Bab 567
Nindi menatap pesan itu dan ingin
sekali bertanya langsung padanya.
Hatinya terasa seperti direndam dalam
air es, dan akhirnya dia menghapus kalimat itu.
Dia melemparkan ponselnya ke samping
dan hanya menatap pesan yang dikirim oleh Cakra. Namun, pada akhirnya, dia
tetap tidak membalasnya.
Saat itu, Nindi benar-benar tidak
tahu harus berbuat apa.
Waktu berlalu dengan cepat, hingga
akhirnya tiba saat makan siang. Dia kembali menerima pesan dari Cakra.
"Makan siang bareng, yuk. Aku bawakan oleh -oleh dari perjalanan
dinasku."
Nindi melihat sekilas pesan itu,
tetapi tidak berniat membalasnya.
Tak lama kemudian, Cakra menelepon.
Nindi tidak mengangkatnya, tetapi
pria itu terus menelepon beberapa kali berturut-turut. Hatinya terasa seperti
digoreng dalam minyak panas.
Galuh menatapnya. "Siapa yang
menelepon? Kenapa nggak diangkat?"
Baru saat itu Nindi mengambil
ponselnya dan membalas pesan di WhatsApp. "Lagi sibuk. Nanti saja,
ya."
Cakra langsung mengernyit begitu
melihat balasan Nindi. Entah kenapa, jawaban itu terasa agak aneh baginya.
Sebelumnya, Nindi tidak pernah
bersikap seperti ini.
Mungkinkah dia benar-benar sibuk
dengan urusan Tim E-Sport?
Cakra mengetuk foto profil Nindi,
lalu membuka pembaharuan statusnya. Tidak ada yang aneh di sana.
Apakah dia marah karena Cakra semalam
tidak segera membalas pesannya?
Satu-satunya alasan yang bisa
dipikirkan Cakra hanyalah itu.
Pada saat itu, Riska menghampirinya.
"Apa kata dokter tadi? Kalau nenekmu harus operasi, itu mungkin
berbahaya."
Cakra segera menyimpan kembali
ponselnya ke dalam saku celana dan menatap neneknya yang terbaring di ruang ICU
dengan tatapan penuh kekhawatiran.
Semalam, neneknya tiba-tiba pingsan
dan harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah semalaman operasi, barulah dia
keluar dari ruang itu.
Bibir tipisnya terkatup rapat.
"Untuk sementara, kita fokus dulu pada pemulihannya. Urusan operasi bisa
dibicarakan nanti."
"Aku juga berpikir begitu.
Kalaupun harus menjalani operasi, kita harus benar-benar siap."
Setelah selesai bicara, Riska menatap
Cakra dengan sedikit ragu sebelum melanjutkan, "Kapan kamu akan
memberitahu Nindi tentang semua ini?"
Cakra menundukkan pandangannya.
"Aku belum menemukan waktu yang tepat."
"Nenekmu minta aku menyampaikan
sesuatu padamu. Kamu harus memilih, memberitahu Nindi tentang apa yang terjadi
di masa lalu, atau putus dengannya. Itu yang terbaik untuk kalian berdua."
Dia tidak ingin melihat hubungan
mereka makin dalam sebelum harus menghadapi pilihan sulit. Itu hanya akan
membuat semuanya menjadi lebih menyakitkan.
Cakra tidak menjawab. Dadanya terasa
sesak.
"Cakra, aku dan nenekmu
melakukan ini demi kebaikan kalian berdua."
Dia sangat menyesal. Andai saja dia
tidak mendesak Cakra untuk kembali saat itu, mungkin kecelakaan mobil itu tidak
akan terjadi.
Namun, tidak ada obat untuk
penyesalan di dunia ini.
Cakra berdiri di depan ICU, merasa
seolah-olah berada di tanah tandus tanpa arah tujuan.
Saat itu, Sofia datang sambil membawa
kotak makan. "Tante Riska, aku sudah menyiapkan sarapan. Kalian harus
makan sesuatu. Semalam kalian nggak tidur sama sekali. Aku bisa menjaga nenek
di sini."
Dia bisa merasakan ada suasana aneh
antara Cakra dan Riska, tetapi dia tidak berani bertanya langsung.
Ketika dia menyerahkan sarapan pada
Cakra, pria itu tidak menerimanya.
"Aku nggak lapar," katanya
dengan dingin.
"Cakra, meskipun kau nggak nafsu
makan, kamu tetap harus makan sesuatu. Kalau nenek tahu, dia pasti akan
khawatir padamu."
Nada bicara Sofia terdengar begitu
tulus. "Kamu istirahat saja dulu. Aku akan menemani Tante Riska di sini.
Aku punya pengalaman merawat orang sakit, jadi kamu bisa tenang."
"Kamu urus saja urusanmu. Kalau
ada sesuatu di rumah sakit, aku akan menghubungimu."
Riska lalu menatap Cakra dan
menambahkan, " Kumohon, pikirkan baik-baik apa yang tadi kukatakan. Itu
juga permintaan nenekmu."
Cakra kembali melihat neneknya yang
terbaring di ICU, lalu berbalik dan meninggalkan rumah sakit.
Sofia menatap punggung pria itu, lalu
berpaling ke Riska dan bertanya dengan santai. "Tante Riska, apa yang
barusan Tante katakan pada Cakra? Dia kelihatan nggak senang."
"Nggak ada, cuma tentang operasi
neneknya. Kamu tahu, dia anak yang berbakti. Jadi, sulit untuknya mengambil
keputusan."
Tentu saja, Riska tidak memberi tahu
Sofia tentang masa lalu itu.
Sofia mengangguk. Dia tahu bahwa
Riska tidak mengatakan yang sebenarnya. Dia menduga pasti ada hubungannya
dengan Nindi.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: