Bangkit dari Luka ~ Bab 535

  

Bab 535

 

Tindakan Nindi yang agresif itu membuat semua orang di kantor tercengang.

 

Wajah Darren tampak canggung saat melihat pembalut wanita itu. "Buat apa kamu keluarin barang ini? Nggak malu?"

 

"Memangnya pembalut itu sesuatu yang memalukan? Waktu laki-laki beli kondom, nggak ada yang merasa malu, tuh!"

 

Darren sampai kehilangan muka karena marah." Jangan bikin ribut! Kalau mau ngomong sesuatu, nanti aja di rumah. Nggak lihat aku lagi rapat?"

 

Beberapa petinggi perusahaan juga sedang ada di ruangan itu.

 

Salah seorang petinggi itu berkata, "Pak, aku bukannya percaya hal-hal mistis, tapi kita lagi diskusi proyek besar, pembalut ini bisa bawa sial."

 

"Iya betul. Di kampungku, perempuan yang lagi datang bulan nggak boleh ke tempat ibadah atau tempat leluhur, banyak pantangannya. Katanya, itu bisa mempengaruhi rejeki keluarga suami."

 

"Pak, adikmu ini kurang ajar banget. Pembalut kok dikeluarin terang-terangan begitu?"

 

Komentar-komentar itu membuat Darren semakin marah.

 

Darren menunjuk Nindi dengan marah dan berkata, "Keluar! Bawa barang-barangmu ini dan buang saja!

 

11

 

Nindi mengambil pembalut itu dari meja dan berkata, "Memangnya ibumu, istrimu, atau saudara perempuanmu nggak pernah pakai benda ini?"

 

"Tapi nggak ada yang mengeluarkan pembalut seperti ini dengan bangga, 'kan?"

 

"Iya, pembalut itu harus dipakai diam-diam. Kalau kelihatan orang lain, bisa bawa sial."

 

Nindi membuka pembalut itu, lalu menempelkannya ke mulut petinggi itu. "Kalau begitu, hidupmu sudah tamat."

 

Dengan emosi yang meluap, petinggi itu mengumpat. "Sialan kamu, dasar ... "

 

Dua petinggi lainnya segera menarik orang itu. "

 

Jangan sembarangan mengumpat! Dia itu nona besar keluarga Lesmana."

 

Nindi melirik dua orang yang mencoba menengahi itu dan berkata, "Oh iya, aku hampir saja lupa sama kalian."

 

Lalu, Nindi menempelkan pembalut itu di wajah mereka. Mereka pun panik, seolah telah menyentuh barang yang menjijikkan.

 

Nindi menatap mereka dengan dingin, lalu berkata, "Jangan lupa, tempat keluarnya menstruasi itu juga tempat kalian semua dilahirkan. Kalau itu kotor, berarti kalian juga kotor."

 

Ketiga petinggi itu merasa marah tetapi tidak berani berkata-kata lagi.

 

Darren mengusap pelipisnya dengan kesal seraya berkata, "Kalian keluar dulu saja."

 

Bagaimanapun juga, aib keluarganya tidak boleh tersebar.

 

Nindi merasa puas melihat para petinggi itu pergi dengan tergesa-gesa

 

Darren menatap pembalut yang berserakan di kantor dengan putus asa, lalu bertanya, "Jadi, sebenarnya apa maumu?"

 

"Masalah pembalut ini gara-gara Sania. Kamu harus membereskannya."

 

"Memangnya ada apa dengan pembalut ini?"

 

"Ini pembalut yang sudah kedaluwarsa. Sania yang mengurus pembelian barang-barang ini. Menurutmu apa yang salah?"

 

Sepanjang perjalanan, Nindi benar-benar ingin membedah otak Sania untuk melihat apa yang ada di dalamnya!

 

Mana ada orang yang begitu serakah sekaligus bodoh?

 

Darren melirik tanggal produksi pada pembalut itu dan mendapati bahwa pembalut itu memang sudah kedaluwarsa.

 

Setelah berpikir sebentar, dia berkata, "Nanti aku akan bicara dengannya. Anggap saja ini tanggung jawabku, aku yang bayar."

 

"Haha, menurutmu masalahnya cuma itu?"

 

Nindi sudah menduga bahwa Kak Darren akan membantu Sania membereskan kekacauan ini. Jadi, dia melanjutkan, "Hari ini aku diundang ke acara amal Nona Besar Keluarga Morris. Barang sumbangan dari keluarga kita ternyata kedaluwarsa. Menurutmu, apa kata orang-orang tentang Keluarga Lesmana?"

 

"Apa?"

 

Ekspresi wajah Darren langsung berubah. Jika masalahnya hanya tentang barang yang kedaluwarsa, dia bisa saja menggantinya dengan barang yang baru.

 

Namun, setelah mendengar penjelasan Nindi, masalah ini tidak sesederhana itu.

 

Nindi tahu bahwa Kak Darren hanya akan peduli pada hal-hal yang melibatkan kepentingan dan reputasi Keluarga Lesmana.

 

"Sekarang, kamu harus menjelaskan soal pembalut kedaluwarsa ini. Kalau nggak, kabar ini akan cepat menyebar cepat, keluarga Ciptadi juga akan mengetahuinya. Ini ulah Sania, jadi kamu harus membereskannya."

 

Begitu Nindi selesai bicara, wajah Darren langsung muram.

 

Pada saat itu, sekretaris mengetuk pintu dan berkata, "Pak, Nona Sania datang." "Pas sekali, suruh dia masuk."

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 535 Bangkit dari Luka ~ Bab 535 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 03, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.