Bab 523
Nindi melihat Cakra yang
tampak begitu tegang, lalu tersenyum tipis seraya berkata, "Katakan
saja."
"Nona Nindi."
Tepat saat itu,
seseorang dari pihak yayasan datang menghampiri, "Masih ada beberapa hal
yang perlu Anda tangani sekarang."
"Aku akan segera ke
sana."
Nindi kembali menatap
Cakra, "Kamu mau ngomong sekarang atau tunggu sampai aku selesai
saja?"
Dia melihat ada keraguan
di wajah Cakra, seolah -olah ini bukan sesuatu yang mudah untuk diutarakan.
Mungkinkah karena ucapan
sang kakak yang Cakra dengar tadi. Itu sebabnya dia ingin mengatakan sesuatu?
Cakra menghela napas
pasrah, "Pergilah."
Nindi mengangguk, lalu
beranjak mengikuti orang dari pihak yayasan.
Cakra menoleh sekilas ke
arah Mario, "Lain kali, hati -hati kalau ngomong."
"Kak, aku pikir
kamu sudah kasih tahu Kak Nindi. Siapa sangka kamu masih menyembunyikannya ?
Buat apa juga sih dirahasiakan? Kak Nindi bukan tipikal wanita matre. Dia
menyukaimu dengan tulus.
"Aku tahu."
"Lalu, kenapa kok
masih ragu?"
Mario terlihat agak
kebingungan.
Ekspresi Cakra tiba-tiba
berubah, ada kesedihan yang terselip di matanya. Kemudian, dia berbicara
denganlirih, "Aku cuma merasa bersalah padanya."
Andai saja kecelakaan di
antara dia dan Nindi saat itu tidak pernah terjadi.
Maka, dia bisa dengan
jujur memberitahu siapa dirinya yang sebenarnya.
Sementara ittu.
Nindi pun pergi bersama
orang dari yayasan itu.
Saat naik mobil, Nindi
mengirim pesan kepada Cakra. Dia memberitahu agar Cakra dan Mario tak perlu
menunggunya, karena dirinya masih perlu mengurus sesuatu.
Setelah berhasil
mengambil kembali yayasan, tentu dia harus mengelolanya dengan baik.
Sedangkan mengenai
Sania... dia hanya perlu menunggu sampai wanita itu terkena jebakannya.
Namun, apa yang
sebenarnya ingin Cakra katakan padanya? Nindi masih sedikit penasaran.
Hari sudah larut begitu
Nindi menyelesaikan pekerjaannya di yayasan dan kembali ke kediaman keluarga
Lesmana.
Ketika menaiki tangga,
matanya langsung bertemu dengan Sania, yang berdiri di ujung tangga dengan raut
wajah muramnya.
Nindi tetap berjalan
tanpa menghiraukannya, tetapi Sania tiba-tiba berkata dengan penuh
kebencian," Kamu sebenarnya sejak awal sudah tahu kalau dia itu Bu Riska,
'kan? Kamu sengaja sok baik di depannya buat menjebakku, 'kan?"
Sejak kembali dari acara
amal, semakin Sania memikirkan apa yang terjadi hari ini, terasa semakin tidak
masuk akal pula semuanya.
Ini pasti jebakan yang
dirancang oleh Nindi!
Nindi menatapnya dengan
sinis, disertai senyum mengejek, "Kamu sudah mempermalukan diri sendiri di
depan dua wanita terhormat hari ini. Apa kamu pikir masi bisa menikah dengan
Yanuar setelahnya? Sepertinya harapanmu benar-benar pupus."
"Dasar jalang! Aku tahu
ini pasti rencanamu!"
Nindi langsung
mencengkeram leher Sania dan berkata dengan tajam, "Sebaiknya kamu jangan
bertindak gegabah. Aku masih punya rekaman adegan panasmu dengan kepala
pelayan. Bagaimana kalau aku kirim saja ke Bu Audy buat ditonton? Atau ... ke
Yanuar?"
"Nggak,
jangan!"
Seluruh tubuh Sania
langsung membeku dalam keputusasaan. Jika keluarga Gunawan sampai mengetahui
hal ini, reputasinya akan hancur total.
Saat ini, Yanuar masih
memiliki perasaan padanya. Namun, jika dia melihat rekaman itu, semuanya pasti
akan berakhir.
Nindi menepuk wajah
Sania sambil tersenyum penuh ejekan, "Baguslah kalau kamu paham. Mulai
sekarang, kamu adalah bawahanku. Apa pun yang kuperintah, kamu nggak boleh
melanggarnya."
Sania tentu saja tidak
terima.
Insiden dengan kepala
pelayan itu sudah membuatnya dimaki habis-habisan oleh ayahnya. Dia bahkan tak
berani mengaku bahwa Nindi memiliki rekaman kejadian itu, khawatir sang ayah
menolak membantunya untuk menyingkirkan kepala pelayan itu.
Kini, Sania benar-benar
menyesal. Seharusnya dulu dia tidak gegabah merencanakan semua ini. Bukannya
menjebak Nindi, tetapi dirinyalah yang justru terjebak dalam permainan licik
perempuan itu.
Sania menggertakkan
giginya, lalu berkata, "Apa yang kamu mau sebagai imbalan menghapus video
itu?"
Nindi menatapnya dengan
sinis dan penuh hinaan, " Aku adalah putri kandung keluarga Lesmana,
sedangkan kamu cuma anak sopir. Bertahun-tahun hidup enak pasti membuatmu lupa
diri, ya? Aku cuma pergi sebentar dan akan tetap jadi nona besar keluarga
Lesmana saat kembali!"
Setelah selesai
mengatakannya, Nindi pun berbalik pergi, meninggalkan Sania yang masih terpaku
di tempat.
Dia sengaja berkata
demikian... agar Sania terpancing untuk menyerang.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: