Bangkit dari Luka ~ Bab 306

  

Bab 306

"Ya, ini semua salahku. Aku yang melakukannya, Kak Leo nggak terlibat."

 

Sania menunduk semakin dalam dan memasang wajah pasrah.

 

Darren melirik Sania dan sedikit kesal kepada Leo. " Kamu 'kan kakaknya, kenapa kamu lempar tanggung jawab? Malah Sania yang menanggungnya sendirian."

 

"Nggak Kak, bukan begitu. Aku beneran nggak terlibat!"

 

"Kalian tadi datang bersama. Walaupun memang Sania terus yang bicara, kamu menyaksikan sendiri yang dia lakukan. Artinya kamu terlibat."

 

"Setelah semuanya terungkap dan jadi masalah, kamu malah cuci tangan?"

 

Kata-kata ini membuat Leo merasa sesak dan tertekan.

 

Dia benar-benar tidak melakukannya. Semua ini ide Sania sendiri!

 

Leo menatap Sania. "Jelaskan ke Kak Darren. Kamu sendiri 'kan yang melakukannya? Aku sudah melarangmu!"

 

Sania mengatupkan bibirnya dan menjawab dengan suara lirih, "Iya, Kak Darren, aku melakukan semuanya sendiri."

 

Darren menarik Sania lebih dekat. "Jangan takut pada Leo. Aku mendukungmu. Kamu nggak perlu menanggung semuanya sendirian."

 

Sania mengangguk patuh. "Kalau Nindi bersikeras menyelidiki, biar aku saja yang disalahkan. Jangan ganggu masa depan Kak Leo."

 

"Sania, kamu ngoceh apa sih?"

 

Leo menatap Sania tidak percaya. Dia tidak terlibat apa-apa!

 

Namun, di mata Darren, dia ikut berkomplot dengan Sania!

 

Nindi menghampiri sambil tersenyum. "Gimana, kalian sudah selesai diskusi? Semua orang sudah menunggu."

 

Dahi Darren berkerut dan dia merendahkan suaranya. "Nindi, aku nggak nyangka kamu berani main kotor."

 

"Kamu 'kan yang mengajariku? Aku murid teladan dan bisa memahaminya dengan sangat cepat."

 

Nindi tersenyum. "Yang harus kamu pikirkan sekarang adalah bagaimana cara menyelesaikannya. Biar aku juga bisa belajar darimu. Meskipun sepertinya nggak perlu!"

 

"Nindi!"

 

Darren geram.

 

Sania bersembunyi di belakang Darren, tidak berani bicara sama sekali, apalagi berhadapan dengan Nindi.

 

Darren menelan amarahnya, "Nindi, apa maumu sebenarnya?"

 

"Mauku? Bukannya kamu tadi sudah bilang? Kamu ingin mengirim surat somasi kepada kami. Aku juga belajar darimu. Biar hukum yang menyelidiki masalah ini sampai tuntas!"

 

Suara Nindi santai dan tatapannya damai.

 

Darren mengepalkan tangannya. "Aku bisa memberimu kompensasi. Anggap semua ini selesai."

 

"Sayang sekali, menurutku lebih untung kalau kalian dihukum dan kehilangan kesempatan di tender ini."

 

"Nindi, jangan keterlaluan!"

 

Nindi menutupi mulutnya seperti terkejut dan sengaja meninggikan suaranya. "Aku keterlaluan? Aku cuma mengikuti peraturan, apanya yang keterlaluan?"

 

"Sania dan Leo nggak punya niat jahat. Mereka cuma khilaf. Kamu nggak perlu menghukum mereka karena masalah sekecil ini, 'kan?"

 

"Maksudmu, mereka nggak sengaja duduk di depan laptopku, membuka-buka ideku halaman demi halaman, memfotonya dengan hati-hati, semua itu nggak sengaja? Lalu mereka nggak sengaja menyumbangkan ide-ideku kepadamu sampai dibuat presentasi dan kamu nggak sengaja menampilkannya?"

 

"Ini yang kamu sebut khilaf?"

 

Ekspresi Nindi benar-benar tanpa ampun. "Kamu pasti berharap mereka nggak sengaja ketahuan. Jadi dengan bukti yang cukup, konsekuensinya nggak akan terlalu besar. Begitu 'kan?"

 

Darren sangat marah sampai dadanya serasa hampir meledak!

 

Dia tidak bisa membantah.

 

"Nindi, haruskah kamu bersikap begitu keras? Aku terlalu lama bekerja di luar sampai nggak sadar sifatmu berubah jadi seburuk ini."

 

Darren ingat bahwa Nindi adalah anak yang baik dan penurut saat kecil.

 

Nindi kini seperti tidak punya emosi dan bersikap sangat tegas.

 

Darren akhirnya menyadari bahwa Nindi bukan lagi adik yang pemalu dan penakut seperti dulu.

 

Suara Darren sedikit melunak. "Apa yang perlu kuberikan padamu agar melepaskan masalah ini? Nindi, separah apa pun konflik di antara kita, kita tetap keluarga. Nggak bisakah kita membicarakannya baik-baik?"

 

Nindi semakin tersenyum sinis. Setelah terjebak jalan buntu, baru akhirnya Darren membawa-bawa nama keluarga?

 

Dia menjawab datar, "Nggak ada tawar menawar!"

 

Nindi tahu trik Darren.

 

Hal semacam ini sudah sering terjadi, entah sudah berapa kali!

 

Nindi berbalik dan berkata kepada Pak Aldi, "Saya menuntut agar Grup Lesmana didiskualifikasi!"

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 306 Bangkit dari Luka ~ Bab 306 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 19, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.