Bab 303
Kata-kata Nindi
menimbulkan kegaduhan dalam sekejap.
Darren masih tetap
tenang. "Nindi, konyol sekali tuduhanmu itu! Perusahaan kami punya sangat
banyak orang berbakat. Mana mungkin kami mencuri ide dari perusahaan kecil
seperti kalian?"
"Kenapa nggak
mungkin?"
Pemimpin tim di sebelah
Nindi juga menyahut marah, "Benar, kami semua bekerja keras untuk
memikirkan segalanya."
Darren tersenyum.
"Kamu merasa terancam karena presentasi kami bagus. Karena itulah kamu
sengaja membuat fitnah, ya 'kan?"
Nindi mencibir,
"Apa aku perlu memfitnah?"
"Kalau memang
nggak, tunjukkan buktinya."
Pemimpin tim menjawab,
"Buktinya adalah ide-ide yang sudah kami siapkan."
"Itu cuma
membuktikan kalau kalian yang mencuri ide dari kami! Bukan begitu?"
Darren menatap Nindi
dengan percaya diri penuh. " Jangan mempermalukan dirimu sendiri. Kalau
kamu ingin menang, gunakan kemampuanmu, jangan membuat-buat perkara seperti
ini."
Nindi menggertakkan
giginya dan berkata, "Sudah kuduga, tangan-tangan kalian memang
kotor."
Ekspresi Nindi membuat
suasana hati Darren semakin jauh lebih baik.
Suaranya dalam dan
kelam. "Aku tadi sudah memberimu nasihat, menurutlah dan minta maaf
kepadaku. Tapi kamu nggak mau!"
Pemimpin tim menatap
Nindi. "Ada apa sebenarnya?
"Apa perlu ditanya
lagi? Pasti Nindi punya hubungan gelap dengan direktur itu dan sengaja
membocorkan ide kita biar bisa dinikahi."
Pemimpin tim mengerutkan
kening. "Nindi bukan orang semacam itu."
"Kalau nggak, pasti
file-nya nggak sengaja bocor waktu Nindi sedang berduaan dengan orang
itu!"
Nindi menoleh dan
menatap rekannya itu yang biasanya suka menyebarkan gosip.
Dia berkata dengan
dingin, "Jaga mulutmu. Aku ⚫ nggak ada hubungan apa-apa dengan dia!"
"Kalau begitu,
jelaskan! Kenapa pekerjaan kita bisa muncul di presentasi perusahaan
lain?"
Nindi menoleh ke arah
tempat duduk Sania dan Leo. "Kalian berdua merasa hebat ya?"
Baik Sania maupun Leo
tidak berani menatap matanya.
Darren membentak,
"Nindi, akui saja kekalahanmu. Dunia bisnis adalah medan perang. Ini
pelajaran pertama yang kuberikan padamu. Ingat baik-baik!"
Rekan kerja yang tadi
menuduh Nindi berdiri dan berkata kepada staf, "Maaf, saya ingin
melaporkan hubungan ilegal Nindi Lesmana dengan pimpinan Grup Lesmana, yang
menyebabkan bocornya rahasia perusahaan kami!"
Darren menatap pria itu.
"Jangan sembarangan bicara. Aku bisa menuntutmu atas pencemaran nama
baik!"
"Apa aku
salah?"
"Walaupun aku benci
mengakuinya, Nindi adalah adik kandungku yang sudah kuusir dari rumah! Mohon
maaf kepada semuanya, karena sudah mengganggu jalannya acara hari ini. Dia
terlalu keras kepala dan nggak takut menggunakan segala cara untuk
menang!"
Setelah Darren
menjelaskan hubungannya dengan Nindi, wajah pria yang melapor tadi merah padam.
Nindi benar-benar anak
dari keluarga kaya?
Namun, Nindi tidak
pernah bilang apa-apa dan tidak pernah mengenakan barang-barang bermerek.
Mereka tidak habis pikir.
Pemimpin tim menatap
Nindi. "Dia beneran kakakmu?"
"Sial memang, tapi
dia benar kakakku. Tapi kami sekarang sudah putus hubungan keluarga dan nggak
punya hubungan apa-apa lagi!"
"Oke, menurutku
juga begitu. Nindi, kamu sudah mencemarkan nama baik perusahaan kami, jadi
bersiaplah menerima surat somasi dari kami!"
Darren harus memaksa
Nindi tunduk hari ini juga!
Nindi tertawa dan
bertepuk tangan. "Luar biasa. Tapi biar kuberi tahu, kalianlah yang harus
bersiap menerima somasi!"
Dia menoleh ke arah
staf, terutama kepada kepala dinas bernama Aldi. "Pak Aldi, sekarang kamu
percaya tentang apa yang saya sampaikan tadi?"
Pria paruh baya itu
mengangguk. "Saya mengerti."
Darren menatap pria itu.
"Pak Aldi, adik saya suka bohong. Dia mengamuk dan pergi dari rumah,
melepaskan kehidupan nyamannya hanya karena ingin memberontak dengan
keluarga."
Pak Aldi menaikkan
kacamatanya. "Tapi adikmu sudah menunjukkan ide-idenya kepada saya sebelum
rapat dimulai."
Senyum di wajah Darren
akhirnya memudar.
Apa?
Nindi ternyata sudah
menunjukkan ide-idenya sebelum rapat di mulai. Kenapa dia tidak tahu tentang
hal ini?
Darren tanpa sadar
menatap Sania dan Leo. Apa mereka tidak tahu?
Nindi tersenyum tipis.
"Nggak usah tanya mereka. Kalau dua orang bodoh itu tahu, nggak akan
terjadi pertunjukkan sebagus ini."
Mana mungkin Nindi
seceroboh itu meninggalkan laptopnya di tempat umum, apalagi dengan file
terbuka?
Dia tidak bodoh!
Tapi ada dua orang bodoh
yang tertipu! Saat itulah Sania sadar bahwa dia telah ditipu.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: