Bab 528
Yanisha mengeryit begitu Galuh
selesai bicara, lalu berkata, "Mungkin saja mereka memang punya hubungan
saudara yang dekat."
"Hubungan saudara yang seperti
itu udah nggak normal."
Galuh masih ingin berdebat, tetapi
Nindi segera menghentikannya.
Di sisi lain, Yanisha melirik mawar
di atas meja. Tatapan matanya menjadi kian rumit.
Keesokan harinya, di kelas.
Nindi melihat Sania lagi... kali ini
dengan pakaian bermerek dari ujung kepala sampai kaki. Di tangannya tergantung
tas Herona yang mencolok. Wajahnya penuh percaya diri, seperti seseorang yang
sedang dalam suasana hati yang sangat baik.
Namun, begitu Sania melihat Nindi,
sorot matanya sedikit berubah. Dia pun buru-buru menjauh, seolah takut jika
Nindi akan menghentikannya dan menanyainya.
Nindi justru merasa geli melihat
tingkahnya. Wanita licik ini benar-benar tidak berusaha menyembunyikan apa pun.
Setelah kelas berakhir, Nindi
menerima pesan dari Cakra. Pria itu memberi tahu bahwa dirinya harus pergi
dinas mendadak selama sehari.
Belakangan ini, Nindi merasa Cakra
terlihat jauh lebih sibuk dari biasanya.
Mungkinkah dia tersinggung setelah
mendengar keluhan kakaknya? Alhasil, terdorong untuk bekerja lebih keras?
Begitu Cakra pulang dari perjalanan
ini, Nindi harus bicara dengannya. Cakra tak perlu sampai bekerja terlalu keras
seperti ini.
Nindi masih tetap tinggal di asrama
kampus.
Nando dan Brando sudah pergi. Dia
juga tidak punya niat untuk kembali ke rumah keluarga Lesmana.
Namun, di saat yang sama, Nindi
menerima pesan dari Sofia. Itu adalah undangan untuk menghadiri jamuan makan
malam.
Nindi berpikir sejenak sebelum
akhirnya memutuskan untuk tetap menghadiri acara itu.
Bagaimanapun, dia tidak bisa
membiarkan orang -orang berpikir bahwa yayasan yang didirikan orang tuanya
hanya sekadar kedok untuk mengeruk uang.
Setelah kelas berakhir, dia langsung
naik taksi menuju lokasi acara.
Begitu sampai di depan gedung, Nindi
sedikit terkejut. Tempat itu terlihat jauh lebih mewah dari yang dia bayangkan.
Di luar, hanya ada mobil-mobil mewah yang terparkir rapi.
Hal ini begitu mengejutkan Nindi.
Saat Nindi hendak melangkah masuk,
seorang petugas keamanan tiba-tiba menghalanginya, " Pekerja lewat pintu
belakang saja. Ini bukan pintu buatmu."
Nindi menatap pria itu, "Aku
bukan pekerja di sini. Lagi pula, kamu juga pekerja, 'kan? Apa kamu juga
merendahkan dirimu sendiri?"
Ucapan Nindi membuat pria itu kesal
dan langsung mengejek, "Aku sudah sering lihat gadis-gadis matre seperti
kamu, yang datang ke sini cuma buat cari pria kaya! Ini tempat eksklusif,
memangnya kamu punya kartu anggota?"
Dia memang tidak memilikinya.
"Astaga, bukankah ini Nindi?
Kenapa kamu malah tertahan di depan pintu begini?"
Serena yang tengah bergandengan dengan
Sania berjalan mendekat.
Sania merasa puas melihat Nindi
terdiam, wajahnya tampak penuh kemenangan, "Nindi, jangan bilang kamu
datang ke sini buat kencan sama pacar miskinmu? Apa dia nggak kasih tahu kamu
kalau tempat ini khusus buat anggota?"
"Orang kampung seperti Nindi
mana ngerti dunia kelas atas? Dipikir punya sedikit uang sudah bisa dianggap
kaya, ya? Tempat ini bukan buat sembarang orang, tahu! Tanpa koneksi yang kuat,
jangan harap bisa dapat kartu anggota di sini!"
Serena menatap Nindi dengan penuh
penghinaan, " Tapi, kalau kamu mau minta maaf sama aku sekarang, aku bisa
saja kok bawa kamu masuk. Kebetulan, kakakku masuk keanggotaan utama di
sini!"
Nindi tertawa sinis, "Lucu
sekali, justru kakakmu -lah yang mengundangku ke sini."
Serena tertegun sejenak sebelum
buru-buru menyangkal, "Omong kosong! Kakakku nggak mungkin peduli sama
orang sepertimu."
Meski begitu, keraguannya mulai
muncul. Sebab, dia tahu benar bahwa kakaknya memang sedang mengadakan jamuan
makan malam pribadi di sini hari ini.
Namun, mana mungkin sang kakak
mengundang Nindi, 'kan?
"Nindi, benar-benar kamu,
ya."
Pada saat itu, Riska yang telah
datang merasa tidak menyangka akan bertemu Nindi di sini.
Nindi juga sedikit terkejut, "Bu
Riska? Kebetulan sekali."
Riska pun bertanya, "Kenapa kamu
masih berdiri di pintu?"
Sebelum Nindi sempat menjawab, Serena
buru-buru menyela, suaranya penuh ejekan, "Tante Riska, dia bukan anggota
klub ini, tapi masih nekat mau masuk. Ya jelas saja akhirnya dihentikan di
depan pintu. Memangnya dia pikir semua tempat bisa dimasukinya begitu
saja?"
"Serena, di mana sopan santunmu?
Ini cuma sebuah klub, 'kan? Lagi pula, kamu juga bisa masuk ke sini gara-gara
kakakmu, 'kan?"
Setelah mengatakannya, Riska dengan
santai mengeluarkan kartu keanggotaan dari tasnya, lalu menyelipkannya ke
tangan Nindi, "Ini, pakai sesukamu."
Nindi tertegun, tidak percaya dengan
apa yang baru saja terjadi.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: