Bab 576
"Sudah cukup, kamu ini nyebelin,
ya?"
Nindi menatapnya sekilas, lalu
melihat Yudha yang duduk bersandar di kursi dengan kepala mendongak. Dia pun
berjalan mendekat, "Kamu nggak apa-apa? Masih berdarah?"
"Sudah lebih baik."
Yudha melirik pria yang berdiri di
sebelah Nindi, lalu bertanya, "Mau pulang ke kampus bersama ?"
"Kalau memang mau pulang, aku
akan traktir kamu makan di kantin malam ini. Aku benar-benar minta maaf."
"Ini masalah kecil, kok."
Yudha bisa melihat jika Nindi tidak
berniat menanggapi pria di sampingnya. Dia pun berdiri dan berkata, "Ayo
pulang sekarang, nanti keburu kantinnya kehabisan makanan."
Nindi mengangguk dan bersiap pergi,
tetapi langkahnya tertahan ketika Cakra menarik tangannya, "Kita belum
selesai ngomongin masalah kita."
Cakra tidak ingin membiarkan Nindi
pergi.
Dia punya firasat buruk. Andai Nindi
pergi hari ini, bisa jadi hubungan mereka benar-benar akan berakhir.
Nindi pun mengeryit,
"Lepaskan."
Cakra tetap bersikeras, "Aku
nggak mau."
Yudha yang berdiri di samping mereka
akhirnya. angkat bicara, "Tuan, Nindi jelas jelas nggak mau kamu ganggu.
Seharusnya kamu tahu diri."
Cakra menatap Yudha dengan sengit,
"Lebih baik kamu jauhi Nindi."
Seusai mengatakannya, dia langsung
mengangkat Nindi ke bahunya dan berjalan menuju area tinju.
Yudha hendak mengejar, tetapi
langkahnya terhalang oleh pemilik gym, "Kamu mau ngapain, Nak?"
"Aku mau pergi bantu."
"Kamu mau bantu apa memangnya ?
Dia itu bukan orang biasa. Dia bahkan rela beli tempat di gym ini demi Nindi
bisa latihan."
Yudha tertegun sejenak,
"Bukankah kamu bos di sini?"
"Aku jadi bos 'kan Cuma
formalitas. Lagi pula, hubungan mereka baik-baik saja, cuma bertengkar sedikit.
Buat apa kamu mau ikut campur?"
Pemilik gym itu langsung menghadang
Yudha.
Saat pasangan muda sedang bertengkar,
mereka mungkin hanya perlu sedikit waktu untuk menyelesaikan semuanya sendiri.
Jika ada orang ketiga ikut campur, situasinya bisa berubah.
Yudha memandang ke arah ring tinju,
sorot matanya seketika meredup.
Sementara itu, Nindi sudah dibawa
kembali ke arena. Cakra kemudian menurunkannya di atas ring.
Begitu menjejakkan kaki dengan
stabil, Nindi menatapnya dengan murka, "Kamu sudah gila, ya?"
"Ya, aku memang gila."
Sudut mata Cakra memerah, tatapannya
terkunci pada Nindi, "Aku sudah menjelaskan semuanya. Sekarang, bisa nggak
kamu kasih tahu aku kenapa masih marah?"
"Kenapa harus aku yang
bilang?"
Nindi sedikit kesal hingga matanya
memerah, " Barusan kamu masih main pukul tanpa alasan, sekarang malah mau
mengancam orang lain? Memangnya apa hakmu?
Cakra mengepalkan bibirnya dengan
dingin, " Memangnya salah kalau aku cemburu?"
Cemburu?
Ucapan itu membuat hati Nindi semakin
pahit. Cakra benar-benar mengatakan bahwa dirinya cemburu?
Dia terkekeh dingin, "Terus apa
hakmu buat menegurku?"
"Aku kan pacarmu, apa aku nggak
boleh cemburu?"
Cakra mulai kesal, "Aku bisa
temani kamu latihan. Kamu nggak perlu cari orang lain."
Nindi mendengus, "Mulai
sekarang, aku nggak akan latihan sama kamu lagi. Aku bukan boneka yang bisa
kamu kendalikan sesuka hati."
Urat di pelipis Cakra berdenyut
keras.
Cakra meletakkan kedua tangannya di
bahu Nindi, suaranya terdengar serak, "Aku bukannya mau mengendalikanmu.
Tapi coba pikir, kalau aku yang dekat dengan perempuan lain, apa kamu nggak
akan marah dan keberatan?"
"Oh, jadi kamu sadar juga,
ya?"
Nindi menatap Cakra dengan serius,
"Malam itu, selain gara-gara nenekmu sakit, kamu bersama siapa lagi?"
"Aku 'kan di rumah sakit.
Memangnya bisa sama siapa lagi?"
Kesabaran Cakra mulai habis,
"Nindi, jangan-jangan kamu suka sama anak itu, ya? Makanya kamu sengaja
cari masalah dan nggak mau peduli sama aku?"
Nindi mendengus marah, "Kamu
benar-benar nggak tahu malu! Malam itu kamu jelas - jelas sama wanita lain,
masih mau bohong sampai kapan, sih?" Air mata seketika mengaliri pipi
Nindi.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: