Bab 415
Nindi dengan mudah menepis
tangan Brando.
"Bukannya kamu
sendiri yang jatuh dan terluka ? Memangnya aku yang mendorongmu ?"
balasnya dengan santai.
"Itu semua karena
kamu!"
Brando yang marah
langsung berteriak, tetapi hal itu malah membuat luka di tubuhnya semakin sakit
hingga dia gemetar kesakitan.
"Aduh, Kak Brando,
kamu kenapa sih? Jangan marah -marah dong, nanti luka di wajahmu semakin parah.
11
Dia menekan lengan
Brando yang terluka sambil tersenyum tipis. "Sakit, ya? Bagus kalau
sakit."
Brando sangat kesakitan
hingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun dan wajahnya menjadi pucat.
Matanya memerah karena
marah. "Nindi, aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!"
Hidupnya hancur
gara-gara Nindi.
Namun, Nindi justru
menambah tekanan pada tangannya. Brando kesakitan hingga keringat dingin
bercucuran, tetapi dirinya hanya bisa terdiam.
Manajer Brando buru-buru
berlari menghampiri mereka. "Nona Nindi, kamu menekan lukanya! Apa kamu
ingin membunuhnya?"
"Kamu harus paham
situasinya dulu. Orang yang ingin membunuhku itu dia, kakakku sendiri. Sekarang
seluruh internet sudah melihatnya."
Baru saat itulah Nindi
melepaskan tangannya dan berbalik untuk berjalan menuju mobil.
Manajer Brando langsung
panik. "Cepat bawa dia ke rumah sakit! Kalau ada masalah dengan wajahnya,
siapa yang mau bertanggung jawab?"
Zovan melirik pesan dari
Cakra. "Blokir ambulans!"
Pria itu langsung
mengangkat tangan.
Sekelompok mobil segera
berbaris rapi, memblokir jalan.
Sehingga ambulans tidak
bisa lewat sama sekali.
Zovan bersandar di mobil
dan berkata dengan santai, "Maaf, mobil kami tiba-tiba mogok. Aku akan
membiarkanmu lewat setelah diperbaiki."
Ketika manajer Brando
melihat Zovan, dia tidak berani marah. Lagi pula, dia tidak mampu menyinggung
orang ini.
Sania yang ada di
samping terlihat sangat cemas, " Tadi ada helikopter, 'kan?"
Zovan tertawa sinis.
"Heh, cewek licik. Helikopter itu aku pakai buat cari Nindi. Kamu pikir
semua orang bisa naik sesukanya? Aku nggak seperti kamu.
Wajah Sania langsung
memerah karena marah. " Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu Pak Zovan?
Pacarku, Yanuar, nggak pernah menjelek Jelekkanmu."
Dia berharap bisa
menggunakan nama Yanuar untuk membujuk Zovan.
"Tapi kalian sudah
putus, kan? Tanteku nggak akan pernah menerima menantu seperti kamu. Lupakan
saja."
Setelah Zovan selesai
bicara, manajer Brando kembali memohon, "Pak Zovan, ini soal nyawa,
bisakah kamu beri jalan?"
"Aku sudah bilang,
bukan aku yang nggak mau, tapi mobilnya yang mogok."
Zovan membalas dengan
nada sinis. "Anggota keluarga Lesmana memang aneh. Bagaimana bisa, kalian
masih berharap lolos begitu saja setelah menyentuh Nindi? Tunggu saja, masalah
ini belum selesai."
Saat ini wajah Cakra
sangat jelek hingga bisa memangsa orang.
Zovan berbalik dan masuk
ke mobil, tidak lagi berbicara dengan siapa pun.
Manajer Brando mulai
menyadari bahwa hubungan Nindi dan Zovan tidaklah biasa. Ini jadi makin sulit.
Bagaimana mungkin mereka bisa melawan keluarga Gunawan?
Sementara itu, Sania
menggigil ketakutan karena dia juga akan dibawa ke kantor polisi.
'Sial! Semua ini salah
Nindi!'
Sania segera menelepon
Darren dengan suara terisak. "Kak Darren, ada masalah! Kak Brando dan Kak
Nindi sedang syuting di luar, entah bagaimana mereka malah bertengkar. Kak
Nindi bahkan sengaja menyiarkan semuanya secara langsung. Kak Brando marah
hingga jatuh ke dalam perangkap wajahnya hancur dan terluka parah! Apa yang
harus kita laloukan?"
"Aku sedang dinas
di luar kota, aku akan segera pulang naik pesawat. Hubungi Nando. Tunggu,
jangan beri tahu dia dulu. Jaga Brando baik-baik, aku akan segera ke
sana."
Setelah menutup telepon,
ekspresi Sania berubah dingin. Dia tidak bisa membiarkan Nindi menghancurkan
Brando.
Dia masih membutuhkan
Brando untuk masuk ke dunia hiburan.
Cakra duduk di kursi
pengemudi dan melihat Nindi masuk ke dalam mobil. Dia tidak menghentikannya
untuk menemui Brando tadi.
Nindi bersandar di kursi
dan mencari ponselnya, dia melihat bahwa siaran langsung tadi sudah menjadi
viral.
Dia tersenyum kecil,
bahkan pihak Siaran Langsung Drego juga langsung menghubunginya, mengirim pesan
untuk menanyakan bagaimana situasinya dan bertanya perlukah mereka memanggil
polisi.
Setelah membalas pesan,
tanpa sengaja dia menyentuh luka di lengannya dan meringis kesakitan.
Cakra langsung khawatir.
"Sakit banget, ya? Kita hampir sampai di rumah sakit, kok."
"Hmm, tadi nggak
terasa, tapi sekarang malah makin sakit."
Dia melirik pria di
sampingnya yang sedang menyetir. Wajahnya tampak tegang dan menyeramkan.
"Apa kamu
marah?" Tanpa sadar Nindi bertanya.
"Memangnya nggak
kelihatan?"
Nada bicara Cakra
berubah kesal. "Kamu bodoh banget. Kenapa harus pakai cara seperti itu?
Apa nggak sakit? Bagaimana kalau Brando terlalu kejam dan terjadi sesuatu
padamu? aku harus bagaimana?"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: