Bab 129
Setelah Nindi
berkata begitu, ekspresi orang-orang yang berada di ruangan itu berubah rumit.
Nindi
mengangkat kepalanya dan menatap Cakra dengan berani.
Cakra
mengatupkan bibirnya yang tipis, tangan yang tergantung di sampingnya
perlahan-lahan mengepal, tetapi tampak sedikit ragu.
Sepanjang
hidupnya, dia tidak pernah takut pada apa pun.
Namun, kini,
dia tidak dapat menebak apa yang dipikirkan oleh Nindi.
Nando lebih
terkejut. "Nindi, apa maksud ucapanmu? Apa maksudnya nggak perlu?"
Menurutnya,
itu sangat perlu!
Agar Nindi
tidak terlibat dengan pria ini!
Jika pria itu
berniat jahat demi uang, Nando tahu bagaimana cara menghadapinya.
Nindi
kemudian menjawab dengan tenang, "Kak Nando, jangan sembarangan
memperkenalkan orang lain. Kamu dulu bukan-orang yang suka ikut campur urusan orang.
Pak Cakra begitu luar biasa, nggak perlu kamu kenalkan."
Nando hanya
bisa mengangguk. "Oke, kamu yang memutuskan dan aku akan mendengarkanmu.
Aku hanya peduli karena Pak Cakra adalah temanmu, nggak ada maksud lain."
Zovan
mendengus. Hanya orang bodoh yang akan memercayai perkataan itu.
Bukankah
jelas bahwa Nando ingin memperkenalkan gadis untuk menguji Kak Cakra?
Namun,
kebetulan ini hampir sejalan dengan tujuan Cakra, jadi Zovan hanya akan
mengikuti arus.
Nando kembali
ke tempat duduknya. "Sebelumnya, Nindi sempat berselisih dengan
keluarganya. Aku sangat berterima kasih karena Pak Cakra telah membantu
merawatnya dan kebaikan ini akan selalu aku ingat. Ke depannya, kalau butuh
bantuan, aku juga akan membantu."
"Nggak
perlu begitu sopan."
Cakra
mengambil sebotol anggur dan menuangkannya ke gelas, lalu menenggak beberapa
teguk.
Sebenarnya,
dia bukanlah orang yang suka merokok dan minum alkohol. Namun, saat ini, entah
kenapa, dia merasa ingin minum sedikit anggur.
Tatapannya
secara tidak sadar jatuh pada Nindi. Gadis itu duduk dengan rapi di kursi,
rambut panjangnya terurai di bahu, kulitnya putih bersih, terlihat sangat
tenang.
Cakra hanya
melirik sekilas, lalu segera mengalihkan pandangannya.
Perasaan yang
tidak jelas membuatnya agak gelisah.
Makan malam
selesai begitu saja tanpa suara.
Selain
beberapa orang utama, orang lain di perusahaan tidak berani berbicara, apalagi
menyarankan minum.
Hanya mereka
yang layak diajak minum, sedangkan status mereka belum cukup tinggi untuk
mengajak orang lain minum.
Nindi berdiri
dan meninggalkan ruang makan, dia berjalan ke depan dengan sedikit melamun.
Nando
berjalan di belakang, sengaja berjalan sejajar dengan Cakra, lalu berkata,
"Makan malam ini aku yang traktir, juga terima kasih atas perhatian Pak
Cakra pada adikku sebelumnya."
Cakra
berjalan dengan santai. "Kalau kamu tahu dia sangat penting, jangan
lakukan hal yang bisa menyakitinya."
"Nindi
adalah adikku, dan aku adalah orang yang paling nggak mungkin menyakitinya di
dunia ini."
"Tapi
juga orang yang paling mudah membuatnya terluka." ucap Cakra.
Cakra
menatapnya dengan dingin. "Hal ini, aku rasa kamu lebih tahu ketimbang
diriku."
Nando sedikit
marah. "Tapi kamu juga nggak berhak untuk merawatnya. Siapa kamu? Kamu
menganggap adikku sebagai apa?"
Jakun Cakra
bergerak sedikit. "Teman."
Nindi
mendengar jawaban dari belakangnya. Dia menarik sudut bibirnya dan pandangannya
agak kacau.
Benar, hanya
teman saja.
Nindi
mempercepat langkahnya menuruni tangga, suasana hatinya tidak baik.
Angin dari
luar bertiup, dia baru merasa sedikit tenang.
"Nindi,
ayo pulang bersamaku."
Nando menatap
Nindi dengan penuh harapan. "Aku janji nggak akan seperti dulu lagi."
Nindi melihat
Cakra yang berjalan mendekat dari sudut matanya. Pria itu melangkah dengan
mantap, tubuhnya tinggi dan ramping.
Detak
jantungnya mendadak berdetak sedikit lebih cepat.
Ti! Ti!
Zovan
memarkir mobil di tepi jalan, lalu membuka jendela mobil. "Lemon, naiklah,
kita pergi."
Nindi
langsung berbalik dan berjalan menuju Zovan. Nando merasa sedikit tidak rela.
"Nindi."
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: