Bab 577
Nindi menatap Cakra yang ada di
depannya. Awalnya, dia berniat berkata dengan tegas, bahkan Galuh sudah
membantu menyiapkan kalimatnya
Namun, saat ini, begitu dia
menyelesaikan satu kalimat, air matanya jatuh deras tanpa bisa ditahan.
Nindi sendiri tidak mengerti mengapa
dia menangis begitu hebat.
Cakra tertegun. Melihat Nindi
menangis sesedih ini, dia pun buru-buru mengambil handuk untuk menghapus air
matanya, "Aku nggak bersama wanita mana pun malam itu."
Namun, Nindi langsung menepis
tangannya, " Cakra, aku sudah memikirkannya selama berhari -hari. Lebih
baik kita putus saja!"
Mata Cakra sedikit menyipit begitu
mendengar kata "putus".
Tanpa berpikir panjang, dia langsung
menolak, " Nggak, aku nggak mau."
"Cakra, ini bukan soal setuju
atau nggak."
Nindi menyeka air matanya, lalu
berkata dengan serius, "Aku benar-benar berpikir kalau kita memang nggak
cocok."
"Nindi, kita baru sebentar
bersama. Dari mana kamu tahu kita nggak cocok?"
Amarah dalam hati Cakra mulai
membara, "Atau jangan-jahga, sekarang kamu sudah menyukai pria lain, itu
sebabnya mau putus denganku?"
Inilah alasan mengapa Nindi
menghindari Cakra selama beberapa hari terakhir.
Nindi menepis tangannya,
"Terserah kamu mau mikir bagaimana. Bukankah dulu kamu sendiri yang
bilang, di kampus nanti aku bakal bertemu banyak pria tampan yang sebaya
denganku? Begitu aku masuk kampus, aku sadar kalau kamu benar. Aku memang lebih
nyambung dengan mereka."
"Nindi!"
Tatapan Cakra menggelap, seperti
badai yang siap menerpa.
Dia menatapnya lekat-lekat, "Aku
tahu kamu ngomong begini cuma gara-gara emosi."
"Aku nggak asal ngomong, kok.
Aku serius, lepaskan, aku mau pergi!"
Namun, Cakra justru mendorong Nindi
ke pagar ring tinju, mencengkeramnya kuat-kuat, "Kamu sudah menarik
perhatianku, lalu sekarang mau bilang putus begitu saja?"
Cakra menunduk dan ingin menciumnya.
Nindi pun buru-buru menoleh untuk menghindar, tetapi bagaimana mungkin
kekuatannya bisa menyaingi pria itu?
Cakra menahannya erat dalam pelukan.
Ciuman itu tidaklah lembut sama sekali, melainkan penuh paksaan dan rasa
dominasi.
Nindi merasa marah luar biasa.
Sebenarnya Cakra ini menganggapnya sebagai apa?
Nindi menggigitnya dengan keras, lalu
menampar wajahnya tanpa ragu, "Cakra, kamu jelas-jelas punya tunangan.
Terus kenapa masih mendekatiku?
Cakra tercengang, "Aku nggak punya
tunangan."
"Oh, nggak punya, ya? Padahal
berita di media baru saja mengabarkan pertunanganmu dengan putri keluarga
Morris, loh. Sampai kapan kamu mau menyembunyikannya?"
Dia menatap Cakra tajam,
"Pewaris keluarga Julian itu kamu, 'kan?"
Tangan Cakra sedikit gemetar. Dengan
panik, dia berusaha meraih Nindi, tetapi gadis itu langsung menghindar ke
samping.
Tangannya mencengkeram udara kosong,
menggantung kaku di tengah-tengah.
Cakra tidak tahu ekspresi apa yang
harus dia tunjukkan saat ini. Dia hanya bisa menatap Nindi seraya berkata
parau, "Sebenarnya, hari ini aku mau kasih tahu kamu. Tapi sejak tadi kamu
marah. Aku takut setelah tahu, kamu akan semakin marah."
Dia sama sekali tidak menyangka Nindi
sudah mengetahuinya lebih dulu.
Sekarang, sikap dingin Nindi dalam
beberapa hari terakhir akhirnya masuk akal.
Dia sempat mengira Nindi marah hanya
karena dirirtya tidak membalas pesan.
Nindi menatap dengan sinis,
"Kamu pikir, apa masih mungkin bagi kita melanjutkan hubungan setelah
ini?"
Cakra teringat pernah menanyakan hal
yang sama pada Nindi sebelumnya. Jawaban yang dia dapat kala itu adalah
perpisahan.
Dengan hati-hati, dia menjawab,
"Aku nggak pernah bertunangan dengan Sofia. Itu semua cuma rencana ibuku
dan keluarga Morris. Aku nggak pernah mau."
Nindi mengingat sosok Riska. Ada
sesuatu yang terasa aneh baginya, karena sebelumnya wanita itu selalu bersikap
baik padanya.
Namun, saat di Restoran Pyrus waktu
itu, Riska pasti sudah tahu bahwa dia dan Cakra tengah menjalin hubungan.
Tak heran jika wanita itu bahkan
tidak menegurnya sedikit pun.
Nindi menghapus air matanya,
"Tapi malam itu, kamu nggak balas pesanku sama sekali. Aku meneleponmu,
tapi yang angkat Sofia."
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: