Bab 569
Nindi tertegun. "Pacarku?"
Seingatnya, dia belum pernah membawa
Cakra bertemu dengan teman-temannya.
Galuh mengangguk. "Waktu kami
mengantarmu pulang semalam, ada seorang pria tampan yang mengaku sebagai
pacarmu. Tapi karena kami belum pernah melihatnya, kami nggak membiarkan dia
membawamu pergi."
"Terus kenapa kalian yakin kalau
dia pacarku?"
"Kami cuman nebak. Beberapa
teman sekelas melihat pria itu berdiri di samping mobil di luar gerbang kampus
pagi ini. Dia ganteng banget, jadi kami langsung mengenalinya."
Galuh menyerahkan ponselnya.
"Ini foto yang mereka ambil diam-diam, coba lihat apakah itu
pacarmu?"
Nindi melirik foto itu dan langsung
mengenali Cakra.
Ekspresinya sedikit canggung.
"Dia benar-benar menunggu di luar kampus sepanjang malam?"
"Dia masih pakai pakaian yang
sama seperti kemarin. Jelas dia nggak pulang semalaman. Waktu karui mengantarmu
kembali ke asrama tadi malam, dia mengikuti kami sepanjang jalan."
Nindi terdiam setelah mendengar ini.
"Pertengkaran kecil antara
pasangan itu normal. Beri dia kesempatan untuk menjelaskan."
Meskipun Galuh belum pernah
berkencan, dia merasa mereka harus berbicara baik-baik
Nindi tersenyum pahit. "Banyak
hal yang nggak bisa diselesaikan dengan penjelasan."
Dia masih belum tahu bagaimana
menghadapi Cakra dan identitas aslinya.
"Apa yang dia lakukan sampai
membuatmu marah?"
"Aku baru sadar kalau dia
membohongiku."
Nada suara Nindi terdengar kesal.
"Aku mengabaikannya karena aku belum tahu bagaimana cara menangani masalah
ini."
"Terus, kamu berencana
memaafkannya atau putus dengan dia?"
Tiba-tiba, teman sekamar baru mereka,
Yanisha, ikut bicara.
Nindi terkejut. Biasanya, Yanisha
jarang berinteraksi dengan mereka.
Ekspresi Yanisha tampak sedikit
canggung. "Aku juga baru sadar kalau tunanganku mungkin sudah
membohongiku."
Alis Nindi berkedut. Apakah orang
yang dimaksud Yanisha adalah Darren?
Galuh buru-buru bertanya,
"Yanisha, apa tunanganmu juga bohong? Jangan-jangan mereka
selingkuh?"
Nindi dan Yanisha sama-sama terdiam.
Nindi teringat tentang hubungan Cakra
dan Sofia. Jika dipikir-pikir, bukankah justru dirinya yang menjadi 'selingkuhan'?
Dia menatap Yanisha. "Seberapa
baik kamu mengenal tunanganmu?"
"Sejujurnya, aku juga tidak
terlalu mengenalnya. Pernikahan ini diatur oleh keluargaku. Kalian tahu kalau
aku ini cacat. Meskipun keluargaku kaya, pria dengan latar belakang yang sama
biasanya nggak akan mau berkencan dengan orang sepertiku."
Seolah sudah lama memendam perasaan
ini, Yanisha melanjutkan, "Sejak kecil aku hampir nggak punya teman.
Mereka jadi temanku karena keluargaku yang mengatur mereka, apalagi soal
pacar."
Nindi mengernyit. "Lalu, kamu
menyukai tunanganmu atau nggak?"
"Aku juga nggak tahu apakah ini
bisa disebut suka, tapi dia sangat baik padaku. Dengan kondisiku seperti ini,
aku nggak berani berharap terlalu banyak. Kalau aku cerita ke orang lain,
mereka pasti hanya akan menertawakanku."
Kata-kata Yanisha penuh dengan rasa
rendah diri.
Nindi tidak menyangka bahwa hubungan
antara Yanisha dan Darren seperti ini.
Sebagian besar hal yang terjadi pada
konferensi pers terakhir mungkin diceritakan oleh Yanisha, dan dia berpikir
bahwa Yanisha dan Darren memiliki hubungan yang baik.
Galuh tidak tahan mendengarnya.
"Yanisha, kamu nggak perlu merasa rendah diri! Aku dengar nilai -nilaimu
di jurusan Jurnalistik sangat bagus dan kamu sangat cakap. Kau nggak perlu menikah
kalau memang nggak mau! Kalau pria itu nggak baik padamu, tinggalkan
saja!"
Yanisha menundukkan kepala.
"Tapi ini perintah keluargaku. Mereka bilang kalau aku menikah dengan pria
baik, maka masa depanku akan terjamin."
"Kamu sudah dipengaruhi keluargamu!
Sekarang bukan zaman kuno! Selama kamu punya pekerjaan dan bisa menghasilkan
uang, kamu bisa hidup dengan baik!"
Galuh berbicara dengan penuh
semangat, seolah ingin mengusir semua rasa rendah diri dari pikiran Yanisha.
Akhirnya, Nindi tidak bisa menahan
diri untuk berbicara, "Percayalah pada intiuisimu sendiri. Kalau hubungan
ini membuatmu nggak nyaman, kamu harus membuat pilihan." 1
Yanisha menatapnya. "Kalau
begitu, bagaimana denganmu?"
Nindi terdiam cukup lama sebelum
akhirnya menjawab, "Sama saja. Aku masih bisa hidup meskipun tanpa seorang
pria. Jika memang harus putus, aku tetap akan menjadi diriku sendiri."
Galuh mengangguk setuju. "Bagus
sekali! Sudah hampir tengah hari, ayo kita pergi makan siang!"
Nindi bangun, mandi, berganti pakaian
dan bersiap untuk keluar.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: