Bangkit dari Luka ~ Bab 116

 

Bab 116

 

Nindi mendongak tanpa ekspresi, "Nggak ada niat apa-apa."

 

"Heh, orang baru, apa-apaan sikapmu ini? Berdiri! Aku bilang berdiri, dengar, nggak?"

 

Dengan sekali gerakan, Nindi berdiri, hingga kursi di belakangnya bergeser jauh.

 

Sang ketua tim yang berpenampilan lusuh itu terkejut setengah mati, "Kamu ini baru masuk, tapi sudah mau cari mati, ya? Dia itu Nona Besar, tahu!"

 

Sudut bibir Nindi melengkung membentuk seringai sinis, "Nona Besar apaan dia itu?"

 

"Kalau bukan dia, memangnya kamu Nona Besar -nya, ya?"

 

Melihat situasi yang memanas, Sania buru-buru mencoba melerai, "Sudahlah, anggap saja aku juga orang baru di sini. Nggak perlu bersikap terlalu hormat padaku. Apalagi sampai ribut begini gara -gara aku!"

 

Ketua tim itu langsung mengambil kesempatan untuk menjilat, "Nona Besar benar-benar bijaksana!

 

Tanpa berkata apa-apa lagi, Nindi berbalik dan melangkah keluar menuju toilet. Dia tidak ingin lagi melihat wajah Sania yang terus-terusan muncul di hadapannya.

 

Ketika mencuci tangan, Sanía tiba-tiba berdiri di pintu dengan raut wajah penuh kepuasan, "Aku nggak menyangka kalau kamu benar-benar datang ke sini."

 

Nindi tidak menggubris perempuan licik yang berdiri di sebelahnya itu

 

Sania merasa tidak puas dan melanjutkan, "Nindi, jangan marah. Ini semua karena Kak Leo sendiri yang minta aku buat awasin Proyek Tembok Pelindung. Kak Nando juga tahu soal ini."

 

Lain halnya dengan Nindi, yang tiba-tiba muncul di kantor dengan sikap tenang.

 

Apa dia menyesal sudah meninggalkan rumah? Mungkinkah dia ingin kembali?

 

Nindi mengibaskan air dari tangannya, tetapi tak disangka justru mengenai rok Sania.

 

Sania langsung mengamuk dan merasa dipermalukan, "Kamu apa-apaan sih? Rok ini mahal banget, tahu!"

 

Nindi tertawa kecil dengan nada penuh sindiran, " Bagus kalau kamu tahu ini mahal. Sebaiknya, kamu jangan pernah sampai ketahuan, biar nggak kembali ke kehidupanmu yang sebenarnya. Baju semahal ini pasti nggak akan mampu kamu beli seumur hidupmu."

 

Sania merasa dirinya benar-benar dihina, matanya yang penuh amarah menatap punggung Nindi yang menjauh.

 

'Saat waktunya tiba nanti, aku pastikan kamu bakal beriutut di kakiku!'ujar Sania dalam hati.

 

Nindi kembali ke meja kerjanya dan langsung duduk.

 

Tiba-tiba, si ketua tim sarkas dan sok berkuasa itu melempar setumpuk dokumen ke meja Nindi, "Hei, anak baru! Selesaikan semua ini sebelum pulang. Kalau nggak, kamu nggak usah bermimpi bisa pulang kerja!"

 

Nindi mengambil dokumen itu dan meletakkannya di sisi meja tanpa banyak bicara. Lalu, dia kembali fokus menguji masalah perangkat lunak tanpa menolak, juga tanpa menunjukkan niat untuk mengerjakan dokumen tersebut.

 

Ketua tim itu awalnya ingin marah. Namun, saat melihat Sania muncul, dia langsung berbalik arah dan buru-buru mendekat dengan senyuman menjilat.

 

Rekan kerja perempuan di sebelah Nindi berbisik pelan, "Ketua tim ini rajin banget cari perhatian. Jangan-jangan, dia naksir Nona Besar."

 

"Nona Besar mana mungkin mau sama pria sok hebat seperti dia, Cuma gara-gara jadi ketua tim kecil saja sampai berani nindas orang."

 

"Eh, tapi kamu hati-hati, ya. Kalau nanti perusahaan ada acara makan malam, jangan pernah minum alkohol. Biasanya, pria seperti dia suka aneh -aneh."

 

Nindi sedikit menoleh dan tersenyum tipis, "Aku tahu. Terima kasih sudah diingatkan."

 

Kali ini, dia sudah memutuskan. Tidak peduli seperti apa undangan itu, dia tidak akan ikut acara makan malam perusahaan.

 

Ketika jam kerja hampir selesai, Sania mendekati Nindi dan berkata dengan senyum lebar, "Hari ini kan hari pertamaku kerja di sini. Aku mau traktir semua orang makan malam nanti."

 

Para karyawan kantor pun beramai-ramai memberikan dukungan.

 

Sementara itu, Nindi yang melihat masalah dari hasil pengujian hampir selesai dirapikan, berdiri dan mulai membereskan barang-barangnya untuk pulang.

 

Sania menatapnya dengan sedikit senyuman di wajahnya. "Nanti pulang bersamaku saja, naik mobilku."

 

"Nggak perlu, kalian saja yang kumpul."

 

Dengan raut wajah datar, Nindi pergi begitu saja tanpa sedikit pun memedulikan sekitarnya.

 

Sania, yang merasa harga dirinya sedikit dipermalukan, tetap pura-pura besar hati, "Aku kenal dia, kok. Ternyata karakternya memang nggak pernah berubah dari dulu."

 

Mendengar itu, si ketua tim yang sok itu langsung menimpali, "Nggak kusangka, dia ternyata kenal sama Nona Besar. Kesempatan sebagus ini malah nggak dimanfaatin, pantas saja susah cari kerjaan! Besok aku bakal kasih dia pelajaran!"

 

Sania hanya tersenyum kecil tanpa menjawab.

 

Setelah itu, Sania bersama para karyawan kantor pergi ke restoran yang sudah dipesan. Di luar restoran, dua pria, yakni Nando dan Leo, sudah menunggu,

 

"Kak Nando, Kak Leo, kok kalian bisa di sini?" tanya Sania ramah.

 

Nando, dengan sorot mata yang terlihat penuh harap, celingukan ke sekeliling tempat itu sebelum akhirnya bertanya pada Sania, "Nindi mana? Kok dia nggak ikut?"

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 116 Bangkit dari Luka ~ Bab 116 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.