Bab 539
Nindi menoleh ke arah pintu, sambil
agak memicingkan matanya.
Ternyata itu adalah kakak kelimanya,
yakni Witan. Dia benar-benar telah kembali.
Dia ingat bahwa dalam kehidupan
sebelumnya, saudara kelimanya selalu berada di laboratorium Kak Sean untuk
mengurus perusahaan farmasi.
Begitu melihat pria di kursi roda
itu, Sania langsung berlari dengan gembira dan memeluknya, "Kak Witan, akhirnya
kamu pulang!"
"Sekarang aku sudah di sini,
nggak ada yang bisa menindasmu lagi."
Witan memeluk Sania dengan penuh
kelembutan.
Dengan suara manja, Sania berkata,
"Kak Witan, sekarang hanya kamu yang kupunya, Kak."
Setelah menenangkan Sania dengan
suara lembut, Witan menggerakkan kursi rodanya ke ruang tamu. Dengan ekspresi
serius, dia menatap Nindi dan berkata, "Kamu masih ingat janjimu
padaku?"
Nindi terpaku sejenak, kemudian dia
mulai teringat akan janji yang dimaksud oleh Witan.
Dia pernah berjanji pada Kak Witan
untuk menjaga hubungan baik dengan Sania dan merawatnya dengan baik.
Nindi pun tertawa sinis, lalu berkata
dengan sorot matanya yang tajam, "Waktu itu, aku benar-benar bodoh."
"Nindi, kamu utang nyawa pada
Santa dan utang kali padaku"
Nada bicara Witan terkesan
menyalahkan, "Seumur hidup, kamu bakalan terus utang padaku, kecuali kamu
juga jadi cacat kaya aku."
Hati Nindi terasa sakit, seolah
hatinya tertusuk.
Namun, Nindi segera mengendalikan
emosinya." Kamu pasti salah sangka. Kakimu diamputasi karena ada kebakaran
di laboratorium. Kenapa aku yang disalahkan?"
"Tapi dulu kakiku masih bisa
diselamatkan, kamu malah minta dokter mengamputasiku! Kak Sean sudah nemuin
obatnya. Kalau kakiku nggak diamputasi, sekarang aku pasti sudah sembuh."
Bagi Nindi, ini semua terdengar tidak
masuk akal.
Saat Witan dilarikan ke rumah sakit,
hanya dia dan Sania yang ada di sana. Saudara-saudaranya yang lain tidak sempat
datang.
Saat itu, dokter menawarkan pilihan
untuk amputasi. Sebab, kakinya tidak dapat diselamatkan dan nyawanya akan
terancam.
Demi menyelamatkan hidup Witan, Nindi
memilih agar kaki Witan diamputasi.
Tak disangka-sangka, sekarang Nindi
justru dijadikan kambing hitam.
Sekarang Nindi mengerti mengapa Witan
membencinya, 'Apa dia benar-benar menyalahkanku karena amputasi itu?' pikir
Nindi.
Sambil menatap tajam, Nindi berkata,
"Kalau aku nggak pilih amputasi, rumput di kuburanmu sekarang sudah tinggi
banget. Kalau kamu mau cari aku, kamu cuma bisa menemuiku lewat mimpi!"
"Nindi, kamu benar-benar nggak
mau berubah?"
Witan merah padam karena marah. Dia
tak menyangka Nindi masih bersikeras tidak mengakui kesalahannya.
Sania buru-buru berkata, "Kak
Witan, jangan terlalu marah. Nanti kesehatanmu terganggu."
Setelah mendengar kata-kata Sania,
ekspresi Witan sedikit melunak.
Kemudian, Witan menatap Sania dan
bertanya, " Sania, waktu itu kamu juga ada di sana. Bukannya Nindi yang
mutusin sendiri dan menyuruh dokter mengamputasi kakiku?"
Sania menundukkan kepala dan
menjawab, "Iya, waktu itu dokter lihat kami masih anak-anak.
Awalnya dokter itu mau tunggu anggota
keluarga yang sudah dewasa untuk membuat keputusan. Aku nggak nyangka Kak Nindi
malah bertindak sendiri dan menandatangani surat persetujuan operasi itu."
Witan langsung berkata dengan yakin,
"Nindi, dengarkan baik-baik. Apa aku salah menuduhmu?"
Nindi tersenyum sinis, lalu menjawab,
"Itu soalnya nggak ada yang bisa datang tepat waktu. Dokter bilang kalau
nggak segera diputuskan, kamu bisa mati kehabisan darah. Darren, kamu tahu
tentang itu, 'kan?"
Nindi melakukan hal itu demi
menyelamatkan Witan.
Dia menatap Darren tajam dan
bertanya, "Waktu itu dokternya telepon kamu, 'kan?"
Darren tampak agak gelisah. Lalu, dia
menjawab, " Aku memang bilang begitu. Tapi aku juga bilang aku bakal ambil
keputusan setelah sampai. Kamu kok nekat menyetujui tindakan amputasi
itu?"
"Ini masalah hidup dan mati! Aku
sudah telepon kamu sebelum ambil keputusan, tapi kamu nggak angkat!"
Nindi juga merasa sangat kesal. Saat
itu dia masih muda dan merasa sangat ketakutan.
Di satu sisi, ada nyawa Kak Witan. Di
sisi lain, ada masalah dengan kakinya.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: