Bangkit dari Luka ~ Bab 127

 

Bab 127

 

Mendengar pertanyaan Nando, Nindi agak waspada dan melirik Nando.

 

"Kak Nando, untuk apa kamu menanyakan hal itu? Apa itu ada hubungannya derigan pekerjaan?" tanya Nindi.

 

"Aku hanya sekadar bertanya saja. Dokter Cakra begitu misterius, aku penasaran apakah dia menyembunyikan sesuatu yang nggak bisa dilihat orang lain?"

 

Dari awal, Nando sudah sangat tidak menyukai dokter sekolah itu.

 

Saat dalam perjalanan ke sini tadi, dia sudah inenyadari bahwa kejadian ini sebenarnya dimanipulasi oleh dokter sekolah itu dari balik layar.

 

Jika bukan karena Nindi yang berhasil menyelesaikan masalah tembok pelindung, kerja sama ini kemungkinan besar akan dibatalkan!

 

Dokter sekolah itu memang sengaja melakukannya.

 

Cakra bersandar di kursi. Tangannya diletakkan di atas meja, memperlihatkan sebagian pergelangan tangannya.

 

"Keluargaku menjalankan sebuah bisnis kecil," jawab Cakra dengan santai.

 

Uhuk! Zovan langsung tersedak minuman.

 

Bisa-bisanya dia bilang menjalankan bisnis kecil!

 

Dasar tidak tahu malu! Jika bisnis keluarga Cakra dianggap kecil, bisnis orang lain sekecil apa?

 

Melihat Zovan yang tersedak, Nindi tampak bingung. Sebenarnya bisnis apa yang dijalankan oleh keluarga Cakra?

 

Sekarang Nindi baru sadar bahwa dia tidak mengenal Cakra sama sekali.

 

Selami ini, Cakra selalu bilang sedang dinas untuk urusan pekerjaan, tetapi Nindi tidak tahu apa pun.

 

Hubungannya dengan Cakra sebenarnya sangat rapuh.

 

Nando melanjutkan pertanyaannya. "Kalau bisnis kecil, seharusnya sudah punya perusahaan, 'kan? Apa nama perusahaannya?"

 

Zovan berusaha mencairkan suasana. "Pak Darren, kamu sedang memeriksa data penduduk, ya? Detail sekali pertanyaanmu."

 

"Bagaimanapun juga, Pak Cakra sudah membawa pergi adikku. Sebagai kakaknya, aku punya tanggung jawab untuk memastikan semuanya, ' kan? Pak Cakra, bagaimana menurutmu?"

 

"Kak Nando!"

 

"Kami berdua nggak ada hubungan apa-apa, kamu nggak usah banyak bertanya," sela Nindi.

 

"Nindi, bagaimana mungkin aku nggak bertanya? Bagaimana kalau dia berniat buruk? Di zaman sekarang, seorang gadis harus lebih waspada supaya nggak tertipu."

 

Nando benar-benar khawatir, apalagi asal-usul dokter sekolah itu tidak jelas.

 

Nindi merasa sedikit canggung. "Aku hanya berteman dengannya. Kamu hanya akan membuat hubungan kami menjadi canggung dengan pertanyaanmu itu. Apa kamu pernah memikirkan perasaanku?"

 

Mendengar perkataan Nindi, Nando pun menenangkan dirinya. "Oke, kalau kamu nggak senang, aku nggak akan tanya lagi."

 

Nindi bahkan kehilangan selera makan.

 

Zovan mencoba meredakan suasana. "Ayo, makarnan sudah datang, makanlah sedikit."

 

Nindi melirik Cakra diam-diam. Nindi tahu sifat dinginnya Cakra, pasti akan merasa tidak senang dengan pertanyaan yang diajukan oleh Nando tadi.

 

Melihat ekspresi Nindi yang terlihat murung, Cakra mengeluarkan ponselnya dan mengiriminya pesan. " Makan dengan baik."

 

Nindi terkejut ketika menerima Whatsapp dari Cakra, lalu mengangkat kepala dan melihat Cakra sebentar.

 

Nindi pun menunduk dan membalas. "Maaf, ya. Aku nggak tahu kalau Kak Nando akan bertanya seperti itu."

 

"Aku nggak marah."

 

Setelah membaca balasan dari Cakra, Nindi merasa sedikit lega, setidaknya Cakra tidak marah.

 

Suasana di meja makan pun sedikit membaik.

 

Nindi pergi ke toilet sebentar, merasa ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan. Nindi menyadari bahwa dia sungguh tidak tahu banyak tentang Cakra.

 

Saat keluar dari toilet, seorang pria bertubuh tinggi sedang bersandar di dinding.

 

Candra bersandar di dinding, dengan satu tangan memegang ponsel sembari jari-jarinya yang ramping sedang membolak-balik sesuatu.

 

Nindi melihat sisi wajahnya, yang sebagian tersembunyi dalam bayangan cahaya.

 

Nindi berjalan menghampirinya. "Aku nggak menyangka kalau kamu kembali hari ini."

 

"Masalahnya baru saja selesai ditangani."

 

Cakra meletakkan ponselnya dan menatap Nindi. " Kenapa kamu pergi ke perusahaannya Nando? Aku belum pernah dengar kamu membicarakannya."

 

"Aku pernah mengikuti proyek ini dan memang masalah tembok pelindung adalah tanggung jawabku. Sekretaris Kak Nando meneleponku untuk minta bantuan, karena sebelumnya dia cukup baik padaku, jadinya aku nggak ingin melihatnya kesulitan."

 

Nindi memang setuju untuk membantu kerena mempertimbangkan Sekretaris Candra.

 

Suara Cakra tetap terdengar tenang. "Nggak disangka kalau kamu cukup berbakat di bidang komputer. Apa kamu mempertimbangkan untuk mengambil jurusan komputer di universitas?"

 

"Sudah kupikirkan, tapi belum sepenuhnya diputuskan."

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 127 Bangkit dari Luka ~ Bab 127 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 19, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.