Bab 558
Nindi memfokuskan diri
pada pembelajaran di kelas dan mengabaikan pikiran kacau yang terjadi di
keluarga Lesmana.
Namun, sore itu, Nindi
mendapat panggilan telepon dari Darren. "Sania tadi dibawa polisi buat
diperiksa. Kamu segitu buru-burunya jeblosin di ke sana, ya?"
"Iya, buru-buru
banget," jawab Nindi.
Nindi telah menunggu
hari ini sejak lama.
Ia berkata dengan
tenang. "Gimana, sudah kamu pikirin belum tawaranku waktu itu?"
Darren terdiam, dan
segera menutup sambungan telepon itu.
Nindi hanya melirik
sekilas dan merasa hal itu sangat menyenangkan.
Setelah kelas usai,
Nindi segera menuju markas tim untuk berlatih bersama rekan-rekannya. Ia bahkan
menyiarkan langsung proses latihan mereka.
Semenjak akunnya
diblokir oleh keluarga Ciptadi waktu itu, ia tidak lagi rutin melakukan siaran
langsung di akhir pekan. Kini, siarannya hampir selalu berkaitan dengan latihan
Tim E-Sport.
Hal ini dapat membantu
Tim E-Sport lebih terkenal.
Saat hari mulai gelap, Nindi
sudah sampai di vila keluarga Lesmana tepat waktu.
Terlepas dari itu, di
grup obrolan, Witan terus-menerus menekankan bahwa ia akan memberikan
penjelasan mengenai pemisahan keluarga malam ini.
Tontonan seru seperti
ini tidak boleh dilewatkan!
Begitu Nindi turun dari
mobil dan melangkah masuk ke dalam vila, Leo tampak tengah menunggu
kedatangannya.
Ia sempat ragu, sebelum
akhirnya berkata, "Kak Witan sama Kak Darren bertengkar hebat."
"Sudah kuduga, Kak
Darren pasti nggak setuju soal pembagian harta, 'kan?" ucap Nindi.
"Iya, sekarang
perusahaan Kak Darren lagi di masa kritis buat masuk ke bursa saham, jadi dia
nggak mau masalah ini mengganggunya. Dan juga, dia nggak setuju kalau Kak Witan
tunangan sama Sania.
" jelas Leo.
Nindi cukup terkejut, Darren
tidak setuju?
Sebelumnya, ia justru
memohon kepada Nindi agar berbelas kasih kepada Witan. Dengan susah payah ia
dapat bersama gadis yang dicintainya, sehingga ia berharap Nindi akan bermurah
hati dan melepaskan Sania kali ini.
"Nindi, kalau Kak
Darren beneran mau membagi harta keluarga, aku dan Kak Nando sudah sepakat,
kanıi pastikan kamu dapat bagianmu," ucap Leo dengan tegas.
"Aku cuma mau
warisan dari Ayah dan Ibu, sisanya aku nggak butuh," ucap Nindi.
Nindi tidak tertarik
dengan uang yang dihasilkan oleh Darren.
Lagi pula, jika hari ini
ia menerima harta yang dibagikan oleh Darren, ia akan terus terbebani dengan
tuntutan moral seumur hidupnya.
Nindi melangkah masuk ke
dalam aula vila.
Sesuai dugaannya, suara
perdebatan antara Darren dan Witan menggema di seluruh aula.
Witan berkata dengan
tegas. "Kak Darren, kalau kamu nggak kasih bagianku, artinya kamu mau
merampas uangku."
"Witan, kalau bukan
aku yang urus perusahaan, mana mungkin kita bisa punya harta sebanyak
itu?" ucap Darren.
"Sekarang aku mau
tunangan dan butuh uang, tapi kamu malah nggak mau kasih," ucap Witan.
Witan merasa kejadian
kemarin saat ia tertahan di gerbang luar Restoran Pyrus sangat memalukan,
terutama di hadapan Sania. Oleh karena itu, ia harus memulihkan harga dirinya.
Itu sebabnya ia
membutuhkan uang.
Darren begitu marah,
hingga pelipisnya berdenyut kencang.
Sania segera menyela.
"Kak Darren, Kak Witan, tolong jangan bertengkar gara-gara masalah ini.
Aku jadi merasa bersalah."
Witan menggenggam tangan
Sanía erat dan berkata dengan nada lembut. "Sania, janji yang aku buat ke
kamu bakal aku tepati."
Sania menunjukkan
ekspresi penuh rasa terima kasih.
Kemudian, Sania beralih
menjelaskan kepada Darren. "Kak Darren, Kak Witan ngelakuin itu juga
karena aku tadi dibawa ke kantor polisi. Dia khawatir dan mau menolongku, jadi
dia beneran butuh uang sekarang."
Singkatnya, jika ia
dibebaskan dari tanggung jawab, Witan juga tidak akan membuat keributan semacam
ini.
Darren menatap Sania
tajam dan berkata, "Kamu yang bikin masalah, masa nggak bisa beresin
sendiri, sih?"
Nada bicara Darren
terdengar begitu kesal.
Sania tampak terkejut,
dan merasa begitu panik. " Kak Darren, tadi itu aku cuma khilaf. Aku janji
nggak bakal begitu lagi. Aku sama Kak Witan bakal nurut sama kamu."
la menyadari bahwa
Darren cenderung bertindak layaknya kepala keluarga dengan kekuasaan mutlak,
sehingga ia selalu bersikap rendah hati dan patuh demi menyenangkan hatinya.
Ekspresi wajah Darren
memang terlihat jauh membaik.
Saat itu, Nindi
melangkah masuk ke dalam aula vila.
la menatap Witan dan
Sania, lalu bertanya, "Kapan kallan tunangan? Tenang saja, aku tetap kasih
kalian hadiah uang, kok."
"Nindi, kamu 'kan
sudah tahu Sania mau tunangan sama aku, harusnya kamu nggak perlu lapor polisi
dong!" ucap Witan.
Witan menggenggam erat
tangan Sania, seolah ingin melindungi wanita itu.
Nindi menopang dagunya
dan menatap ke arah Sania. "Aku tadi ketemu Yanuar, coba tebak dia bilang
apa?"
Seketika, wajah Sania
berubah menjadi pucat.
Nindi tersenyum tipis.
"Yanuar bilang, kalian belum putus, loh."
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: