Bab 578
Jika memang tidak ada hubungan
apa-apa, lalu mengapa Sofia bisa memegang ponselnya?
Cakra mengingat kembali kejadian itu
dengan saksama, "Saat itu aku panik dan mau bawa nenek ke rumah sakit.
Sepertinya ponselku terjatuh di sana, terus dia yang menemukannya. Habis itu
dia kembalikan kepadaku. Tapi aku benar-benar nggak tahu kalau dia sempat
menerima telepon darimu. Dia juga nggak bilang apa-apa soal itu."
"Lalu bagaimana kamu mau aku
percaya padamu?"
Nindi menatapnya dengan tenang, tapi
hatinya masih terasa perih.
"Aku nggak pernah meragukanmu.
Tapi kamu sudah bohongi aku selama ini. Sekali kepercayaan hancur, nggak ada
cara buat memperbaikinya lagi."
"Nindi, nggak begitu. Aku nggak
berniat menyembunyikan identitasku darimu."
"Oke, kalau begitu, coba
jelaskan!"
Nindi pun ingin tahu jawabannya.
Cakra menatapnya. Kecelakaan mobil
bertahun-tahun lalu... Bagaimana mungkin dia bisa mengatakannya?
Nindi pernah berkata, dia membenci
pelaku tabrak lari. Begitu pula Cakra, dia membenci orang yang duduk di kursi
belakang mobil itu.
Saat ini, untuk pertama kalinya,
Cakra benar-benar mengerti apa arti rasa sakit yang menyesakkan dada.
Nenek benar. Seharusnya sejak awal
dia sudah menjelaskan semuanya.
Sekarang, dia benar-benar tidak bisa
mengatakannya. Karena dia tidak ingin kehilangan Nindi. Rasanya seperti
terjebak di jalan buntu. Ingin berbalik, tetapi tidak ada jalan keluar.
Nindi menatapnya, "Ayo bilang,
kenapa sebenarnya? 11
Namun, pria di hadapannya hanya
mematung.
Tatapan Nindi dipenuhi ironi. Dia
sudah bisa menebak alasannya. Karena mereka berasal dari dunia yang berbeda,
maka Cakra memilih untuk menyembunyikan identitasnya selama ini.
Lalu, apa arti semua waktu yang sudah
mereka lalui bersama?
Nindi mengambil sarung tinju di
sebelahnya, lalu menyerahkannya pada Cakra, "Ini aku kembalikan. Begitu
juga semua barang yang kamu kirimkan ke asramaku, akan kukembalikan
semuanya."
Cakra menatap sarung tinju berwarna
merah itu. Akan tetapi, dia tidak menerimanya.
Nindi langsung melepaskan
genggamannya, membiarkan sarung tinju itu jatuh ke lantai begitu saja.
Cakra menunduk, menatap benda yang
kini tergeletak di tanah. Warna merah menyala itu terasa menusuk matanya. Dia
melangkah maju, ingin menggenggam tangan Nindi. Namun, Nindi sudah lebih dulu
menghindar.
Dengan suara serak, dia kemudian
berkata, "Ini memang salahku, tapi aku nggak mau kita berpisah.
Tatapan Nindi tetap tenang,
"Hubungan yang dibangun di atas kebohongan itu rapuh dan mudah hancur.
Orang yang aku cintai itu Dokter Cakra, bukan putra pewaris keluarga
Julian."
Cakra menatap matanya, merasa seolah
dirinya terperangkap dan tak bisa keluar dengan mudahnya.
Hatinya terasa remuk-redam.
Dia sangat mengenal Nindi. Meski
terlihat lembut, sekali dia mengambil keputusan, maka tak akan ada jalan untuk
mengubahnya.
Nindi mundur selangkah, "Cakra,
sampai di sini saja. 11
"Nggak, aku nggak mau."
"Jangan hancurkan kenangan yang
kita miliki. Kamu tahu betul, kita nggak akan bisa terus bersama. Dengan
statusmu yang sekarang, aku cuma bakal menghadapi masalah tanpa akhir. Aku cuma
mau hidup tenang."
Nindi berbalik meninggalkan ring
tinju. Begitu dia memunggungi Cakra, air matanya langsung jatuh tanpa bisa
ditahan.
Dia sudah menyiapkan banyak kata-kata
untuk momen ini. Akan tetapi, pada akhirnya, dia bahkan tak sanggup mengucapkan
lebih dari dua kalimat.
Nindi takkan pernah bisa melupakan
pertemuannya dengan Sofia di kafe hari itu.
Dia tidak tahu, selain kebohongan
ini, apa lagi yang masih disembunyikan Cakra darinya.
Dia tidak berani bertaruh, juga tidak
ingin mengambil risiko.
Berpisah adalah pilihan terbaik.
"Nindi, berhenti!"
Cakra mengejarnya. Saat melompat
turun dari ring tinju, kakinya tersandung sesuatu, membuatnya hampir terjatuh.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: