Bangkit dari Luka ~ Bab 120

 

Bab 120

 

Pada saat itu, Sania juga mendekat dan saling bertatapan dengan ketua tim.

 

Nindi membuka aplikasi di latar belakang, kemudian langsung mulai melakukan pengujian.

 

Namun, tak lama setelahnya, muncul pesan kesalahan.

 

Pria sok berkuasa itu menatap sinis seraya berkata, " Lihat, 'kan! Itu gagal. Beberapa orang memang cuma bisa banyak omong, padahal nggak punya kemampuan."

 

Sania yang melihatnya pun pura-pura terkejut dan berkata, "Mungkin kita bisa coba perbaiki lagi."

 

"Perbaiki apa? Manajer, sesuai kesepakatan, dia harus dipecat. Sekarang kita nggak perlu cari orang lain, karena aku sendiri sudah menulis kodenya."

 

Sang ketua tim mengeluarkan sebuah flashdisk dan memandang Nindi penuh ejekan, "Minggir, kalau memang nggak bisa, mending jangan banyak omong."

 

Dia langsung mengoperasikan komputer setelah duduk.

 

Akhirnya, pengujiannya berhasil dilewati.

 

Pria sok berkuasa itu tersenyum puas menatap Nind!, "Bagaimana, sudah mengaku kalah? Inilah yang disebut kemampuan!"

 

Nindi mendengus, "Sok bangga dengan kemampuan, padahal aslinya mencuri kode orang lain! Mencuri dan membual itu memang keahlian tersendiri, sih."

 

"Kamu ngomong apa, sih?"

 

Pria sok itu langsung murka dengan wajah memerah. Lalu, dia melirik Sania dengan sedikit rasa cemas.

 

Sania berkata dengan tenang, "Ketua tim memang punya kemampuan, kok. Jangan hanya karena kodemu gagal, kamu jadi menuduh orang lain mencuri."

 

Manajer yang sudah tidak sabar itu pun menatap Nindi sambil berkata, "Kamu dipecat."

 

"Siapa memangnya yang berani memecatnya?"

 

Nando melangkah masuk, diikuti oleh Sekretaris Candra yang setia di belakangnya.

 

Melihat kemunculan Nando, Sania seketika merasa kesal. Mengapa dia harus datang sekarang? Mengapa tidak lebih awal atau nanti saja?

 

Sang manajer segera berbicara dengan nada penuh hormat, "Pak Nando, saya memiliki alasan untuk memecatnya. Dia menulis kode yang salah, sikapnya juga sangat arogan, dan tidak mau bekerja sama dengan aturan perusahaan. Pegawai seperti ini tak pantas dipertahankan."

 

Nando niemandang manajer itu dengan dingin, "Dia memang nggak datang buat jadi pegawai. Nantinya, dia bakal menjadi atasan kalian, pemimpin tertinggi di sini. Jadi, aturan kerja apa yang perlu dia patuhi?"

 

Kata-katanya langsung membuat seluruh ruangan terdiam.

 

Raut wajah Sania berubah drastis. Apa maksudnya?

 

Jangan-jangan, Nando berniat menyerahkan cabang perusahaan ini ke Nindi?" ujar Sania dalam hati.

 

Pria sok berkuasa itu tak bisa menahan diri lagi dan menyela, "Memang apa hak dia?"

 

"Karena dia adalah adikku. Kenapa? Ada masalah?"

 

"Tapi, bukankah dia adik Pak Nando?"

 

Hampir semua orang langsung memandang Sania, karena sejak awal, mereka mengira dialah sosok Nona Besar dari keluarga Lesmana.

 

Sekretaris Candra menegur manajer dengan keras, " Aku sudah kasih tahu kamu secara langsung kalau Nona Besar keluarga Lesmana akan datang ke cabang perusahaan ini. Apa yang sebenarnya kamu pikirkan?"

 

Manajer itu pucat pasi, "Tapi, bukankah dia mengaku kalau dialah Nona Besar itu?"

 

"Nona Besar keluarga Lesmana jelas bermarga Lesmana! Apa kamu benar-benar sebodoh itu? Bisa-bisanya membuat kesalahan seperti ini!"

 

Tubuh manajer lemas seketika.

 

Nando bahkan belum tiba, tetapi segalanya terlanjur menjadi kacau. Dia memandang Nindi dengan khawatir, "Maafkan aku. Aku juga nggak tahau kalau mereka akan salah paham begini dan membuatmu menderita."

 

Tatapan Nindi tampak begitu sinis. Dia sama sekali tak memerlukan permintaan maaf ini.

 

Sania menahan amarah yang berkecamuk di dalam hatinya, kemudian dia tetap berusaha menjelaskan, "Jadi, ini semua hanya kesalahpahaman. Aku juga nggak menyangka mereka akan salah paham begini. Ini semua salahku, seharusnya aku menjelaskannya dengan lebih jelas. Kak Nando, kalau mau menyalahkan, salahkan aku saja."

 

Sang manajer yang masih terkejut pun berkata, " Apa keluarga Lesmana punya dua orang putri?"

 

Dengan menahan rasa terhina, Sania menjawab, " Aku hanyalah saudara angkat keluarga Lesmana. Kak Nindi adalah Nona Besar keluarga Lesmana yang sebenarnya. Aku pikir kalian semua tahu, bukankah dia bermarga Lesmana?"

 

"Kalau begitu, Nona Sania, kenapa kamu mengakuinya padahal kamu bukanlah Nona Besarnya?"

 

Sang manajer tak bisa berkutik. Mana mungkin dia bisa menebak situasinya akan menjadi seperti ini?

 

Manajer itu memang pernah mendengar bahwa keluarga Lesmana memiliki seorang anak angkat. Namun, siapa yang menyangka keduanya datang pada hari yang sama?

 

Lebih tak terduganya lagi, sang putri yang palsu justru langsung mengaku tanpa penjelasan apa pun? Bukankah ini sama saja dengan menjebak orang lain?

 

Mata Sania langsung memerah, air matanya pun hampir jatuh, "Kak Nando, aku juga nggak tahu kalau semuanya jadi salah paham begini. Kak Leo bilang kalau dia sudah memberi tahu perusahaan. Kak Nindi juga nggak pernah menjelaskan apa pun. Jadi, mana aku tahu kalau bakal begini kejadiannya!"

 

Nando, yang mendengar itu mulai kesal, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau Nindi adalah putri keluarga Lesmana yang asli?"

 

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 120 Bangkit dari Luka ~ Bab 120 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.