Bab 124
"Ya, silakan
masuk."
Nindi melihat Nando juga
berada di sana, lalu dengan tenang berkata, "Aku sudah memasukkan kode
yang telah diuji ke dalam perangkat lunak, pekerjaanku sudah selesai. Kalau
nggak ada yang perlu aku lakukan, aku akan pergi dulu."
"Nindi, aku tahu
kamu nggak akan mengecewakanku. Aku sebelumnya nggak menyadari kalau kamu
memiliki kemampuan sebanyak ini."
Nando tidak pernah
menyangka bahwa Nindi bisa menyelesaikan masalah tembok pelindung.
Itu karena Nando sudah
mencari begitu banyak orang, tetapi tidak ada yag bisa menyelesaikannya
Tidak disangka, Nindi
hanya membutuhkan dua hari untuk menyelesaikannya.
Nando melihat Nindi
dengan ekspresi puas."
Dengan begitu, aku jadi
lebih tenang menyerahkan perusahaan ini untuk kamu kelola."
"Aku nggak mau."
Nindi langsung menolak,
kemudian melihat Sekretaris Candra. "Transfer sesuai kesepakatan."
Nindi tidak ingin terus
berada di sini.
Nando sedikit cemas, dia
langsung berdiri dan menghalanginya. "Nindi, mengelola perusahaan jauh
lebih berarti ketimbang kamu melakukan siaran langsung, juga akan lebih
menguntungkan di masa depan. Aku benar-benar melakukan ini untuk
kebaikanmu."
Lagi-lagi katanya demi
kebaikannya!
"Kak Nando, apa
kamu sungguh peduli padaku atau hanya ingin mengendalikan segalanya
tentangku?" tanya Nindi dengan tenang.
Jika kembali, Nindi akan
mengulang pola hubungan yang sama seperti sebelumnya.
Nando terus mengejar
Nindi, hanya saja tidak terbiasa melihatnya lepas kendali.
Nando tertegun.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Aku hanya ingin menebus kesalahan masa
lalu dengan berbuat baik padamu."
Hati Nando terasa sakit
saat meilhat adanya kewaspadaan di mata Nindi.
Dia tidak menyangka
Nindi begitu tidak memercayainya.
"Kalau memang
benar-benar untuk kebaikanku, jangan lagi melakukan hal-hal membosankan seperti
ini." Nindi berkata dengan tenang.
Nindi berbalik dan
membuka pintu kantor. Ekspresi Sania yang berdiri di luar jelas terlihat tidak
senang.
Nindi tidak
mengindahkannya, dia langsung kembali ke tempat meja kerjanya, lalu mengemasi
barang-barangnya dan pergi.
Nando terhuyung-huyung
beberapa langkah, tidak berhasil mengejarnya.
Hanya saja, ekspresinya
tidak terlalu baik.
Sania merasa sangat
tidak puas dalam hatinya. Kenapa dia masih kalah dari Nindi yang hanya
bertindak karena emosi, setelah pengorbanannya selama bertahun-tahun?.
Sania menahan rasa tidak
puasnya, lalu berjalan mendekati Nando dengan ekspresi biasa. "Kak Nando,
aku yakin suatu hari nanti Kak Nindi akan memahami niat baikmu."
Nando tersenyum getir.
"Mungkin saja."
Sekretaris Candra yang
melihat Sania mendekati dan mengkhawatirkan Nando agak tertekan, tetapi dia
juga tidak bisa berkata apa-apa karena itu adalah urusan keluarga atasannya.
Nindi langsung pulang ke
rumah setelah meninggalkan perusahaan.
Tak lama kemudian,
Sekretaris Candra meneleponnya. "Nona Besar, pihak mitra meminta agar ada
teknisi yang melakukan serah terima supaya kerja sama bisa dilanjutkan. Apakah
Nona Besar bisa ikut bersama kami ke perusahaan mitra besok?"
Nindi mengernyit.
"Bisa, tapi aku nggak akan bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadi
selanjutnya, dan aku juga nggak ingin pihak mitra tahu identitasku."
"Nggak masalah,
kalau begitu kita sudah sepakat, ya. Gaji sudah ditransfer oleh bagian
keuangan, mohon dicek."
Usai telepon ditutup,
Sekretaris Candra melihat ke arah Nando yang berada di kantor. "Pak,
semuanya sudah diatur."
"Kenapa Nindi
setuju kalau kamu yang berbicara?"
Ekspresi Sekretaris
Candra berubah menjadi sedikit rumit. "Mungkin karena saya hanya orang
luar, jadi Nona Besar berbaik hati dan nggak ingin mempersulit saya."
Nando tersenyum getir.
"Aku sekarang bahkan nggak tahu bagaimana cara berkomunikasi
dengannya."
Keesokan harinya, saat
Nindi turun untuk naik taksi menuju perusahaan mitra, dia melihat mobil Nando.
Dia pura-pura tidak
melihatnya, lalu membungkuk dan naik ke dalam taksi.
Luka yang dia alami
dalam kehidupan sebelumnya tidak semudah itu untuk dilupakan.
• Nindi turun dari mobil
dan pergi ke perusahaan mitra bersama Nando.
Sebagai teknisi, Nindi
menguji perangkat lunak itu sendiri dan menyatakan tidak ada masalah.
Manajer pihak mitra
menerima telepon, lalu segera berdiri. "Atasan kami baru saja
kembali."
Pintu ruang rapat
terbuka, dan dua orang berjalan masuk.
Nindi tertegun sejenak.
Bukankah itu Zovan dan Cakra?
Mereka adalah pemilik
perusahaan ini?
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: