Bangkit dari Luka ~ Bab 520

 

Bab 520

 

Nindi melihat ekspresi gadis licik itu dan mencibir, " Kuharap kamu nggak akan melakukan hal seperti ini lagi di masa depan, agar karma buruknya nggak menimpa dirimu sendiri."

 

Inilah yang disebut senjata makan tuan.

 

Tadi Sania sengaja memungut makanan penutup dari lantai dan menyuruhnya makan di depan orang banyak.

 

Sekarang, bumerang itu kembali menghantam dirinya sendiri.

 

Riska menatap Nindi dan bicara dengan lembut, " Selama kamu merasa baik-baik saja, itu sudah cukup. Aku tahu kamu anak baik saat terakhir kali kita bertemu."

 

"Nindi, memangnya kamu pernah bertemu dengan Nyonya Riska sebelumnya?" tanya Darren dengan heran.

 

Kalau tidak, mustahil Riska akan begitu membelanya.

 

Nindi menoleh ke arahnya. "Waktu aku dipukul Kak Brando dan dirawat di ruınah sakit, aku bertemu Bu Riska di sana."

 

"Benar, saat di rumah sakit, Nindi juga pernah membantuku sekali."

 

Riska pun menatap Darren. "Aku harap kalian bisa memperlakukannya dengan adil. Aku merasa berjodoh dengan anak ini. Kalau aku tahu dia diperlakukan dengan buruk di keluarga Lesmana, aku pasti akan datang mencarimu."

 

Nindi terkejut melihat Riska begitu membelanya

 

Darren lebih terkejut lagi, tetapi dia segera berkata dengan sopan, "Nyonya Riska, jangan khawatir.

 

Nindi adalah satu-satunya adik perempuanku, tentu aku akan menjaganya dengan baik. Semua yang terjadi sebelumnya hanya kesalahpahaman, kami sekeluarga sudah berdamai. Benar 'kan, Nindi?"

 

Nindi menatap Riska. "Terima kasih sudah datang ke acara ini, saya akan mengingatnya."

 

Riska menepuk tangan Nindi, "Kalau begitu, kami pamit dulu. Lain kali, kita atur waktu untuk minum teh sore bersama. Mari kita tukar nomor ponsel."

 

Nindi sedikit terkejut tapi tetap mengeluarkan ponselnya dan menambahkan nomor WhatsApp Riska.

 

Setelah itu, barulah Riska pergi.

 

Audy menatap Nindi dengan heran. Bukankah perlakuan Riska terhadap gadis ini terlalu baik? Rasanya ada sesuatu yang aneh, tetapi dia tidak tahu pasti.

 

Begitu kedua wanita itu pergi, seseorang mengintip dari sudut dan segera menelepon Cakra. "Kak, ibu sudah pergi."

 

"Aku melihatnya."

 

Saat itu, Cakra baru tiba. Dia baru saja tahu dari Mario bahwa Riska menghadiri acara amal ini.

 

Bukankah ini acara yang Nindi sebutkan sebelumnya?

 

Cakra buru-buru datang, tetapi sekarang dia ragu untuk menemui Nindi.

 

Dia tidak tahu apakah Riska sudah mengatakan yang sebenarnya kepada Nindi.

 

Cakra bertanya setelah berpikir sejenak, "Apa ada yang mengganggunya?"

 

"Ada. Ibu Yanuar sangat keterlaluan.. Dia menyuruh Kak Nindi memungut kue dari lantai dan memakannya. Aku hampir saja maju untuk memarahi mereka, tapi ibu lebih dulu turun tangan."

 

Mario mengulang kejadian tadi dan mengangkat bahu, "Dengan kekuatan bertarung ibu, aku bahkan nggak punya kesempatan untuk turun tangan."

 

Cakra mengernyitkan dahi. Dia tidak menyangka ibunya akan membela Nindi.

 

"Kak, sepertinya ibu juga terpikat sama pesona kepribadian Kak Nindi. Nanti, kalian berdua bisa bersama secara terbuka."

 

"Diam kamu!"

 

Cakra tahu masalah ini tidak sesederhana itu.

 

Setelah ragu sejenak, dia tetap melangkah menuju ruang istirahat.

 

Pada akhirnya beberapa hal perlu dijelaskan.

 

Ruang istirahat sangat sunyi.

 

Setelah kedua wanita sosialita itu pergi, Sania segera berlari ke ruang istirahat untuk muntah, dan juga berkumur.

 

Sania kemudian keluar dengan mata memerah. "

 

Kak, tadi itu jelas jelas Nyonya Audy yang sengaja menyulitkanku. Semua ini bukan salahku."

 

Dia hampir gila karena kesal.

 

"Sania, aku tahu ini nggak adil buat kamu. Kompensasi apa yang kamu mau?"

 

Darren sebenarnya tahu kejadian yang sebenarnya, tapi dia tidak mungkin menyalahkan Audy. Jadi, satu -satunya pilihan adalah menenangkan Sania.

 

Sania memutar matanya dan berkata, "Kak Darren, karena aku yang mengatur acara ini, bolehkah aku mengurus semua dana sumbangan setelahnya? Aku ingin mencapai hasil yang baik dan memperbaiki kesan Nyonya Audy terhadapku."

 

Dia sudah kehilangan muka, tetapi dia tidak bisa kehilangan uang. Sumbangan amal yang jumlahnya lebih dari 20 miliar adalah miliknya.

 

Nando langsung menolak, "Nggak boleh! Itu nggak pantas."

 

"Kenapa nggak? Menurutku nggak ada masalah."

 

Darren menatap Nindi. "Tadi Sania sudah menanggung perlakuan buruk untukmu. Seharusnya kamu juga mengalah padanya."

 

Senyuman sinis terukir di bibir merah Nindi. "Pergi!

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 520 Bangkit dari Luka ~ Bab 520 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.