Bab 564
Dia bahkan meragukan apakah panggilan
telepon barusan itu hanya ilusi, atau bahkan mimpi.
Nindi berguling-guling di tempat
tidur dan hampir tidak bisa tidur sepanjang malam.
Dia ingin tahu apa hubungan antara
Cakra dan Sofia?
Dia teringat saat Cakra sakit dan
dirawat di rumah sakit, Sofia secara khusus membawakan makanan untuk Cakra.
Saat itu, dia mengira mereka hanya
sekadar teman. Bahkan, dia berpikir bahwa hubungan Sofia dengan Zovan lebih
dekat, jadi dia tidak terlalu memikirkannya.
Namun, sekarang setelah
dipikir-pikir, rasanya ada yang tidak beres.
Nindi sebelumnya merasa Sofia sedikit
memusuhinya, dia pikir itu karena Serena, tetapi tidak disangka itu karena
Cakra.
Tidak heran tadi malam saat makan di
Restoran Pyrus, Cakra mengatakan hal-hal aneh.
Identitas apa yang sebenarnya Cakra
sembunyikan darinya?
Setelah fajar menyingsing, Nindi
langsung bangun dan pergi lari pagi di lantai satu. Dia tidak bisa tidur
sekarang.
Nindi akhirnya berhenti,
terengah-engah karena kelelahan. Dia melirik ponselnya dan mendapati Cakra
Julian masih belum membalas pesannya.
Dia ragu-ragu sejenak, tetapi
akhirnya tidak menelepon Cakra.
Nindi sedang dalam suasana hati yang
buruk. Dia kembali ke kamar tidur, mandi, berganti pakaian, dan turun ke bawah.
Saat ini, semua orang di keluarga
Lesmana sudah bangun.
Begitu melihat Darren, dia langsung
berkata, " Uangnya mana? Masih belum masuk juga!"
"Aku akan menyuruh sekretarisku
mentransfernya nanti," jawab Darren.
"Transfer sekarang, atau aku
nggak bisa menjamin apa yang akan kulakukan."
Nindi saat ini seperti tong mesin,
sedikit saja tersulut, dia bisa meledak.
Darren juga sadar bahwa suasana hati
Nindi sedang buruk. Jika dia sampai marah, siapa yang tahu apa yang akan dia
lakukan?
Akhirnya, Darren mengeluarkan
ponselnya dan langsung mentransfer uang itu. "Sekarang sudah beres,
'kan?"
Nindi melihat ponselnya, lalu diam
dan mulai makan.
Tak lama kemudian, Witan dan Sania
masuk ke ruang makan. Witan langsung berkata pada Nindi, " Kamu dengar
nggak apa yang aku bilang kemarin? Serahkan kamarmu untuk jadi kamar
pengantinku!"
Nindi langsung kehilangan nafsu
makan.
Dia berdiri dan berjalan menuju
Sania, membuat si gadis licik itu pucat pasi. "Kak Witan, jangan rebutan
kamar dengan Kak Nindi. Itu nggak pantas."
Sania melihat Nindi tampak sangat
marah. Kalau sampai Nindi memberitahu Witan tentang masalah video itu, tamatlah
riwayatnya.
Nindi menatap mereka dengan tatapan
jijik, kemudian berjalan melewati mereka dan langsung meninggalkan ruang makan.
Sania baru bisa bernapas lega.
"Kak Witan, kamar itu diberikan oleh Paman dan Bibi untuk Kak Nindi. Kita
nggak bisa merebutnya."
Witan tampak tidak senang. "Itu
cuma kamar yang ditinggalkan oleh Ayah dan Ibu. Kenapa dia begitu pelit?"
Leo tidak tahan lagi dan berkata,
"Kalau Kak Witan memang murah hati, kenapa nggak sekalian berikan juga
semua harta peninggalan Ayah dan Ibu kepada Nindi?" 1
"Kenapa harus aku?"
"Bukankah itu juga peninggalan
Ayah dan Ibu? Kenapa kamu pelit banget?"
Witan hampir mati karena darah tinggi
setelah mendengar jawaban Leo. "Ini beda!"
"Bagaimanapun juga, itu semua
ditinggalkan oleh orang tua kita. Jadi, apa bedanya?"
Saat melihat Witan, Leo merasa seakan
melihat dirinya yang dulu. Dia begitu membela Sania dan memperlakukan Nindi
dengan buruk.
Leo tidak bisa menahan diri dan
berkata, "Kak Witan, kalau kamu terus memperlakukan Nindi seperti ini,
suatu hari nanti kamu pasti akan menyesal."
"Jangan mengada-ada! Aku nggak
akan menyesal!"
Witan berkata dengan penuh keyakinan
sambil menggenggam tangan Sania erat erat. Bagi Witan, Sania adalah wanita yang
paling dia cintai.
Sania menundukkan kepala, bibirnya
melengkung membentuk senyuman mengejek. Dia memang ingin merebut semuanya dari
Nindi.
Setelah meninggalkan vila keluarga
Lesmana, Nindi langsung pergi ke kafe di seberang kampusnya.
Begitu masuk ke dalam, matanya
langsung tertuju pada Sofia. Wanita itu masih dengan penampilannya yang anggun
bak putri bangsawan.
Nindi berjalan mendekat, tidak tahu
perasaan apa yang berkecamuk dalam hatinya saat ini.
Setelah duduk, dia menatap Sofia dan
bertanya, " Kenapa kamu yang menjawab teleponnya? Kalian tadi
malam..."
Nindi tidak sanggup melanjutkan
kata-katanya.
Sofia mengaduk kopinya sambi
tersenyum tipis, lalu berkata dengan santai, "Kami memang bersama tadi
malam."
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: