Bangkit dari Luka ~ Bab 118

 

Bab 118

 

"Belum."

 

Nindi menatap pria di depannya dengan ekspresi datar, "Ini bukan bagian dari pekerjaanku.'

 

"Kamu kan orang bagian IT, bagaimana bisa ini bukan pekerjaanmu?"

 

"Pekerjaanku itu membereskan kekacauan, misalnya urusan tembok pelindung."

 

Nada suara Nindi terdengar begitu dingin. Dia bahkan malas untuk berpura-pura sopan lagi.

 

Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah segera menyelesaikan masalah tembok pelindung ini, lalu pergi dari tempat kerja yang sama sekali tidak dia inginkan.

 

Ketua tim yang sok berkuasa itu tampaknya belum pernah berurusan dengan seorang bawahan yang begitu berani, Baru hari kedua bekerja, Nindi sudah berani melawan atasan!

 

Ketua tim itu gemetaran saking marahnya, "Aku bakal langsung lapor ke manajer, biar kamu langsung dipecat saja!"

 

"Silakan dan lihat saja hasilnya."

 

Nindi sama sekali tidak memedulikannya. Dia hanya terus mengetik kode-kode.

 

Jemari rampingnya menari di atas papan ketik, menghasilkan baris demi baris kode yang langsung muncul di layar komputer.

 

Tidak butuh waktu lama, ketua tim itu keluar dari ruang manajer dengan wajah merah padam. Dia menatap Nindi dengan penuh amarah, "Jangan senang dulu. Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan masalah tembok pelindung ini, segera angkat kaki dari sini! Aku mau lihat sejauh mana kemampuanmu."

 

"Tenang saja, kemampuanku jauh lebih baik daripada kamu."

 

Nindi sama sekali tak menghiraukannya.

 

Sania datang ke kantor seperti biasanya, mengenakan pakaian bermerek dari ujung kepala hingga kaki. Dengan sikap bak putri kaya raya, dia menyapa semua orang di ruangan itu.

 

Saat menatap ayar komputer Nindi yang penuh baris -baris kode, firasat buruk seketika melintasi hatinya.

 

Jika Nindi benar-benar berhasil menyelesaikan masalah tembok pelindung ini, mungkinkah Nando akan semakin berpihak pada Nindi?

 

Di balik senyumnya yang tampak ramah, sebersit niat licik terpancar dari mata Sania. Dia tak akan membiarkan Nindi menang.

 

Pandangan Sania beralih menatap ketua tim dan mendapatkan sebuah ide.

 

Nindi telihat sibuk bekerja seharian penuh. Bahkan, saat jam makan siang, dia enggan beristirahat. Baris -baris kode terus dia susun hingga akhirnya selesai.

 

Dia mengusap lehernya yang pegal. Jika semua tes berjalan lancar besok, dia tidak perlu datang ke tempat ini lagi.

 

Nindi berharap tidak ada lagi urusan yang mengaitkannya dengan keluarga Lesmana.

 

Saat Nindi membereskan barang-barangnya untuk pulang, ketua tim yang sok itu melontarkan komentar sinis, "Bagian IT itu nggak pernah pulang tepat waktu. Kamu baru saja masuk kerja, tapi sudah berani melanggar aturan? Padahal dibayar sama perusahaan, kamu seharusnya tahu cara membalas budi."

 

Nindi bersikap seeprti biasanya, "Kamu memang pandai kalau masalah lembur. Tapi, sejauh ini, aku belum melihat tembok pelindung itu selesai. Kemampuanmu nol besar, meski lembur seumur hidup juga nggak akan selesai," sindir Nindi dingin.

 

"Dasar anak kurang ajar! Siapa yang kamu bilang nggak bisa itu, hah? Coba saja kalau berani membantahku!"

 

Tanpa banyak bicara, Nindi melayangkan tamparan ke wajah pria itu, "Kamu ini sudah nggak kompeten, tapi masih saja gangguin perempuan. Apa kamu nggak pernah becermin? Kamu memang pantas mendapatkannya!"

 

Seluruh ruangan kantor langsung terdiam dan memandang mereka.

 

Pria sok berkuasa yang terbiasa bertindak semena -mena, tak disangka akan dilawan oleh seorang pegawai baru. Wajahnya memerah karena amarah.

 

Pria itu kemudian langsung mengangkat tangannya, berniat membalas.

 

Namun, sepasang tangan menahan lengannya di udara, "Siapa yang kasih izin kamu buat mukul?"

 

Nindi mendongak dan terkejut mendapati sosok itu adalah Leo.

 

Seharusnya, Leo cukup diam saja dan membiarkannya dipukul, 'kan?

 

Itulah yang terjadi sebelumnya.

 

Begitu Leo muncul, ketua tim itu pun langsung ciut nyalinya, "Pak Leo, saya ... saya hanya ingin mendisiplinkan anak baru."

 

"Ini perusahaan, bukan tempat untuk berkelahi."

 

Suara Leo terdengar dingin. Bagaimanapun juga, Nindi adalah adiknya.

 

Hanya dia yang berhak memarahi atau memukulnya.

 

Apa hak orang luar untuk menyerang seorang Nindi?

 

Dengan sekali dorong, Leo membuat pria itu terhuyung ke belakang, "Kamu tahu siapa dia?" tanyanya dengan nada tajam.

 

Beraninya orang ini menyerang Nona Besar dari keluarga Lesmana!

 

Berani sekali menentang takdir!

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 118 Bangkit dari Luka ~ Bab 118 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.