Bab 411
Nindi melirik ke luar
pintu sambil tampak berpikir.
'Mungkin sudah saatnya
mengakhiri semua ini.'
Dia paham betul karakter
Kak Brando. Jika dirinya terus bersikeras dan tidak mau mengakui kesalahannya,
masalah ini tidak akan pernah selesai.
Sekarang setelah dirinya
mendapatkan petunjuk dari Kak Darren, tidak ada alasan lagi untuk terus ragu.
Malam harinya, mereka
melanjutkan syuting.
Lokasinya adalah sebuah
bangunan terbengkalai. Dalam adegan itu, pemeran pendukung wanita sengaja
membawa pemeran utama wanita ke tempat ini. Wanita itu menjebaknya hingga
berada dalam situasi bahaya, tetapi kemudian dia diselamatkan oleh pemeran
utama pria.
Setelah syuting selesai,
Nindi menunggu di samping untuk menghapus riasannya, tetapi penata rias
mengabaikannya.
Nindi bisa merasakan
bahwa kru produksi tidak menyukainya.
Tak diragukan lagi,
pasti ada campur tangan Sania yang membesar-besarkan cerita dan
menjelek-jelekkannya. Namun, Nindi tidak peduli. Lagi pula, dia juga tidak
berniat untuk terus bertahan di dunia hiburan.
Setelah semua orang
pergi satu per satu, Nindi tidak punya pilihan selain menuangkan cairan
pembersih riasan sendiri dan menghapus riasan di wajahnya Setelah itu, dia pun
pergi.
"Nindi, berhenti di
situ!"
Brando menatapnya dengan
wajah suram. Sorot matanya gelap dan tampak berbahaya. "Kudengar kamu
sudah mengumpulkan banyak aibku dan mau mengungkap semuanya agar aku
hancur?" ujarnya.
Nindi melihat pistol setrum
di tangannya dan langsung mundur beberapa langkah dengan waspada.
"Siapa yang bilang
begitu?" tanya Nindi.
"Itu nggak
penting." Brando menyeringai dingin. " Yang jelas, hari ini aku akan
memberimu pelajaran. Jangan coba-coba kabur, atau nyawamu dalam bahaya."
Nindi pun langsung
berbalik dan lari.
Namun, Brando tidak
sendirian. Ada sepuluh pria bertato yang ikut bersamanya.
Saat ini, hampir semua
kru produksi sudah pergi. Tidak ada seorang pun yang akan datang ke bangunan
terbengkalai ini.
"Nindi, kamu nggak
akan bisa lari. Kalau kamu nurut, aku masih bisa bersikap baik padamu."
Sambil berjalan, Brando
berkata, "Tapi kalau kamu tetap nekat lari, jangan salahkan aku kalau
nanti aku nggak segan-segan."
Nindi terus berlari,
tetapi tak lama kemudian, pria-pria bertato itu datang dari segala arah dan
mengepungnya.
Dia berbalik dan menatap
Brando yang semakin mendekat. "Sepertinya setelah bertahun-tahun, kamu
masih sama saja, Kak Brando. Begitu sesuatu nggak berjalan sesuai keinginanmu,
langsung main pukul saja."
"Dulu waktu kamu
kecil, kalau kamu bandel, aku memukulmu. Itu demi kebaikanmu sendiri,"
jawab Brando.
Lalu, Brando mendekat,
sambil mengayunkan tongkat di tangannya dengan pelan.
Senyuman sinis muncul di
wajahnya. "Kenapa diam? Kenapa nggak lari lagi?" tanya Brando.
Nindi menatapnya dengan
tajam. Suaranya terdengar lebih dingin dari sebelumnya. "Sekarang kamu
bintang besar. Apa kamu nggak takut skandal ini menghancurkan kariermu?"
"Selama barang
bukti itu nggak tersebar, reputasiku akan tetap aman."
Brando kini berdiri
tepat di hadapan Nindi. " Sekarang aku memukulmu untuk memberimu
pelajaran. Aku baru pergi sebentar, tapi kamu sudah membuat keluarga kacau.
Jadi, kamu masih merasa nggak bersalah?"
"Aku nggak
salah."
Begitu Nindi selesai
berbicara, tongkat di tangan Brando langsung menghantam tubuhnya.
Nindi terjatuh ke tanah,
tangannya refleks mencengkeram lengannya yang terasa sakit. Dia mendongak dan
menatap Brando yang semakin mendekat. "Mereka yang melanggar hukum, kenapa
aku yang disalahkan?"
"Nindi, selama ini
kamu selalu merasa keluarga ini nggak adil padamu. Tapi pernah nggak kamu
pikir, apa yang sudah kamu lakukan?"
"Oh, yang aku tahu,
aku lulus Ujian Bersama Masuk Perguruan Tinggi dengan peringkat pertama, tapi
kalian malah memaksaku tetap di kota ini dan masuk ke universitas biasa. Ini
yang kalian sebut demi kebaikanku?"
Nindi menatap Brando
tajam dan berkata lagi, "
Kalau kalian bilang demi
kebaikan, kenapa nggak kamu saja yang mengalaminya?"
"Nindi, kamu masih
berani membantah? Keluarga nggak seharusnya saling perhitungan seperti ini. Aku
rasa kamu memang butuh diberi pelajaran," jawab Brando.
Tanpa ragu, Brando
kembali mengayunkan tongkatnya.
Dia sudah menunggu momen
ini sejak lama.
Nindi langsung
mengulurkan tangannya untuk melindungi diri. Suaranya bergetar, dia hampir
menangis. "Kak Brando, tolong jangan pukul aku lagi, sakit."
"Sekarang waktu
kamu merasakan sakitnya, semua sudah terlambat. Nindi, bukannya dulu kamu
sangat sombong?"
"Kak Brando,
bukankah cukup kalau aku menurutimu? Apa pun yang kamu suruh, aku akan
melakukannya Aku bakal keluar dari Universitas Yasawirya dan pulang ke rumah.
Mulai sekarang, aku akan mendengarkan kalian semua."
Nindi terjatuh ke tanah,
sambil menutupi kepalanya dengan tangan. Dia tampak seperti sedang memohon
belas kasihan.
Ketika Brando mendengar
Nindi memohon belas kasihan, dia justru merasa sangat senang,
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: