Bab 574
Nindi mengangguk. Menurutnya, ada
beberapa hal yang lebih baik dijelaskan secara langsung.
Yudha ikut berdiri, "Ayo ke sana
bersama. Aku ambil kerja paruh waktu di gym."
Nindi tahu kondisi ekonomi Yudha
tidak begitu baik. Selain berlatih di tim, dia juga sering mengambil pekerjaan
sampingan untuk mencukupi biaya hidup.
Keduanya pun pergi bersama ke gym di
seberang kampus.
Setelah berganti pakaian, Nindi
langsung menuju area tinju. Namun, yang mengejutkan, dia justru melihat Yudha
sedang merapikan peralatan di sana.
Nindi bertanya dengan sedikit heran
"Kok kamu di sini?"
"Aku memang kerja paruh waktunya
di sini. Kebetulan waktu di gyım yang lain, aku sempat belajar sedikit. Jadi,
pelatiih suruh aku buat bantu melatih peserta."
Yudha melirik sarung tinju merah yang
dibawa Nindi, "Aku tahu merek iini, pasti mahal."
Sarung tinju merah itu sepertinya
model terlaris tahun ini. Begitu dirilis, langsung ludes terjual.
Nindi melirik sarung tinjunya. Itu
hadiah dari Cakra.
Raut wajahnya menjadi kaku,
"Kebetulan kalau begitu, kamu bisa jadi lawan tandingku."
Hari ini dia datang secara mendadak.
Alhasil, tidak sempat membuat janji dengan sang pelatih.
Yudha membimbingnya untuk melakukan
peregangan terlebih dahulu, kemudian memakai sarung tinju dan mulai latihan
bersama. Yudha tiba-tiba berhenti, setelah beberapa kali pukulan dibalas dengan
cepat, "Ternyata kamu jauh lebih jago dariku. Sudah belajar berapa
lama?"
"Sekitar dua bulan."
"Kamu sangat berbakat. Tinju
bukan sesuatu yang bisa dikuasai semua orang. Ada banyak teknik detail yang
harus diperhatikan. Pelatihmu pasti sangat profesional."
Pelatihnya sangat profesional?
Nindi langsung teringat Cakra. Sejak
awal, pria itu yang selalu melatihnya. Ekspresinya seketika meredup, "Ayo,
lanjut."
Saat ini, pikirannya hanya dipenuhi
oleh sosok Cakra.
Saat latihan, Nindi sempat kehilangan
fokus. Dia tidak memperhatikan gerakan Yudha dan akhirnya terkena pukulan di
wajah.
"Ah!"
Nindi terjatuh ke lantai, kepalanya
terasa sedikit pening.
"Kapten, kamu nggak apa-apa? Aku
nggak sengaja."
Yudha terkejut dibuatnya. Dia sama
sekali tidak bahwa menyangka Nindi gagal menghindar.
"Ini bukan salahmu. Aku yang
melamun."
Nindi tahu ini murni kesalahannya.
Dia terlalu banyak berpikir hingga tidak bisa konsentrasi.
Dengan sedikit usaha, dia berdiri
lagi. Yudha turut menopang bahunya, "Ayo istirahat dulu."
"Lepaskan tanganmu, kalian ini
lagi ngapain?"
Cakra berjalan mendekat. Saat melihat
seorang pemuda memegang bahu Nindi, ekspresinya langsung berubah drastis.
Dengan wajah pucatnya, dia bergegas
mendekat.
Nindi menoleh ke arah pria itu dan, melihat
ekspresinya yang tampak begitu kesal.
Kepalanya masih sedikit pusing, dia
hendak menjelaskan, tetapi Cakra sudah melayangkan tinjunya ke arah Yudha.
Yudha bukanlah tandingan Cakra, dia
langsung terpental. Tubuhnya menghantam pagar pembatas sebelum akhirnya jatuh
terduduk.
Cakra mencengkeram kerah bajunya
dengan erat. Sorot matanya dingin tak tertahankan, "Enyahlah!"
Yudha menyeka darah yang mengalir
dari hidungnya, lalu berkata, "Apa hakmu menyuruhku pergi?"
Melihat kilatan dalam tatapan itu, membuat
Cakra mengerti. Pria ini mengincar Nindi. Amarah dalam hatinya seketika
meledak. Tanpa ragu, dia langsung mengangkat tinjunya untuk menghantam Yudha
lagi.
Namun, kali ini Nindi buru-buru maju
dan menghentikannya.
Nindi merasa bersalah saat berkata,
"Cakra, kenapa kamu memukulnya?"
Cakra menegang, lalu menoleh ke arah
Nindi, " Bocah ini menyentuhmu, tapi kamu masih membelanya?"
"Dia nggak ngapa-ngapain."
"Aku sudah melihat pakai mata
kepalaku sendiri, loh!"
Suara Cakra dipenuhi amarah,
"Nindi, selama ini aku pikir kamu mengabaikanku gara-gara aku telat balas
pesanmu. Tapi ternyata bukan itu, ya? Semua ini karena dia?"
Nindi tertegun sejenak. Setelah
memahami maksud Cakra, Nindi berkata dengan tak percaya, "Kamu mau bilang
aku selingkuh, begitukah?"
Tapi, bukankah yang selingkuh itu
kamu?' batin Nindi
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: