Bangkit dari Luka ~ Bab 113

 

Bab 113

 

Nindi naik taksi kembali ke apartemen. Ketika duduk di atas sofa, menemukan lengan bajunya berlumuran noda darah.

 

Dia tak sengaja terciprat darah ketika membopong Kak Nando siang tadi.

 

Setelah mengganti baju, wanita itu melihat ada pesan balasan dari Cakra. 'Ya.'

 

Jawaban yang begitu singkat.

 

Pria ini tak banyak bicara, diam itu emas!

 

Namun ketika mencaci seseorang, dia amat cerewet.

 

Saat Nindi sedang siaran langsung pada malam hari, Kak Nando terus-menerus mengirimkan hadiah.

 

Nindi selalu mengabaikannya, tetapi berbeda dengan para penggemar di kolom komentar.

 

ID ini milik Kakak Kedua Nona Lemon, 'kan? Baik hati banget!!

 

Bukankah rumornya hubungan Lemon dan keluarga cukup buruk, ya? Kalau hadiah ini terus terkumpul, pasti sudah ada miliaran, 'kan?'

 

Namanya juga Nona Besar, meski sedang bertengkar dengan keluarga, tetap nggak akan merubah posisinya sebagai seorang putri. Iri banget, deh. Pengin punya banyak kakak yang selalu memanjakanku!!

 

Suasana hati Nindi menjadi kusut ketika membaca komentar-komentar tersebut.

 

Dia mengirim pesan pribadi ke Kak Nando. 'Jangan mengirimiku hadiah lagi.'

 

Nando membalas, 'Terima saja, hidup sendiri di luar itu juga butuh uang.'

 

Namun, Nindi tak butuh uang donasi dari keluarga Lesmana. 1

 

Setelah mengakhiri siaran langsung, Nindi yang agak kesal segera menghubungi staf platform untuk meretur uang hadiah yang Kak Nando berikan.

 

Dia tak menginginkan uang ini!

 

Nando yang melihat notifikasi pengembalian dana, menghela napas panjang. "Kenapa Nindi sekarang sangat membenciku, ya?" 2

 

Pengurus rumah menjawab, "Tuan Nando, Nona Besar memang sengaja mengabaikan Anda dengan tujuan mengusir Nona Sania. Dengan begitu, dia pasti akan kembali." 1

 

"Nindi bukanlah orang seperti itu. Semua ini bisa terjadi karena dulu aku terlalu mengabaikan pemikirannya."

 

"Tuan Nando, Nona Sania itu adalah anak tak berdosa. Kalau bukan karena peristiwa tahun itu, dia takkan menjadi yatim piatu dan mengalami hal-hal yang menyedihkan. Dia adalah anak paling tak berdosa."

 

Nando terjebak dalam keraguan dan kebingungan.

 

Memang benar, Sania tak salah apa-apa.

 

Namun, penyebab berubahnya sikap Nindi menjadi seperti sekarang adalah Sania. Nando benar-benar tak tahu harus berbuat apa.

 

Pada momen ini, sekretaris perusahaan masuk ke dalam ruangan. "Pak Nando, bug pada tembok pelindung masih belum bisa diatasi. Dulu, Nona Besar-lah yang bertanggung jawab atas bagian ini, dia pasti tahu cara mengatasinya."

 

Senyum getir terlukis di wajah Nando. "Sekarang, dia sudah mengabaikanku."

 

"Kalau begitu, saya yang akan menghubungi Nona Besar."

 

Nando mengangguk, sebenarnya dia masih berharap kepada Nindi.

 

Sekretaris segera menelepon Nindi, "Halo, Nona Besar. Saya adalah sekretaris Pak Nando, kita pernah bertemu sebelumnya."

 

"Ada apa?"

 

Nindi tahu orang ini. Di kehidupan sebelumnya, sekretaris itu adalah salah satu dari sedikit orang yang membelanya.

 

"Jadi, begini Nona Besar. Perangkat lunak yang pernah Anda kembangkan di perusahaan cabang, kini tembok pelindungnya mengalami bug dan belum bisa diatasi. Mitra kerja bilang akan membatalkan kontrak jika tak bisa mengatasi bug. Bisakah Anda datang ke perusahaan?"

 

Nindi ingat di kehidupannya yang lalu memang pernah terjadi hal seperti ini.

 

Di kehidupan sebelumnya, setelah tahu ini, dia mengatasi bug ini dengan tergesa-gesa. Namun, pada akhirnya Sania merebut semua pujian.

 

Namun, sekretaris ini membela dirinya dan berakhir disalahkan oleh Kak Nando.

 

Nindi sempat merasa ragu-ragu, lalu berkata, "Aku bukan karyawan Lesmana Grup, ini bukan tanggung jawabku."

 

"Tapi Nona Besar pernah ikut dalam pengembangannya, 'kan?"

 

"Semua itu hanyalah masa lalu. Waktu itu, aku masih menganggap diriku sebagai anggota keluarga Lesmana. Kalau sekarang, situasinya sudah berbeda.

 

Ucapan Nindi terdengar jelas di telinga Nando.

 

Nando memejamkan mata dengan sedih, bibirnya bergetar dan tak tahu harus menjawab apa.

 

Sekretaris segera berkata, "Kalau begitu, Nona Besar bisa anggap ini sebagai kerja paruh waktu, saya akan membayar sesuai harga pasar. Gimana?"

 

Nindi sebenarnya tak menginginkan uang tersebut.

 

Namun, kalau proyek ini sampai dibatalkan, sekretaris itu pasti akan kena imbas.

 

Nindi akhirnya setuju. "Oke, besok aku akan datang ke perusahaan."

 

Anggap saja ini sebagai balas budi.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 113 Bangkit dari Luka ~ Bab 113 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.