Bangkit dari Luka ~ Bab 556

 

Bab 556

 

Nindi menyadari bahwa pria itu tengah menatapnya, wajahnya pun terasa semakin panas.

 

Cakra menoleh dan menatapnya dengan tatapan yang semakin mendalam. "Udah malam banget, kamu sadar nggak sih kalau ngajak aku ke atas artinya apa?"

 

Nindi merasa suasana di dalam mobil seketika berubah.

 

Ia menyentuh telinganya. "Aku cuma asal ngomong. 1

 

Di sampingnya terdengar suara tawa pelan seorang pria. Saat ia menoleh, ia melihat Cakra mendekat, dan seketika detak jantungnya berpacu lebih cepat.

 

Nindi duduk dengan posisi tegak saat melihat pria itu kian mendekat.

 

Tatapan mereka saling bertemu, dan mereka mampu mendengar hembusan napas satu sama lain.

 

Suasana di dalam mobil tampak redup, serta lampu jalanan di luar pun temaram, sehingga memperjelas ketampanan pria itu. Nindi seketika terpesona olehnya.

 

Detak jantung Nindi berdegup kencang bagaikan tabuhan genderang. Bahkan, ia merasa detaknya mungkin terlalu kuat.

 

Mungkinkah ia mendengarnya?

 

Klik! Terdengar sabuk pengaman terlepas.

 

Nindi baru tersadar dan mengerti tindakannya barusan. Wajahnya terasa panas seolah terbakar. Mungkinkah ia tadi berasumsi bahwa pria itu akan menciumnya?

 

Bagaimanapun, banyak drama dan novel memang menampilkan adegan yang serupa.

 

Sepertinya ia salah paham?

 

Cakra seketika merendahkan kepalanya dan menatapnya. Sorot mata mereka saling beradu.

 

Nindi menahan debaran jantungnya yang berantakan, lalu terbata bata berkata, "Kamu ..."

 

Detik berikutnya, pria itu tiba-tiba menunduk dan mengecup bibirnya. Napasnya terasa tidak teratur.

 

Mata Nindi membalak, ia tidak menyangka akan serangan tiba-tiba itu. Akhirnya, ia pun mengulurkan tangan dan memegang bahunya.

 

Menyadari bahwa ia mulai membalasnya, Cakra semakin memperdalam ciuman itu. Tangannya melingkar erat di pinggang wanita itu.

 

Akhirnya, mereka berdua berhenti dengan napas terengah-engah. Napas Nindi sedikit tidak teratur.

 

Cakra terdiam sesaat, kembali menempelkan bibirnya, dan berkata dengan suara tertahan. "Aku sudah lama menahannya."

 

Bulu mata Nindi tampak sedikit bergetar, pipinya memerah padam.

 

la menatapnya dalam, sorot matanya sedikit meredup. "Jadi, kamu masih mau ngajak aku naik dan ngobrol sebentar?"

 

"Kamu 'kan pacarku, memangnya kenapa kalau kamu naik dan ngobrol sebentar? Aku percaya sama kamu, kok," ucap Nindi.

 

Cakra menelan ludahnya dengan perlahan, hatinya seolah-olah tersentuh sesuatu. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh sudut bibirnya, kemudian mengusapnya dengan lembut.

 

Dengan suara parau ia berkata, "Aku yang nggak percaya sama diriku."

 

Sorot mata Nindi tampak sedikit canggung. Dulu, pria itu tidak berperilaku seperti ini.

 

Cakra melepaskan tangannya. "Dulu kita 'kan cuma teman, tapi sekarang kamu pacarku. Mana ada orang yang bisa tenang di depan pacarnya?"

 

Nindi menangkap maksud perkataan pria itu.

 

Cakra hanya terkekeh. "Udah malam, cepat masuk dan istirahat. Kabarin kalau kamu sudah sampai, ya.

 

11

 

"Oke," jawab Nindi.

 

Nindi mengangguk dengan wajah yang memerah, lalu ia keluar dari mobil dan masuk ke dalam lift.

 

Setelah lift tertutup, Nindi mengusap wajahnya yang terasa hangat. Adegan ciuman di dalam mobil sebelumnya terus terlintas di dalam benaknya dan sulit dilupakan.

 

la melihat pantulan dirinya di dalam lift, lalu tanpa sengaja menyentuh bibirnya.

 

Suasana hatinya terasa kian membaik.

 

Sesampainya di apartemen, Nindi berdiri di dekat jendela dan mengirimkan sebuah foto kepada Cakra. 'Aku sudah sampai.'

 

Oke, selamat malam, balas Cakra.

 

Cakra memarkir mobilnya di bahu jalan. Setelah melihat lampu ruang tamu apartemen menyala, ia segera menghubungi sekretarisnya. "Atur janji dengan Nyonya Martha, ada yang harus kubicarakan dengannya besok."

 

Hari ini, ia secara kebetulan bertemu dengan Nyonya Martha di Restoran Pyrus. Oleh karena itu, ia perlu melakukan beberapa persiapan.

 

Ia menengadah dan melirik apartemen sejenak, lalu melajukan mobilnya.

 

Nindi berdiri di sisi jendela, menikmati hembusan angin malam. Suasana hatinya bergejolak seperti malam yang damai ini.

 

Ponselnya menerima beberapa pesan dari grup.

 

Ia membuka dan melihat sekilas. Witan sedang membuat kegaduhan di grup, menuntut pembagian warisan keluarga dan meminta Darren untuk membagi semua saham serta warisan keluarga.

 

Wah, ini cukup menarik.

 

Nindi berpikir sejenak, kemudian mengirim pesan di grup dengan menandai Sania. 'Besok polisi datang buat menyelidiki. Jangan lupa ganti semua uang yang kamu pakai dari yayasan, biar nggak terlalu lama mendekam di penjara!'

 

Ia mengetahui bahwa Sania sedang mengalami kesulitan keuangan.

 

Seperti dugaan, tak lama Witan membalas dengan marah, 'Cuma ratusan juta, 'kan? Aku bakal kasih Sania mahar 1,98 miliar!'

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 556 Bangkit dari Luka ~ Bab 556 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on April 19, 2025 Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.