Bab 413
Nindi menatap Brando
yang berdiri di depannya. Sorot mata mereka penuh permusuhan, seolah sedang
berhadapan dengan musuh bebuyutan.
Brando mencibir,
"Kamu mungkin sudah lupa, tapi aku nggak akan pernah bisa melupakannya
seumur hidupku."
"Aku nggak
melakukannya, jadi aku nggak merasa bersalah!"
Nindi yakin betul kalau
dirinya tidak pernah melakukan hal seperti itu. Sewaktu kecil, dia selalu patuh
pada Kak Brando, tidak pernah sekali pun menentang perintahnya. Mana mungkin
dia tega menusuk kakaknya dari belakang?
Sania yang berdiri di
samping mereka, langsung panik begitu mendengarnya. Dia tidak bisa membiarkan
Brando mengatakannya.
Kalau sampai itu
terjadi, bagaimana dengan dirinya?
Sania buru-buru maju dan
menarik lengan Brando." Kak Brando, sekarang bukan waktunya membahas ini.
Kita harus cari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Berita ini sudah tersebar
luas di internet."
Brando tidak boleh
terlibat skandal.
Setidaknya, sebelum
Sania berhasil masuk ke industri hiburan, dia tidak boleh membiarkan Brando
mengalami masalah besar.
Brando melirik Sania dan
berkata, "Kamu benar."
Hal yang paling penting
sekarang adalah mengendalikan opini publik dan keluar dari masalah ini.
Brando segera menelepon
agensinya. "Hubungi tim humas terbaik. Segera tangani masalah ini."
Manajernya sudah panik
setengah mati. "Aku sudah menghubungi tim humas terbaik dari keluarga
Julian. Mereka akan segera ke lokasi. Aku yakin masalah ini bisa segera
diatasi."
"Kalau begitu,
seharusnya nggak ada masalah. Pokoknya, beri tahu publik kalau aku dan Nindi
sedang latihan adegan. Siaran langsung itu hanya kejutan kecil yang sudah kami
rencanakan sebelumnya."
Setelah mengatakan itu,
Brando menatap Nindi dengan dingin. "Kamu pikir trik kecilmu akan
berhasil? Jangan mimpi."
Sania tampak sangat
lega. "Benar! Bilang saja itu latihan. Lagi pula, Nindi masih pendatang
baru. Wajar saja kalau Kak Brando melatihnya secara pribadi."
Dengan begitu, semuanya
bisa dijelaskan.
Setelah menutup telepon,
Brando menatap Nindi dengan tatapan tajam. "Sekarang nggak ada siaran
langsung. Menurutmu, bagaimana aku harus membalas hadiah besarmu ini?"
Sanía sengaja berkata,
"Kak Brando, mungkin beri dia pelajaran sedikit saja? Tapi jangan sampai
terluka parah, nanti sulit menjelaskannya ke media."
Dia khawatir Brando akan
kehilangan kendali kalau marah.
Jika Nindi sampai
terluka serius, bagaimana mereka bisa menjelaskan kalau ini hanya latihan?
Brando malah mendorong
Sania ke samping, tatapannya penuh amarah. "Kamu pikir bisa
mengaturku?"
Sania langsung terjatuh
ke lantai dan meringis kesakitan. Dia tidak berani bersuara lagi. Bagaimanapun
juga, Brando berbeda dari kakak-kakaknya yang lain. Dia benar-benar gila.
Brando melangkah
mendekati Nindi, tatapannya dingin dan kejam. "Pilih satu, bagaimana kamu
ingin mati?"
Nindi tidak tinggal
diam. Dia langsung menghantam Brando dengan tinjunya, lalu menendangnya hingga
terlempar.
Bagaimana mungkin
dirinya diam saja dan pasrah menerima pukulan itu? Tidak mungkin!
Brando terkapar di
lantai, wajahnya meringis kesakitan. "Tangkap dia! Nindi, mati kamu! Aku
nggak akan melepaskanmu!"
Nindi merogoh tasnya,
mengeluarkan semprotan pertahanan diri, lalu menyemprotkan ke arah pria-pria
bertato yang mengelilinginya.
Tidak lama kemudian,
suara sirene polisi menggema dari luar.
Begitu mendengarnya,
Brando langsung terduduk. " Nindi, kamu benar-benar melapor ke
polisi?"
Nindi juga agak
terkejut. Dia tidak menelepon polisi, terutama karena dia memang tidak punya
waktu untuk menghubungi polisi.
Namun, dia tidak
menyangkalnya. "Sekarang, sebaiknya kamu pikirkan bagaimana menjelaskannya
kepada polisi."
Brando tahu kalau
masalah ini sudah semakin besar. Seharusnya tadi dia segera pergi. Kalau tidak,
dia tidak akan sampai terjebak di sini dan dihadang oleh polisi.
Brando meraih tangan
Sania dan berkata, "Pergi dan hentikan polisi itu. Kamu tahu harus berkata
apa, ' kan?"
"Aku tahu. Kak
Brando, pergilah dulu."
Sania paling tidak ingin
Brando tertangkap.
Pria bertato di sebelah
Brando segera membantunya berdiri. Dengan tertatih-tatih, Brando berjalan
beberapa langkah, lalu menoleh ke arah Nindi. " Masalah ini belum selesai.
Aku nggak akan menunjukkan belas kasihan lagi padamu."
Nindi mencibir.
"Aku kembalikan kata-kata itu padamu."
Dia menatap Brando yang
pergi, lalu akhirnya duduk di tanah. Tubuhnya terasa sakit sekali.
Saat itu juga, dia
melihat Brando mencoba kabur lewat belakang. Nindi langsung menunjuk ke arahnya
dan berteriak kepada polisi yang baru masuk, "Dia di sana! Dia mau
kabur!"
Pria bertato yang
menemani Brando buru-buru menariknya ke jalan lain. Namun, dalam kepanikan,
mereka tidak sengaja terjatuh ke dalam selokan yang sudah lama terbengkalai.
Begitu mendengar jeritan
Brando, rasa sakit di tubuh Nindi langsung terasa jauh lebih ringan.
Memang benar, kejahatan
pasti akan mendapat balasannya.
Tiba-tiba, suara deru
helikopter terdengar dari atas gedung terbengkalai itu.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: