Bab 518
Nindi tetap berwajah
datar dan sama sekali tidak mengakatan apa pun.
Darren masih ingin
bicara, tetapi Nando segera menahannya. "Kak Darren, menurutku lebih baik
kamu jangan bicara lagi. Bukannya kamu merasa Sania nggak bersalah? Kalau
begitu, lebih baik kamu pikirkan cara menjelaskan semuanya kepada Ríska
nanti."
Sania menjelaskan dengan
enggan, "Tapi aku nggak tahu kalau dia Nyonya Riska."
"Walaupun dia bukan
Riska dan hanya seorang tamu biasa, dia tetaplah tamu kita. Bagaimana bisa kamu
memanggilnya 'wanita tua' dan bersikap nggak sopan seperti itu? Pantas saja
Nyonya Audy bilang keluarga Lesmana nggak punya tata krama!"
Nando melihat semuanya
dengan jelas dan tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sania dimaki
habis-habisan dan tidak bisa membantah sepatah kata pun. Dia hanya bisa
memandang Darren dengan penuh harap. "Kak Darren, aku nggak bermaksud
begitu."
"Sania, bagaimana
bisa kamu bersikap seperti itu terhadap tamu kita? Pantas saja Nyonya Audy
meremehkanmu. Bagaimanapun juga, kamu besar di keluarga Lesmana. Lihatlah
bagaimana Nindi menangani masalah hari ini!"
Darren masih merasa
ketakutan saat mengingat kejadian tadi. "Untung saja Nindi segera membantu
Nyonya Riska untuk beristirahat. Kalau nggak, seluruh keluarga Lesmana akan
kena imbasnya! Kenapa kamu bisa sebodoh ini?"
Sania langsung menangis
karena dimarahi dan tidak berani membantah kata-kata Darren.
Darren kemudian menoleh
ke arah Nindi dengan nada yang jauh lebih lembut. "Acara hari ini
sepenuhnya kuserahkan padamu. Kamu harus mengurus masalah Nyonya Riska dengan
baik. Kalau nggak, yayasan amal ini nggak akan punya kesempatan lagi di masa
depan."
"Kamu baru cemas
sekarang ya?"
Nindi menangkat
pandangannya dan tatapannya terlihat mengejek. "Bukankah kamu sangat
percaya pada kata-kata Sania? Kamu yang menyuruhnya membereskan kekacauan,
padahal bukan aku yang membuatnya."
Wajah Darren berubah
pucat. "Apa gunanya mengatakan ini sekarang? Apa kamu ingin melihat
yayasan amal yang didirikan orang tua kita hancur?"
"Ya, Nindi, kita
harus mengesampingkan prasangka dan menyelesaikan masalah di depan mata
dulu."
Nando datang untuk
menengahi. "Mengenai Sania, aku yakin Kak Darren sudah melihat apa yang
dia lakukan hari ini dan akan menghukumnya."
Darren segera
mengangguk. "Aku akan memberimu penjelasan setelah acara selesai."
Nindi melirik Sania. Ini
adalah kesempatan yang bagus.
Dia berkata dengan
senyum dingin, "Syaratku hanya satu: usir dia dari keluarga Lesmana."
Sania langsung
menyetujui. "Pergi tinggal pergi saja.
Sekarang setelah Nindi
kembali ke keluarga Lesmana, hidupnya semakin sulit. Lebih baik pergi dan hidup
dengan bebas.
"Tapi Sania nggak
boleh membawa satu sen pun dari keluarga Lesmana. Dia harus pergi dengan tangan
kosong."
Begitu mendengar ucapan
Nindi, wajah Sania langsung berubah. "Kenapa?"
"Bagaimana aku akan
hidup kalau nggak bawa apa-apa?"
Nando berkata dengan
sinis, "Sania, apa kamu lupa asal usulmu? Apa kamu lupa kehidupan miskinmu
sebelum datang ke keluarga Lesmana?"
Tentu saja Sania tidak
lupa! Justru karena itu, dia berusaha keras untuk menggantikan posisi Nindi
agar tidak kembali ke kehidupan miskinnya.
"Baiklah, mari kita
bicarakan semua ini setelah acara selesai."
Darren menatap Nindi.
"Kalau kamu ingin melihat acara hari ini gagal, itu terserah kamu."
Dia yakin Nindi tidak
akan melakukan itu.
Meskipun Nindi memiliki
kepribadian yang keras, dia tetap menghormati orang tuanya.
Nindi tidak berkata
apa-apa, tetapi dia sudah merencanakan sesuatu dalam benaknya.
Setelah acara amal
berakhir, Riska menjadi penyumbang terbesar.
Nindi melihat hasil
penggalangan dana, yang mencapai lebih dari sepuluh 20 miliar, dan Riska
sendiri menyumbang 16 miliar.
Melihat kemurahan hati
Riska, para tamu lain pun ikut terdorong untuk menyumbang lebih banyak.
Setelah acara selesai,
diadakan sesi foto bersama.
Semua orang ingin
berdiri di samping Riska.
Namun, Riska justru
melambaikan tangan ke arah Nindi. "Kemarilah, berdirilah di
sampingku."
Sania yang melihatnya
dari samping, dengan percaya diri berdiri di sebelah Audy.
Namun, Audy langsung
mengernyitkan dahi. "
Jangan berdiri di
sampingku, aku nggak mau berdiri dengan orang yang nggak punya sopan
santun."
Wajah Sania langsung
memerah karena marah.
Kenapa Nindi bisa
berdiri di samping Riska, sedangkan dia tidak?
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: