Bab 579
Cakra hanya fokus mengejar sosok di
depannya, dia bahkan tak memperhatikan langkahnya sedikit pun.
Tubuhnya terjerembap ke tanah,
mengeluarkan suara benturan yang teredam.
Telinga Nindi mendengar suara itu.
Dia pun menoleh dan melihat Cakra terjatuh. Tanpa pikir panjang, dia segera
berbalik dan membantu pria itu berdiri, "Kamu nggak apa-apa?"
Nindi menangkap luka di tangan Cakra
yang mengalirkan darah.
"Aku ambilkan kotak P3K
dulu," ujar Nindi.
Namun, Cakra tiba-tiba meraih
tangannya, bibir tipisnya terkatup rapat, "Jangan pergi."
Nindi menunduk, "Hentikan
pendarahannya dulu, baru habis itu ngomong."
"Aku mau ikut denganmu."
Cakra bangkit berdiri, lalu berjalan
bersama Nindi keluar dari ruangan.
Di sisi lain, pemilik gym telah
memperhatikan mereka sejak tadi. Melihat Cakra terluka, dia pun segera
mendekat, "Kotak P3K-nya ada di kantorku."
Keduanya langsung menuju kantor
pemilik gym.
Begitu mereka sampai, pria itu
langsung mengeluarkan kotak P3K dan menyerahkannya pada Nindi, "Aku masih
ada urusan lain, tolong urus dia."
Nindi bahkan belum sempat mengatakan
apa pun, tetapi pemilik gym sudah pergi.
Dia hanya bisa membuka kotak P3K dan
mulai membersihkan luka di lengan Cakra.
Setelah mengamati luka itu, Nindi
berkomentar, " Sepertinya ini harus dijahit di rumah sakit."
Cakra enggan menjawab. Dia hanya
mendongak untuk menatap Nindi. Meski telah lama berpikir, dia tetap tidak tahu
harus mengatakan apa.
Tanpa banyak bicara, Nindi
menempelkan plester luka di lengannya. Meski begitu, dia bisa merasakan tatapan
Cakra yang terus tertuju padanya.
Setelah menyimpan kembali kotak P3K,
Nindi berbalik, bersiap pergi.
Namun, tiba-tiba seseorang meraih
pergelangan tangannya. Telapak tangan itu terasa hangat.
Nindi tidak menoleh, melainkan hanya
menatap langit-langit dan berkata lirih, "Aku harus kembali ke
kampus."
Cakra menatap pergelangan tangannya
yang ramping, lalu berkata dengan lemah. "Kita memang perlu waktu beberapa
hari buat tenangin diri. Setelah itu, baru kita bicara lagi, oke?"
Nindi menatap lengan pria itu yang
masih terluka. Pada akhirnya, dia tak tega menepis tangannya.
Akhirnya, Nindi hanya menjawabnya
dengan datar.
Barulah Cakra menghela napas lega,
"Aku antar kamu pulang."
"Nggak perlu."
Nindi menolak mentah-mentah,
"Bagaimana kalau sampai orang tahu siapa dirimu? Aku nggak mau tiba -tiba
jadi judul utama berita. Lagi pula, dulu kamu juga jarang mau pergi ke tempat
ramai denganku, ' kan?"
Baru sekarang dia tersadar, ternyata
Cakra selalu menghindari tempat umum untuk mencegah orang mengenalinya. Setiap
kali mereka pergi, dia selalu menyewa tempat secara eksklusif.
Cakra terdiam dibuatnya. Dia
benar-benar tidak bisa memberikan penjelasan.
Setelah berganti pakaian di ruang
ganti, Nindi akhirnya meninggalkan gym. Namun, saat melangkah di jalanan, dia
merasakan seseorang mengikutinya dari kejauhan.
Dia tahu siapa orang itu. Namun, dia
tetap memilih untuk tidak menoleh.
Baru setelah memasuki area kampus,
Nindi bersembunyi di balik sebuah pohon dan diam-diam melirik ke belakang.
Di depan gerbang kampus, sosok pria
itu masih berdiri di sana. Posturnya tegap, tubuhnya tinggi semampai, dan
wajahnya begitu tegas serta dalam.
Dia hanya berdiri sebentar, lalu
tampak adanya dua gadis mendekatinya untuk meminta kontak.
Nindi nemalingkan pandangannya dengan
susah payah. Sebenarnya, apa yang masih dia harapkan ?
"Kamu nggak apa-apa?"
Nindi tersentak dan menoleh, kemudian
mendapati Yanisha tengah duduk di bangku taman.
Ekspresi Nindi agak kikuk, "Aku
nggak apa-apa."
Yanisha melirik ke arah gerbang,
ekspresinya sedikit rumit. Pria yang berdiri di sana adalah pewaris keluarga
Julian.
Dia benar-benar tidak menyangka jika
pacar Nindi ternyata adalah pewaris keluarga Julian.
Nindi duduk di samping Yanisha dan
baru menyadari bahwa temannya sedang memegang sebuah buku, sepertinya dia
memang sedang membaca di bawah sinar matahari.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: