Bab 580
"Usap air mata kamu."
Nindi melihat Yanisha menyerahkan
selembar tisu padanya. Da tertegun sesaat, tetapi akhirnya tetap menerimanya.
Yanisha ragu sejenak sebelum akhirnya
berkata, " Pacarmu lumayan tampan."
Mendengar kalimat itu, Nindi langsung
tahu bahwa Yanisha pasti melihat Cakra tadi. Dia pun tersenyum getir,
"Sekarang kamu pasti sudah tahu siapa día. Aku sendiri baru
mengetahuinya."
"Jadi, ini alasan kalian
bertengkar?"
Yanisha langsung bisa menebak
penyebabnya.
Sebelumnya, dia memang pernah
mendengar gosip dari Sofia, bahwa, pacar Nindi adalah pria yang sangat miskin.
Akan tetapi, siapa sangka, pacar
Nindi ternyata adalah pewaris keluarga Julian? Jika pria seperti itu dianggap
miskin, maka semua orang di sini pastilah disebut melarat.
"Benar, aku nggak nyangka dia
sudah bohong padaku selama ini."
Nindi mengerti, dengan status
Yanisha, bisa dipastikan memiliki keterkaitan dengan keluarga Julian. Itu
artinya, Yanisha pasti pernah bertemu Cakra sebelumnya.
Nindi menatap Yanisha dengan raut
penuh kebingungan, "Apa Kak Darren nggak pernah bertemu Cakra?"
"Aku nggak terlalu yakin. Tapi
mereka memang dari lingkaran sosial yang berbeda. Jadi, wajar kalau nggak
pernah ngobrol. Aku sendiri cuma pernah bertemu dia beberapa kali saat masih
kecil. Setelah dewasa, aku nggak pernah melihatnya lagi."
Pria dengan status dan kedudukan
seperti Cakra, pasti disibukkan oleh pekerjaan setelah dewasa, urusan bisnis,
serta perjalanan dinas. Lagi pula, dia bukan tipikal yang suka tampil di
hadapan publik. Jadi, wajar saja jika seseorang dari luar lingkaran sosialnya
tidak mengenalinya.
Yanisha terdiam sejenak sebelum
melanjutkan, "
Soal kakakmu, untuk saat ini hubungan
kami belum benar-benar ditetapkan. Keluarga Ciptadi juga belum mengumumkan
identitasnya ke publik. Jadi, dia memang nggak banyak diperkenalkan ke
lingkungan ini."
Pantas saja Darren tak mengenali
Cakra.
Nindi pun akhirnya mengerti.
Dia menatap Yanisha seraya berkata,
"Tapi hari ini aku sudah ngobrol dengan dia buat memperjelas. Aku juga
minta putus. Kami memang nggak cocok. Terlebih lagi, dia sudah punya
tunangan."
"Dia nggak punya tunangan.
Berita yang muncul di berita utama kemarin itu bohong. Keluarga Morris memang
sudah lama ingin menjodohkan putri sulung mereka dengan Cakra. Bu Riska memang
setuju, tapi Kak Cakra sendiri nggak pernah setuju. Jadi, semua rumor yang
beredar selama ini hanya kabar palsu."
Yanisha menatap Nindi dengan serius,
"Kamu boleh meragukan integritasku, tapi kamu nggak bisa meragukan
informasi yang sudah kukumpulkan."
Nindi tersenyum simpul. Bagaimanapun
juga, Yanisha adalah putri keluarga Ciptadi. Ucapannya jelas terbukti.
Nindi pun menunduk, "Sekalipun
begitu, aku dan dia punya perbedaan status yang terlalu besar. Aku nggak ingin
menjalani hidup yang sesulit itu."
Kalau dia benar-benar bersama Cakra, sudah
pasti akan ada banyak rintangan yang menghadang.
Apalagi, sejak awal Cakra tidak
pernah memberitahunya siapa dirinya sebenarnya. Mungkinkah dia sengaja
menyembunyikannya? Takut Nindi akan melakukan sesuatu?
Nindi enggan memikirkannya terlalu
jauh. Semakin dipikirkan, maka semakin sesak rasanya.
"Tapi selama yang aku tahu, Kak
Cakra adalah pria yang bersih dari skandal, memiliki prinsip, dan sangat gigih
dalam hidupnya. Kalau kalian benar -benar saling menyukai, dia pasti bakal
mengurus semuanya buat kamu. Bu Riska dan Bu Vina juga orang yang baik."
Nindi teringat bagaimana Riska dulu
begitu baik padanya. Dalam seketika, hatinya terasa berat.
Saat ini, wanita itu mungkin tidak
akan menyukainya lagi.
"Masalah ke depannya kita
bicarakan nanti saja."
Untuk saat ini, Nindi tidak ingin
memikirkan apa pun lagi.
Yanisha langsung mengganti topik,
"Nindi, apa akhir-akhir ini kamu ada waktu buat pulang ke rumah keluarga
Lesmana?"
"Aku bisa pulang kapan saja.
Tapi, apa kamu sudah kasih tahu kakakku?"
Yanisha menggeleng, "Belum, aku
juga nggak mau memberitahunya lebih dulu."
Nindi langsung menangkap maksud
Yanisha. Dia ingin mendadak muncul tanpa peringatan, agar bisa melihat sendiri
reaksi Darren.
Yanisha mungkin terlihat pendiam dan
rendah hati. Namun, sebenarnya dia adalah gadis yang punya pendirian.
Nindi menaikkan alis, "Tapi, aku
mengenal kakakku, dia nggak akan suka kalau kamu tiba-tiba muncul tanpa kasih
tahu dulu sebelumnya."
Yanisha menggigit bibirnya, lalu
berkata, "Aku bakal kirim pesan padanya nanti."
Saat itu juga, ponsel Nindi bergetar
beberapa kali.
Dia melihat notifikasi dari grup
keluarga Lesmana yang berjudul "Keluarga Bahagia". Witan baru saja
menandai semua anggota keluarga, "Malam ini, aku sudah pesan tempat di
Restoran Pyrus. Aku mengundang semua anggota keluarga untuk makan malam bersama
merayakan hubunganku dan Sania yang sudah resmi. Kami juga akan membahas
rencana pertunangan."
Ingin bertunangan secepat ini?
Nindi membaca pesan itu, lalu melirik
Yanisha sambil tersenyum tipis, "Bagaimana kalau malam ini kamu ikut
denganku ke Restoran Pyrus? Kita bakal nonton pertunjukan yang menarik."
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: