Bangkit dari Luka ~ Bab 552

 

Bab 552

 

"Karena Bu Riska sudah datang, saya harus menyapanya. Silakan kalian lanjutkan makan," ucapnya.

 

Tanpa menunggu Darren menyelesaikan kalimatnya, Nyonya Martha berdiri dan meninggalkan tempat itu bersama Sofia.

 

Di dalam ruang VIP, kini menyisakan dua orang itu.

 

Darren menatap Nindi dengan ekspresi keheranan. "

 

Aku nggak nyangka kamu sama Zovan sedeket itu, sampai Bu Riska suruh Sofia buat membantu."

 

Kini, Darren menyadari bahwa selama ini ia terlalu menganggap remeh adik perempuannya.

 

Nindi dengan santai berkata, "Kalau nggak ada urusan lagi, aku pergi dulu."

 

Ia enggan menjelaskan lebih banyak lagi.

 

"Nindi, tunggu dulu! Aku belum selesai bicara!" ucap Darren.

 

Darren tampak sedikit cemas, tetapi setelah mengingat hubungan Nindi dengan orang-orang di sekitarnya, nada bicaranya menjadi lebih lembut." Nindi, kita ini keluarga, 'kan? Masalah ini juga nggak berimbas ke keluarga Lesmana, terus kenapa kamu masih menindas Sania?"

 

Sorot mata Nindi berubah tajam. "Aku sudah ngomong jelas banget syaratnya biar Sania nggak perlu tanggung jawab."

 

Hanya jika Darren sendiri mengakui di hadapan Witan bahwa setelah kebakaran itu, amputasi terjadi akibat ia sengaja mengabaikan panggilan telepon dan melarikan diri dari tanggung jawab.

 

"Nindi, kamu beneran mau mempermalukanku, ya? Aku ini kakak pertamamu, masa iya harus minta maaf ke adiknya sendiri?" ucapnya.

 

Darren sedari dulu sangat menjunjung tinggi harga dirinya, terutama di hadapan adik-adiknya.

 

Jika ia mengakuinya, bagaimana ia akan menjaga harga dirinya sebagai kakak pertama?

 

Brakkh! Cakra mendorong dengan keras pintu itu dan masuk ke dalam.

 

Sorot matanya tajam, ia segera mendorong Darren menjauh. "Tapi, dulu kamu 'kan jelas-jelas lari dari tanggung jawab dan bikin Nindi jadi kambing hitam bertahun-tahun. Dia sudah nanggung semuanya buat kamu.

 

Setelah berbuat hal sejahat itu, masih berani kamu bilang begitu?"

 

Cakra memang selalu berbicara dengan nada tajam.

 

Darren berbicara dengan nada kesal. "Kamu tuh cuma orang asing, jadi nggak usah ikut campur urusan keluarga Lesmana."

 

"Dia bukan orang asing, justru kamu yang orang asing buatku," bantah Nindi.

 

Nindi juga sangat protektif dan tidak membiarkan orang lain membicarakan Cakra.

 

Darren sangat marah. "Nindi, jangan mentang-mentang kenal beberapa orang, kamu merasa statusmu naik. Kalau bukan karena kamu Nona Besar keluarga Lesmana, apa Zovan atau Bu Riska masih mau peduli sama kamu?"

 

Nindi sombong banget!' batinnya.

 

Cakra berkata dengan nada dingin. "Biarpun kamu berusaha buat deketin mereka, mereka nggak akan peduli juga."

 

Raut wajah Darren berubah pucat pasi karena marah.

 

Nindi dengan inisiatif menggandeng tangan Cakra. " Masalah Witan memang sudah beres, tapi urusan yayasan bakal kuselidiki sampai tuntas."

 

Ia tidak akan membiarkan Sania lolos begitu saja.

 

Jangan berasumsi bahwa dengan memanggil Witan akan mengubah hasilnya.

 

Darren segera tersulut emosi. "Nindi, kamu sengaja mau mempermalukanku, ya?"

 

Cakra meraih gelas di atas meja dan melemparkan ke arahnya. "Dulu, waktu kamu biarin Nindi, yang masih kecil, mutusin soal amputasi, kamu nggak mikirin harga diri tuh. Kamu saja nggak punya malu, masih mau ngomongin soal harga diri?"

 

Nindi menatap ke arah sana. "Selama ini aku sudah menutupi kesalahanmu, sekarang kamu tanggung sendiri."

 

la juga melampiaskan kekesalannya.

 

Bukankah Darren selalu memihak Sania?

 

Maka dari itu, setelah ia dipaksa melakukan sesuatu yang paling tidak diinginkannya demi Sania, apakah Darren masih akan berpihak kepadanya?

 

Pada akhirnya, rasa sakit sejatinya baru terasa ketika mengalaminya sendiri.

 

Usai mengatakannya, Nindi segera menggandeng tangan Cakra dan beranjak dari ruang VIP.

 

Keduanya naik lift ke arah atas. Nindi menoleh dan menatap pria itu. "Kenapa kamu ke sini? Khawatir, ya?"

 

"Iya, aku khawatir ada yang ganggu kamu," ucap Cakra.

 

Usai menghubungi Zovan, Cakra tidak terlalu mempermasalahkannya dan segera turun untuk mencari Nindi. Tanpa diduga, Nyonya Martha telah meninggalkan tempat itu.

 

"Nggak ada yang ganggu aku kok, Nyonya Martha cuma sebentar bicara denganku, itu juga bukan masalah besar," ucap Nindi.

 

Begitu pintu lift terbuka, Nindi mendapati tiga wanita terngah berdiri di luar.

 

Bu Riska, Nyonya Martha, dan juga Sofia.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 552 Bangkit dari Luka ~ Bab 552 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 19, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.