Bangkit dari Luka ~ Bab 414

  

Bab 414

 

Nindi mendongak menatap langit malam yang gelap gulita. Samar-samar, dia bisa melihat bayangan helikopter muncul, seperti adegan dalam film.

 

Cakra turun dari helikopter dengan ekspresi serius dan aura membunuh.

 

Zovan mengikuti di sisinya. "Kita bagi tim menjadi dua untuk mencari orang."

 

Nindi mendengar suara langkah kaki dari lantai atas. Dia sedikit khawatir jika itu bukan dari pihak kepolisian, jadi dia berencana untuk turun lebih dahulu.

 

Namun, saat dia bangkit dan berjalan ke arah tangga, dia melihat banyak orang mulai bermunculan di sekitarnya.

 

Cakra berjalan di barisan paling depan. Saat dia melihat kondisi Nindi yang penuh luka, pupil matanya menyusut tajam.

 

Dia mempercepat langkahnya dan berdiri di depan Nindi. "Kenapa kamu nggak meneleponku?" tanyanya dengan suara parau.

 

Dia baru tahu apa yang terjadi setelah melihat siaran langsung Nindi.

 

Nindi tersenyum. "Semua terjadi sangat mendadak."

 

Selain itu, dia hanya menduga bahwa orang yang menguping dari luar adalah Sania, tetapi dia tidak sepenuhnya yakin. Sebenarnya, Brando sangat peka terhadap kamera pengintai. Sedikit saja kesalahan, dia akan langsung menyadarinya. Namun, kesempatan hanya datang sekali.

 

"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit dulu."

 

Cakra menahan semua kata yang ingin dia ucapkan, lalu langsung menggendong Nindi ke dalam pelukannya.

 

"Nanti saja ke rumah sakitnya. Aku harus pergi ke kantor polisi dulu, saat ini media pasti sudah datang. 11

 

Inilah kesempatan yang dia tunggu-tunggu.

 

Nindi menepis tangan Cakra. "Tenang saja, semua ini hanya luka luar. Aku sudah mengikuti cara yang kamu ajarkan agar menghindari bagian vital."

 

Cakra langsung sakit hati saat melihat lengan Nindi yang bengkak dan merah.

 

Dia sedikit marah. "Nindi, kenapa kamu nggak sayang badanmu sendiri?"

 

Nindi menutupi lukanya sendiri. Dia tidak punya pilihan selain membunuh Kak Brando dengan satu pukulan.

 

Dia berjalan tertatih-tatih ke depan dan Cakra segera menopang bahunya.

 

Pria itu menggerutu dengan nada kesal. "Lihat jalanmul Jangan sampai jatuh dan hati-hati kepalamu terbentur."

 

"Bisa nggak kamu nggak bilang hal yang menakutkan seperti itu?"

 

Zovan berjalan di belakang mereka dan mengeluarkan senter untuk menerangi jalan.

 

Saat Nindi keluar dari bangunan yang sudah terbengkalai, petugas kepolisian segera menghampirinya "Lebih baik kamu pergi ke rumah sakit dulu"

 

Nindi menjawab dengan datar, "Aku ingin melakukan visum dulu."

 

Cakra mengernyit. "Tetap saja itu harus dilakukan di rumah sakit."

 

Nindi melihat sekeliling, tetapi tidak menemukan keberadaan media. Dia sedikit kecewa.

 

Cakra langsung membawanya ke mobil sambil memerintah, "Kamu mau memanfaatkan media untuk memperbesar masalah ini, ya? Sesampainya di rumah sakit, aku akan membantumu mengatur pertemuan dengan mereka. Sekarang yang terpenting itu kesehatanmu. Paham nggak?"

 

Nindi mengangguk. "Baik."

 

Pada saat itu, Sania berjalan mendekat.

 

Dia menatap Nindi dengan dingin. "Apa yang kamu lakukan ini cuma akan membuat keluarga Lesmana semakin membencimu. Aku nggak menyangka kamu bisa sekejam ini. Bukankah kamu adik kandung Brando?"

 

Wajah Sania tampak putus asa. Dia tahu kali ini Brando tidak akan bisa lolos.

 

Nindi menatap Sania dengan tajam, lalu berkata kepada polisi, "Dia juga terlibat. Dialah yang sengaja memprovokasi aku dan kakakku. Dia juga yang menghasut Kak Brando untuk menyerangku."

 

"Nindi, omong kosong apa yang kamu bicarakan?"

 

Sania langsung berteriak dengan suara nyaring

 

Namun, polisi tetap membawanya pergi. Dia menoleh ke belakang dan berteriak, "Nindil Kak Darren pasti akan menyelamatkanku!"

 

Nindi tertawa dingin. Belum tentu.

 

Darren adalah tipe pria yang sangat egois. Begitu kepentingannya terancam, siapa tahu apa yang akan dia lakukan?

 

Tak lama kemudian, Brando dan beberapa pria bertato yang mengikutinya juga ditangkap.

 

Semua pria bertato itu diborgol.

 

Brando terbaring di atas tandu. Dia tampak terluka parah, dengan darah di seluruh wajahnya.

 

Nindi sengaja berjalan mendekat. Saat melihat wajah Brando, dia sendiri pun terkejut.

 

Separah itukah lukanya?

 

Mata Brando merah karena marah. "Apa yang kamu lihat, Nindi? Kalau wajahku sampai rusak, aku nggak akan melepaskanmu!"

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 414 Bangkit dari Luka ~ Bab 414 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 19, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.