tangannya dengan sekuat tenaga sembari berkata lirih, "Nindi, jangan pergi, Kakak benar-benar menyesal."

 

Hati Nindi berubah menjadi amat kalut. "Kamu sebaiknya cepat pergilah ke rumah sakit."

 

"Nindi, bisa temani Kakak, nggak?"

 

Nando masih enggan melepaskan genggaman, tatapannya penuh pengharapan.

 

Sopir yang berada di samping berkata dengan cemas, "Nona Besar, temanilah bos pergi ke rumah sakit. Pengobatannya benar-benar tak bisa ditunda lagi."

 

Pada akhirnya, Nindi didorong masuk ke dalam mobil oleh sopir.

 

Dia duduk di samping dengan ekspresi datar tanpa mengucapkan apa pun.

 

Senyum tersungging di wajah Nando. "Nindi, kita sudah lama nggak mengobrol, ya."

 

Nindi menjawab dengan acuh tak acuh, "Bukannya sudah ada Sania yang menemanimu mengobrol?

 

Aku nggak perlu berada di sini."

 

Dulu selalu seperti ini.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 111 Bangkit dari Luka ~ Bab 111 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.