Bangkit dari Luka ~ Bab 114

 

Bab 114

 

Keesokan harinya, Nindi pergi ke Lesmana grup pagi -pagi buta.

 

Ketika melihat gedung tinggi di depannya, dia seketika merasa seperti kembali ke masa lalu.

 

Dia langsung naik ke area kantor CEO di lantai atas.

 

Sekretaris Laila sudah menunggunya di sini. "Nona Besar, ikutlah dengan saya."

 

Nindi berjalan masuk ke kantor dan melihat Nando juga berada di sana. Dia keluar rumah sakit secepat ini?

 

Nando berdiri dengan raut wajah ramah. "Nindi, kamu datang pagi sekali. Sudah sarapan? Aku sudah membelikan makanan kesukaanmu."

 

Nindi melihat banyak hidangan di atas meja kopi.

 

Nando mengambil bakpao kacang merah dan berkata dengan lembut kepadanya, "Nindi, seingatku kamu sangat suka makan bakpao kacang merah, 'kan?"

 

Senyum menyindir tersungging di wajah Nindi. " Orang yang suka bakpao kacang merah itu Sania, bukan aku."

 

Seketika tangan Nando bergetar.

 

Dia membuang bakpao kacang merah itu dengan panik. "Kayaknya, otakku ini salah ingat, deh. Kamu itu 'kan suka makan lumpia."

 

Nindi berkata dengan wajah datar. "Aku paling suka makan kue dadar."

 

Bukan bakpao kacang merah atau lumpia.

 

Nando hampir tak bisa berdiri dengan tegap, bahkan bernapas pun salah, seketika membuatnya sesak napas.

 

Raut muka kusut terlukis di wajahnya. "Nindi, Kakakmu ini terlalu nggak becus jadi orang. Maukah kamu memberiku satu kesempatan lagi?"

 

Nindi mengambil dokumen di atas meja dengan ekspresi tenang. "Kenapa aku harus repot-repot memberimu kesempatan? Bukankah begini saja sudah bagus?"

 

Hidup damai tanpa harus mengganggu satu sama lain.

 

Mata Nando berubah merah. "Nindi, tapi aku ingin menebus kesalahanku padamu."

 

"Nggak perlu."

 

Nindi mengambil dokumen, lalu pergi meninggalkan kantor.

 

Sekretaris Candra menatap Nando dengan sangat kecewa. "Bos, kenapa Anda bisa buat kesalahan pada kesempatan sebagus ini."

 

Nando menunjukkan ekspresi kebingungan. "Aku jelas-jelas ingat dia suka makan ini, pengurus rumah juga bilang begitu."

 

Pada titik ini, Nando terlihat tak senang. "

 

Mungkinkah pengurus rumah sengaja berbohong padaku?"

 

"Bos, Anda yang tak ingat tentang kesukaan Nona Besar menunjukkan bahwa Anda kurang perhatian padanya."

 

Nando terkulai lemas di atas sofa sembari merasa sakit perut. "Apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki ini? Kamu punya ide, nggak?"

 

Nando benar-benar ingin memperbaiki hubungan dengan Nindi!

 

Sekretaris Candra berpikir sejenak sebelum berkata, "Nanti saya akan menghubungi manajer perusahaan cabang dan bilang padanya bahwa Nona Besar akan datang bekerja agar mereka lebih bersikap sopan di hadapan Nona Besar. Kita mulai dari hal-hal kecil dulu."

 

"Benar juga perkataanmu, aku bisa meminta Nindi untuk mengelola perusahaan cabang. Dengan begitu, dia pasti bisa mengetahui dengan jelas niat baikku untuk memperbaiki hubungan, 'kan?"

 

Nando teringat akan perkataan Nindi yang ingin mengelola sebuah perusahaan.

 

Nindi beranjak dari lantai atas tanpa menoleh ke belakang sedikit pun dan langsung pergi ke perusahaan cabang.

 

Dia tahu letak bug tembok pelindung itu ada di mana dan hanya perlu menulis ulang kode dan mengujinya.

 

Nindi melihat sekilas notifikasi pesan di ponselnya.' Nindi, Maaf, Kak Nando sudah salah mengingat makanan kesukaanmu. Kejadian ini nggak akan terulang lagi.'

 

Pasti pesan ini dikirim oleh Kak Nando.

 

Namun, kini dia benar-benar tak peduli lagi.

 

Mengapa Kak Nando tak mengerti juga?

 

Nindi masuk ke perusahaan cabang, lalu berjalan ke meja resepsionis. "Halo, saya adalah pemrogram yang datang untuk memperbaiki perangkat lunak."

 

"Nindi, kenapa kamu di sini?"

 

Sania masuk dengan mengenakan pakaian bermerek, menatap Nindi dengan sorot mata waspada.

 

Raut muka Nindi tak berubah. "Nggak ada urusannya sama kamu."

 

Pada momen ini, manajer keluar dengan tergesa gesa. Dia mendapat panggilan bahwa Nona Besar akan berkunjung untuk mengecek pekerjaan, jadi harus menyambutnya dengan baik.

 

Manajer yang melihat Nindi dan Sania, seketika merasa cemas.

 

Sebenarnya yang mana Nona Besar keluarga Lesmana?

 

Resepsionis melihat ke arah Nindi, lalu berkata, " Wanita ini adalah pemrogram yang datang untuk bekerja."

 

Manajer menghampiri Sania dengan antusias mengira wanita yang mengenakan barang bermerek ini pasti Nona Besar dari keluarga Lesmana.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 114 Bangkit dari Luka ~ Bab 114 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.